Hari Bersejarah untuk Assyifa dan Tzu Chi Hospital


Assyifa Salsabila Balqis (11), pasien Talasemia Beta Mayor kini sudah menerima sel punca darah dari adiknya, Sultan Muhammad Alfatih (6). Setelah melalui proses yang tidak sederhana, transplantasi sel punca darah ini akhirnya dilakukan di Tzu Chi Hospital dan dinyatakan berhasil. Ini adalah hari bersejarah baik bagi Assyifa juga Tzu Chi Hospital sebelum nanti bisa menangani pasien-pasien anak lainnya

*****

Wajah Assyifa Salsabila Balqis atau yang biasa dipanggil Assyifa terlihat ceria dan berbinar kala tampil di layar zoom bersama ibunya di momen konferensi pers yang mengumumkan kesuksesan transplantasi sel punca miliknya. Saat itu Assyifa juga mengenakan bando bunga, kepalanya yang plontos bahkan tidak mengurangi kecantikan anak pertama dari pasangan dr. Gerry Juliansyah dan Kiki Kurnia Dewi itu.

Waaa, cantikkk.. halo Assyifa..,” seloroh beberapa rekan media sambil melambaikan tangan ke layar ketika Asstifa terlihat di sana. Assyifa tersenyum lebar menanggapi kami.

Ada rasa haru ketika hari itu kembali bisa melihat Assyifa, mengingat perjalanannya untuk sampai di titik ini terasa amat panjang.

“Sebenarnya sudah dua tahun terakhir saya itu merasakan kok anak-anak ini, terutama Assyifa makin lama kelihatan pucat, dari tumbuh kembangnya dia sebenarnya sama tapi enggak mengikuti anak-anak seusianya. Bukan yang sangat lambat, tapi lebih lambat sedikit. Saat itu kami belum memeriksakan karena takut akan kenyataan sebenarnya,” terang dr. Gerry Juliansyah.

Meski diliputi rasa khawatir, dr. Gerry dan istri membawa Assyifa ke RS Bunda. Dari sini, kemudian dirujuk ke RS Hermina Palembang untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Dokter sudah curiga ya karena HB Assyifa waktu pemeriksaan awal tuh 6 koma sekian. Setelah itu dilakukan pemeriksaan lengkap untuk memastikan apakah benar talasemia. Kami sekeluarga juga diskrining karena ini kan dari gen. Dari situ didapatlah adiknya Khanza Zahira Zarqa juga thalesmia beta mayor, sementara yang nomor 3 Sultan Muhammad Alfatih thalasemia beta minor,” jelas dr. Gerry.

Hasil pemeriksaan ini membuat dr. Gerry dan istri terpukul. Ia tak sanggup menerima kenyataan tapi berusaha tampak tegar di hadapan keluarganya. “Saya berusaha menguatkan istri karena dia sangat terpukul sekali.”

“Iya saya sangat shock ya begitu tahu hasilnya. Betul-betul tidak menyangka karena selama ini mereka sehat-sehat semua. Tidak pernah sakit yang sampai harus dirawat di rumah sakit,” ujar Kiki Kurnia Dewi.

Dengan posisi dr. Gerry yang bertugas dan praktik di kebun, Kiki-lah yang selanjutnya yang bolak-balik ke rumah sakit membawa Assyifa dan Khanza menjalani transfusi darah selama dua minggu sekali. Awalnya sangat sulit, tetapi berjalannya waktu ya bisa berdamai dengan keadaan.

Tak tinggal diam, dr. Gerry juga mencari informasi penanganan kedua anaknya. Namun mengingat jumlah biaya yang sangat besar, ia berdiskusi dengan relawan Tzu Chi Sinar Mas, tempatnya bekerja.

“Saya juga sampaikan bahwa saya tahu kalau Tzu Chi ini kan mengutamakan yang nggak mampu. Saya pun kalau dibilang orang nggak mampu, saya nggak masuk memang. Tapi kalau untuk angka pengobatan talasemia yang sangat besar sekali, jujur saya nggak mampu,” ucapnya menahan haru.

Paham Betul Cara Kerja Tzu Chi
Sejak 2018, dr. Gerry Juliansyah bergabung dengan Sinar Mas Agribusiness and Food. Ia langsung ditempatkan di PT. Mitrakarya Agroindo, Katayang Estate, Regional Kalimantan Tengah 4 yang terletak di Desa Sahabu, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah hingga Oktober 2023. Untuk selanjutnya mutasi ke PT SMART Tbk, Sungai Cantung Estate di Desa Bangkalaan Melayu, Kecamatan Kelumpang hulu, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan hingga saat ini.

