Rasa Syukur yang Tak Terhingga
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Clarissa Ruth, Anand YahyaFandi bersama adiknya Farhan di depan hunian yang sudah menjadi milik mereka di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako, kota Palu. Fandi sendiri bercita-cita menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Tak pernah terbayang sedikitpun di benak Mohammad Afandi Saputra, mahasiswa yang belum lama lulus dari STISIP Pancabakti ini kehilangan orang tua, dua-duanya secepat itu. Bencana likuefaksi yang menghancurkan Balaroa September 2018 lalu memisahkan ia serta dua adiknya dengan kedua orang tua mereka untuk selamanya.
Rumahnya di Perumnas Balaroa yang menjadi tempat berteduh, rumah yang menyimpan banyak kenangan dengan kedua orang tuanya juga tak luput hilang ditelan likuefaksi.
Tentu tak mudah menjadi Fandi, panggilan akrabnya. Selain menjadi yatim piatu, Fandi juga dituntut untuk dapat menjadi sosok ayah bahkan ibu bagi kedua adiknya, Farhan (16) yang duduk di bangku SMU, dan Fauzi (12) yang masih duduk di bangku SD.
Bersyukurnya sejak tahun 2016, Fandi telah bekerja di surat kabar Palu Ekspres, di bagian editing lay out. Tamatan SMK Multimedia ini menggunakan uang yang didapatnya untuk biaya kuliah. Dan sekarang Fandi harus lebih memutar otak agar bisa membiayai kebutuhan adik-adiknya.
Pascabencana likuefaksi yang menghancurkan rumahnya dan membuat ia kehilangan orang tua, Fandi dan adiknya tinggal di hunian sementara (huntara) Pengawu, Jalan Padanjakaya, Duyu, Palu.
Fandi sungguh bersyukur harapannya untuk bisa punya rumah lagi supaya dapat merawat kedua adiknya, kini terwujud. Ia menjadi salah satu penerima bantuan rumah Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako. Ia dan adiknya sudah mendiami rumah tersebut setahun ini.
“Sudah sangat bersyukur sekali ada tempat tinggal, difasilitasi dengan tempat tidur, kursi, meja, dan masih banyak lagi, sudah sangat membantu,” kata Fandi.
Fandi juga merasa nyaman tinggal di sana. Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako turut membantu mengobati kerinduannya pada suasana Perumnas Balaroa yang dahulu ada.
“Saya sudah mulai bisa menerima keadaan, meskipun tidak sama dengan Perumnas kemarin suasananya, tapi berada sama warga, teman-teman juga, perumnas itu kayak hidup lagi. Meskipun tidak secara 100 persen,” tambahnya.
Meski sudah lulus kuliah, Fandi masih aktif mengikuti organisasi di kampusnya. Ia dan teman-temannya juga semangat menggalang kegiatan amal.
Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako yang terdiri dari 1.500 unit rumah ini juga menciptakan peluang berusaha. Adiknya, Farhan, di sela waktu sekolah yang masih dengan sistem daring, dengan keinginan sendiri, beberapa bulan ini berjualan makanan ringan yang membantunya menyambung hidup.
Peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako pada Jumat, 3 September 2021 pun memiliki arti penting bagi Fandi.
“Makna (peresmian) ini bagi saya itu ada tempat untuk pulang, karena tempat pulang yang kemarin sudah hilang. Ada bantuan rumah ini, ada tempat bernaung. Saya ucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi karena sudah banyak membantu warga. Juga terima kasih kepada para relawan Tzu Chi yang sudah mau meluangkan waktu, meninggalkan keluarga sementara untuk membantu warga di sini,” pungkasnya.
Melaksanakan Tugas dengan Baik
Pada peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako dan Perumahan Cinta Kasih Pombewe, Jumat 3 September 2021, Joe Riadi, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia datang lagi ke Kota Palu. Ia lupa persis berapa puluh kali ia melakukan perjalanan udara dari Jakarta ke Palu dan Sigi dalam menjalankan tugas mewujudkan pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi untuk warga korban bencana gempa, likuefaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah 2018 lalu.
Ingatannya pun kembali pada masa awal bagaimana ia dan timnya mulai melaksanakan tugas yang diemban.
“Dari susah, mulai dari lihat lokasi, cari tempat, sampai membangun. Sudah mulai membangun kami juga mulai cari data warga yang terkena bencana. Kami kumpulkan, kami cek lagi yang paling parah, yang rumahnya hancur, hilang, kami utamakan. Kami verifikasi dengan BPBD, benar tidak warga ini, sesuai tidak warganya,” kata Joe Riadi.
Joe Riadi (empat dari kanan) dan tim relawan Tzu Chi lainnya yang datang kembali ke Palu dalam rangka Peresmian Perumahan Cinta Kasih.
Para relawan Tzu Chi menemani Panglima TNI, Hadi Tjahjanto meninjau Gedung Sekolah Cinta Kasih usai peresmian Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako dan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Pombewe, 2 September 2021.
Menyaksikan bagaimana akhirnya warga Palu dan Sigi yang tertimpa musibah dahsyat tersebut kini bisa mendiami Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Tadulako dan Pombewe, hati Joe Riadi dipenuhi rasa syukur yang membuncah.
“Bersyukur kami tim relawan bisa melaksanakan tugas dengan baik. Hal ini tak lepas dari kesungguhan para relawan Tzu Chi dalam melaksanakan tugas dan juga kekompakan dari awal. Tzu Chi hanya bisa berbuat yang terbaik untuk warga, memastikan yang tepat sasaran, dan mengusahakan cepat selesai agar warga lebih tenang hidupnya, bisa ada rumah yang nyaman,” tuturnya.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Gempa Palu: Memulihkan Hidup, Melepaskan Risau
18 Oktober 2018Mengawali pembagian bantuan
di Desa Lolu, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi pada 17 Oktober 2018, relawan
Tzu Chi mengajak warga untuk sejenak menghibur diri. Warga Lolu tampak kurang
bersemangat saat diminta untuk bernyanyi. Namun ketika relawan memperkenalkan
lagu Satu Keluarga dengan gerakan
isyarat tangan, warga tak sungkan lagi mengikutinya.
Menyaksikan Gotong Royong Insan Tzu Chi Seluruh Dunia untuk Warga Palu
23 Desember 2020Para relawan Tzu Chi dari Jakarta dan Makassar kembali hadir di Kota Palu guna melanjutkan tahapan pengundian nomor rumah bagi calon penerima hunian tetap. Pada kesempatan ini relawan juga mengundang warga yang sudah menempati Perumahan Cinta Kasih Tadulako untuk mengikuti sosialisasi tentang Tzu Chi.
Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-131: Memberikan Pelayanan dengan Sebaik-baiknya
21 Juni 2022Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat di mana pun, TIMA Indonesia kembali menggelar bakti sosial kesehatan. Pelayanan terbaik ini juga merupakan prinsip yang selalu dipegang oleh para relawan tim medis Tzu Chi.