Belajar dari Tzu Chi

Anie Widjaja, Ketua komunitas He Qi Angke menyambut dengan sukacita peserta pelatihan relawan Tzu Chi. Beliau mengatakan bahwa insan Tzu Chi harus terus belajar dari setiap pelatihan yang diadakan.

Kartini menceritakan sejarah tentang Master Cheng Yen dari sejak masih muda hingga mendirikan Tzu Chi di Taiwan pada tahun 1966. Master dan muridnya terus memegang teguh prinsip kemandirian dan telah tersebar ke-68 negara dan telah memberikan bantuan ke-136 negara di dunia dengan prinsip cinta kasih universal.

Teksan Luis, Koordinator Program Bedah Rumah Tzu Chi membagikan kisah inspiratifnya. Dalam membantu warga Kamal Muara, Teksan menjalin jodoh baik dan menggalang hati banyak pihak. “Setiap ke sana saya bahagia karena bisa melihat perubahan hidup mereka menjadi lebih baik,” ungkap Teksan.

Lo Hok lay memberikan pemahaman mengenai budaya humanis Tzu Chi yang sederhana dan anggun. “Anda semua bisa menjadi pembina yang baik kalau bersedia dibina,” tegas Hok Lay. Di Tzu Chi menjalin jodoh baik juga merupakan budaya humanis. Bersyukur, Menghormati dan Cinta Kasih. Menyayangi semua mahkluk dan ikut menjaga kehidupan, mencintai kehidupan.

Paulus dari DAAI TV Indonesia mengungkapkan bahwa DAAITV menjadi batu pelindung jiwa kebijaksanaan. Melalui DAAI TV kita menunjukkan hal yang positif. Kebaikan itu harus disampaikan agar masyarakat turut berbuat kebaikan. Konten positif itu bisa mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan. Master mengatakan kita harus menggunakan teknologi untuk menyebarkan kebaikan.

Martha menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai tata krama budaya humanis Tzu Chi. Mulai dari tata cara berseragam, berjalan, duduk dan ketika makan. Martha Shijie mengajak semua peserta untuk bersama mewujudkan budaya humanis Tzu Chi dalam tindakan nyata.

Penampilan Isyarat Tangan dengan judul lagu Wo Men Dou Zai Ci Ji (Kita Semua Ada di Tzu Chi) memberikan kehangatan kepada seluruh peserta dan panitia pelatihan. Mengingatkan kita semua untuk menggenggam niat awal dan saling bergandengan tangan mengikuti jejak Master.

Efi memaparkan struktur 4 in 1 yang sangat bermanfaat bagi relawan yang terbagi dalam berbagai komunitas. Dimana salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan dalam berkegiatan dan cepat tanggap. Di Tzu Chi semua adalah setara dan menjadi satu, hanya saja tugas dan tanggung jawabnya yang berbeda.

Dalam pelatihan kali ini, 18 peserta dari komunitas He Qi Angke, Pluit, PIK, MK secara simbolis dilantik menjadi relawan Abu Putih melalui penyerahan seragam Tzu Chi. Semoga sejarah Tzu Chi dapat terus diwariskan dari generasi ke generasi dan menambah semangat barisan relawan dalam menjalankan misi-misi Tzu Chi.