Dokter Gerry Juliansyah (tengah) bersama relawan Tzu Chi Sinar Mas, menyambut kehadiran Muhammad Ibrahim dan Muhammad Abdullah setelah operasi. Dokter Gerry aktif dalam berbagai kegiatan TIMA yang dilakukan oleh Tzu Chi Sinar Mas.

Sebagai tenaga medis di perkebunan, dr. Gerry bertugas memastikan kesehatan seluruh karyawan terjaga dengan baik. Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di sekitar operasional kebun. Penyuluhan kesehatan untuk siswa sekolah dan pendampingan pengobatan warga yang menderita katarak atau penyakit lainnya biasa ia lakukan bersama relawan.

Salah satu pendampingan yang dilakukan dr. Gerry adalah bagi pasien Muhammad Ibrahim dan Muhammad Abdullah. Mereka sepasang bayi kembar siam yang sejak lahir terhubung dari dada hingga perut.

Sejak awal survei hingga ketika RS Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo menyatakan kesiapannya untuk melakukan tindakan pemisahan si kembar, para relawan menyambut dengan sukacita dan memberikan pendampingan secara menyeluruh. Dokter Gerry juga ikut menyambut dan mengantarkan Ibrahim dan Abdullah kembali ke kota asal mereka setelah semua proses fisioterapi dinyatakan lengkap dari rumah sakit.

Menerima Berkah yang Luar Biasa
Sedalam itu ia paham bagaimana pendampingan Tzu Chi untuk pasien yang membutuhkan. Maka ketika ia mencoba berdiskusi dengan relawan, ia gamang. “Apa boleh saya meminta bantuan?” / “Apa bisa anak saya ditangani juga?” / “Apa yang bisa saya, seorang dokter lakukan, untuk anak saya yang sedang sakit?”

Dalam kegamangan itu, Tzu Chi Sinar Mas meminta dr. Gerry datang ke Tzu Chi Hospital. Bukan keputusan mudah, namun demi bagaimana masa depan seorang anak bisa menjadi lebih baik, Tzu Chi Sinar Mas memberikan bantuan kepada keluarga dr. Gerry.

“Waktu itu dr. Gerry diskusi dengan saya terkait kondisi anaknya. Selama ini kita juga belum pernah ada pengalaman membantu pasien talasemia. Namun karena di Tzu Chi Hospital sudah ada pelayanan transplantasi sel punca darah untuk penderita talasemia, kami konsultasikan. Responnya juga bagus. Saya rasa ini timingnya pas juga, sehingga Assyifa bisa kita bantu karena full match dengan adiknya 100 persen,” ujar drg. Mitha Wulandari yang mewakili Tzu Chi Sinar Mas.

Berkat dukungan banyak pihak, Assyifa dan Khanza menjalani pemeriksaan di Tzu Chi Hospital, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yang sudah memiliki layanan transplantasi sel punca darah. Dan pada 20-21 November 2023, proses transplantasi dilakukan dengan pendonor sang adik, Sultan Muhammad Alfatih. dr. Chi Cheng Li dan 2 perawat dari RS Tzu Chi Hualien, Taiwan turut mendukung proses tranplantasi ini.

Melihat Kakak Beradik yang Sangat Kuat
Momen mendebarkan pada proses transplantasi sel punca darah untuk Assyifa berlangsung begitu halus dan mulus, juga mengharukan. Semua momen akan proses transplantasi itu terlihat jelas dari luar ruangan steril di Instalasi Sel Punca Darah di lantai 11 Tzu Chi Hospital, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Tak ada pembedahan yang dramatis karena berkat teknologi, kecanggihan alat kesehatan, dan perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa membuat proses ini terkesan jauh lebih sederhana.

Apabila orang awam melihatnya, proses transplantasi ini terlihat seperti proses donor dan transfusi darah. Namun proses ini nyatanya jauh lebih rumit dari yang dilihat.

Dokter Edi Setiawan Tehuteru kanan, memperkenalkan Dokter Chi Cheng Li dan perawatnya yang membantu mendampingi proses transplantasi sel punca di Tzu Chi Hospital Indonesia.

Hari itu adalah day zero (D-0) bagi Assyifa, artinya terhitung dari hari itu pula ia seperti dilahirkan kembali dengan sel punca milik orang lain yang mana adalah dari adiknya, Fatih. Maka untuk menyambut sejarah baru di hidupnya, tim medis sudah menyiapkan balon warna warni juga bando bertuliskan happy birthday untuk menyambut tetesan sel punca darah pertama yang masuk ke dalam tubuh Syifa. Sungguh meriah karena semuanya juga bernyanyi lagu Happy Birthday, mengibaratkan ini adalah kehidupan baru untuk Syifa dengan sel punca barunya.

“Yeiyyy….. Happy birthday Syifa…,” ungkap seluruh dokter dan perawat yang berada di dalam dan di luar ruangan steril bergantian sambil bertepuk tangan.

Senyum manis Syifa terus terlihat sejak awal proses transplantasi ini dilakukan, padahal hari sebelumnya dokter mengatakan ia masih berjuang melawan rasa mual dan sakit kepala pascakemoterapi. Di dalam ruangan steril, ia juga banyak mendapatkan cerita manis akan proses penyembuhannya, bahwa semua tim berusaha maksimal, jadi Syifa pun harus semangat menjalani sisa dari proses pengobatannya. Tim itu termasuk orang tua, dan adik ketiganya, Fatih, yang sempat ikut merasakan sakit ketika proses pengambilan sel punca darah dilakukan.

Dokter Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA., pun memberi tahu Syifa bahwa sel punca yang menggantung di tiang infus dan tengah masuk ke dalam tubuhnya itu diambil dari Fatih. “Ini diambil dari Fatih buat Ayuk Syifa,” tutur dr. Edi sambil menunjuk Fatih di luar ruangan.

Sontak pandangan Syifa langsung mengarah ke Fatih yang masih duduk di kursi roda. Matanya mengisyaratkan rasa sayang yang dalam dan senyum lebar langsung mengembang di wajahnya. Tangan Syifa pun otomatis membentuk tanda hati. Tanda cinta sederhana itu rasanya langsung sampai tepat sasaran. “Aku senang sekali bisa bantu Ayuk, tapi memang sedikit sakit,” kata Fatih sambil tertawa dengan polosnya.

“Fatih dulu pernah saya tanya, ‘mau apa kalau sudah besar?’ Dia jawab mau jadi super hero. Nah saya rasa dengan dia mau bantu ayuk-nya, bagi saya dia sudah menjadi super hero. Sekarang Assyifa yang sudah mendapat pengobatan, dan kami juga akan berjuang untuk Khanza. Saya berharap anak-anak kami bisa sehat-sehat semua. Itu saja harapan saya tidak ada yang lain,” ujar Kiki sambil menangis.

Berhasil! Transplantasi Sel Punca untuk Assyifa Sukses Dilakukan
Hingga transplantasi dinyatakan sukses pada hari ke-74 (Jumat, 2 Februari 2024) pascatransplantasi dilakukan yang mana Dokter Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA, yang merupakan Konsultan Hematologi Onkologi Medik Anak di Tzu Chi Hospital menuturkan bahwa sel punca yang tumbuh dalam Assyifa kini sudah 100 persen milik adiknya. “Ini artinya berhasil,” katanya senang.

Fatih ikut melihat langsung proses transfusi pada kakaknya. Ia bersama sang ayah dan juga para perawat turut memberikan semangat pada Assyifa dan tim dokter yang berada di dalam ruang steril.

Perasaan bahagia ini pun tentu dirasakan oleh orang tua, terutama Kiki yang sejak awal terus mendampingi Assyifa. “Alhamdulilah alhamdulilah alhamdulilah, saya sangat berterima kasih sekali kepada Tzu Chi Indonesia, Tzu Chi Sinar Mas, dan Tzu Chi Hospital, juga kepada semua tim dokter yang pelayanannya sangat luar biasa di sini,” ucap Kiki mengawali. “Di sini saya merasa bukan sebagai pasien maupun keluarga pasien, tapi lebih merasa sudah seperti keluarga. Saya bisa terbuka, curhat ke dokter, perawat, hingga psikolog. Sungguh sangat baik pelayanannya. Saya sangat berterima kasih,” lanjutnya.

Kiki juga sangat bersyukur karena bisa merasakan pelayanan yang luar biasa dari semua dokter dan perawat yang menurutnya sangat kompeten. Pendekatan ke Assyifa pun sangat halus hingga mereka semua merasa nyaman di Tzu Chi Hospital.

“Berkat bantuan semua pihak, Assyifa bisa bangkit lagi, bisa sehat dan harapan saya ke depan, Assyifa bisa lebih baik. Semoga proses penyembuhannya bisa berjalan lancar dan tetap semangat untuk pasien talasemia di luar sana,” tutur Kiki, “sekali lagi saya sangatsangat bersyukur, kami merupakan keluarga yang terpilih dan beruntung.”

Bisa keluar dari rumah sakit setelah berbulan-bulan menjalani perawatan membuat Assyifa pun senang. Ia juga amat berterima kasih kepada adiknya, Fatih karena mau membantunya. “Kalau sudah besar aku mau jadi dokter hematologi biar bisa mengobati anak-anak yang terkena talasemia kayak aku,” tutur Assyifa senang.

Penulis dan Fotografer: Metta Wulandari, Widodo (Tzu Chi Cabang Sinarmas)
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -