Waisak yang Khidmat di Tengah Pandemi Covid

Jurnalis : Stella (Tzu Chi Batam), Fotografer : Suparjito (Tzu Chi Batam)

Insan Tzu Chi Batam berkumpul merayakan 3 Hari Besar; Hari Suci Waisak, Hari Ibu dan Hari Tzu Chi Sedunia. Perayaan ini berlangsung dengan peserta yang terbatas, tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dan menjaga jarak.

Memetik pelajaran besar demi manfaat semua makhluk, mempraktikkan kebajikan di dunia demi tercapainya keharmonisan. Di dalam lubuk hati setiap manusia terdapat benih kebajikan, benih ini membutuhkan ladang untuk tumbuh dan berkembang. Yayasan Buddha Tzu Chi merupakan ladang di mana setiap insan dapat mengembangkan benih tersebut. Kebajikan yang dipupuk dalam ajaran Buddha, ajaran yang mengajarkan kita untuk mengembangkan welas asih dan cinta universal, menekuni jalan bodhisatwa dengan tindakan nyata demi mencerahkan diri sendiri dan mencerahkan semua makhluk, sehingga terciptakan dunia yang bebas dari bencana, perang maupun wabah penyakit.
 
Barisan relawan komite mempersembahkan bunga yang menandakan ketidakkekalan hidup.

Beberapa hari yang lalu relawan Tzu Chi Batam baru saja merayakan Ulang Tahun Tzu Chi yang ke-55. Dan pada Minggu, 9 Mei 2021, insan Tzu Chi Batam berjumlah 141 orang kembali berkumpul di Auditorium Pembabaran Sutra, Aula Jing Si Batam, demi memperingati tiga hari besar yakni Hari Waisak, Hari Ibu dan Hari Tzu Chi Sedunia. Acara yang sempat tertunda tahun lalu membuat perayaan tahun ini semakin bermakna. Pandemi Covid telah mengajarkan kita untuk lebih waspada, giat bervegetaris dan tulus berdoa, agar kita semua lekas terlepas dari belenggu derita. Di tengah kecemasan dan kesulitan, acara pemandian Rupang Buddha berlangsung khidmat dalam pelimpahan jasa pahala yang sempurna, yang juga disiarkan secara live streaming melalui facebook dan zoom.
 

Devi Oktavia merasa terharu dapat mengikuti perayaan 3 Hari Besar Tzu Chi.

Dua ribu lima ratus tahunan yang lalu, sang Buddha terlahir ke dunia, membabarkan Dharma di dunia, dan mencapai pencerahan sempurna. Sang Maha Penerang Sempurna di alam semesta dengan welas asih dan kebijaksanaanya, mengajar dan membimbing semua makhluk agar menyadari diri dan sesama menyelami makna kebenaran hidup. Melalui isyarat tangan “Puncak Gunung Nasar” maka pemandangan yang indah saat Buddha membabarkan Sutra Teratai seolah-olah muncul kembali, menerangi seluruh penjuru dunia dengan harumnya dharma.

Khidmatnya prosesi tidak terlepas dari ketulusan niat semua relawan terutama kordinator acara, Yasin. “Walau di tengah kecemasan dan kekhawatiran, namun acara hari ini tetap kami selenggarakan dengan kekompakan menjaga protokol kesehatan yang ketat, serta dibatasi jumlah peserta. Semoga pandemi covid ini cepat berlalu sehingga semua relawan bisa melakukan kegiatan komunitas secara normal kembali,” harapnya.
 

Yasin (tengah) mendoakan agar pandemi cepat berlalu dan kegiatan komunitas dilakukan seperti masa pra-pandemi

Walau kita dibatasi jarak antar sesama, namun ada juga relawan yang menerobos segala rintangan untuk bisa hadir. Hal ini dialami oleh Mulyanto. “Ini adalah Waisak yang pertama kali bagi saya, tidak ada rasa takut karena saya percaya dengan protokol kesehatan yang diterapkan oleh Tzu Chi Batam. Walau bisa menonton melalui media sosial namun saya memilih untuk hadir di lokasi karena perasaannya lebih menyentuh,” terangnya.

Begitu juga dengan Devi Oktavia yang merasa senang bisa merayakan tiga hari besar bersama-sama relawan lainnya. “Sudah lama juga saya tidak datang ke sini karena pandemi covid, namun setelah mengikuti acara hari ini saya sangat terharu,” ucapnya.
 

Isyarat tangan “Puncak Gunung Nasar” melukiskan pemandangan indah Buddha membabarkan Sutra Teratai.

Usia 55 tahun bukanlah sebuah sejarah yang mudah diukir. Sangat bersyukur ada relawan yang sudah terlebih dahulu membuka jalan Bodhisatwa, sehingga kita dapat menapaki jalan yang datar. Tentunya kita juga perlu menerobos diri dan membuka jalan baru bagi tunas-tunas muda yang akan mengikuti jejak langkah kita. Marilah kita bersama-sama melatih diri di tempat pelatihan yang agung ini. Semoga semerbak bunga, Dharma dan moral menjelma menjadi keharuman nama Tzu Chi yang tersebar di seluruh dunia.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Waisak 2555: Tzu Chi Makassar

Waisak 2555: Tzu Chi Makassar

25 Mei 2011
Dengan penuh khidmat dan konsentrasi, para relawan Tzu Chi mengadakan upacara pemandian rupang Buddha. Makna dari upacara ini adalah untuk membersihkan jiwa dan menghormati ajaran Buddha di alam semesta ini. 
Bepartisipasi Melalui Celengan Bambu

Bepartisipasi Melalui Celengan Bambu

22 Mei 2017

Pagi itu, Stephen dan Kania, serta 375 siswa SMP Santa Maria mengikuti sosialisasi Misi Amal Tzu Chi di aula sekolah mereka. Pengenalan Misi Amal Tzu Chi ini dibawakan Andre Zulman dan Yuli Simorangkir dari Sekretariat Tzu Chi Indonesia.

Internasional: Waisak di Benua Afrika

Internasional: Waisak di Benua Afrika

17 Mei 2010
Sebagian besar yang hadir adalah penganut Kristen, agama yang dipeluk mayoritas penduduk Afrika Selatan. Dan, ini adalah pengalaman pertama mereka memperingati Waisak. Terlepas dari agama yang dianut, mereka menggunakan hari yang baik tersebut untuk menjernihkan dan menyucikan hati mereka dan sekaligus untuk menumbuhkan spiritualitas di dalam dirinya.
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -