Kabar Bahagia dari Noel
Betapa terharunya Cucu menyaksikan Noel kini sudah bisa mendengar dan berbicara. Apalagi Noel juga sangat suka membaca. Sungguh perkembangan yang sangat signifikan.
Christoper Noel Tigor Manik (7) merupakan satu dari sekian anak yang dibantu Tzu Chi berupa implant koklea. Noel sekarang sudah bisa mendengar, berbicara, bahkan berkomunikasi dua arah.
*****
“Ingat tidak Noel ini siapa?” tanya Replan Manik pada anak bungsunya.
“Shigu (bibi -red) Noni..” jawab Noel dengan pengucapan yang jelas.
“Ini?” tanya ayahnya lagi.
“Shigu Cucu..” jawabnya.
Seketika Noni Intan dan Jie Tju Foeng atau akrab disapa Cucu, yang baru tiba di rumah Noel itu pun diliputi haru. Mata Cucu sampai berkaca-kaca.
“Saya terharu karena terakhir kali saya bertemu Noel, Desember 2019, Noel baru bisa mengucapkan sedikit kata, itu pun hanya bunyi vokalnya, belum bisa manggil,” ujar Cucu. Apalagi jika ingat pertama kali bertemu tahun 2017, Noel bahkan belum bisa dengar.
Noel yang mengalami gangguan pendengaran sangat berat yaitu 110 desibel ini menjalani operasi implant koklea pada 22 November 2017 di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Setelah operasi implant koklea dilanjutkan dengan terapi serta mapping, kini Noel sudah bisa mendengar, berbicara, bahkan sudah bisa berkomunikasi dua arah. Noel juga sudah bisa membaca, berhitung sampai angka 100, dan penjumlahan angka 1 sampai 20.
“Hari ini saya lihat Noel seperti ini luar biasa sekali. Sampai bisa baca, bisa nyanyi, itu saya terharu sekali. Jadi ingat dulu kami memutuskan membantu itu tindakan yang pas. Tentu kalau kita bantu tapi orang tuanya tidak gigih berusaha ya tak akan berhasil,” imbuh Noni.
Senin pagi itu 31 Mei 2021, setelah satu setengah tahun tak bersua, yang juga imbas dari pandemi Covid-19, Noni dan Cucu menyempatkan berkunjung ke kediaman keluarga Noel di Desa Bojongkulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
Sepekan sebelumnya Shigu Cucu dan Shigu Noni mengabari akan berkunjung ke rumah kami. Ini merupakan kunjungan yang kesekian kali. Jadi kami sangat berterima kasih ternyata Noel sampai saaat ini masih tetap dipantau sama Shigu Cucu dan Shigu Noni,” tutur Replan.
Kegigihan Orang Tua Noel
Cucu dan Noni berkunjung ke rumah sakit pasca pemasangan implant koklea pada telinga Noel.
Lima tahun yang lalu, Noel terdeteksi tunarungu. Dokter menjelaskan bahwa Noel yang mengalami tunarungu bawaan tak akan bisa sembuh. Namun ada alternatif yang bisa dilakukan, pertama dengan mengajarkan Bahasa Isyarat, kedua dengan memakai Alat Bantu Dengar (ABD) dibarengi kesabaran ekstra, ketiga implant koklea namun harganya mahal.
Karena kondisi ekonomi, orang tua Noel pun memilih ABD. Sayangnya hingga dua tahun memakai ABD, tak ada kemajuan. Replan dan sang istri, Melody sempat putus asa. Replan pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang sebenarnya sudah mapan demi bisa fokus mendampingi Noel.
“Saya kalau ingat kembali jadi sedih. Dulu untuk memutuskan bapaknya berhenti kerja sebenarnya berat banget. Di kota besar begini cuma saya yang kerja, berat juga. Cuma kami berserah sama Tuhan. Kami yakin pasti ada jalan,” kata Melody yang menjalankan usaha salon kecantikan.
Suatu hari, seorang teman memberitahu Replan bahwa ada yayasan bernama Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang bisa memberi bantuan implant koklea. Replan pun segera mengajukan bantuan ke Tzu Chi.
“Tzu Chi melalui Shigu Cucu dan Shigu Noni datang ke sini menyurvei. Kami intinya saat itu dari biaya sekitar 280 juta, Tzu Chi membantu lebih dari setengahnya,” terang Replan.
Operasi implant koklea pun dijalani Noel yang juga ditemani Cucu dan Noni serta relawan Tzu Chi lainnya dari Komunitas He Qi Pusat pada 22 November 2017.
Ujian Belum Berhenti
Hampir setahun menjalani terapi setelah pemasangan implant, perkembangan Noel rupanya masih lambat. Terapis Noel pun bercerita tentang beberapa kasus serupa, yang masalahnya terkait dengan teknik audiologi pada alat implant. Kasus ini bisa ditangani oleh seorang ahli di Singapura. Di Indonesia, meski banyak alat implant canggih namun secara teknis mapping-nya masih dalam tahap pembelajaran.
Orang tua Noel tak patah arang. Mereka pun berupaya mengumpulkan banyak uang untuk dapat pergi ke Singapura. Replan lebih giat lagi memasarkan aksesoris ABD secara online, usahanya beberapa tahun terakhir, juga menyicil mobil untuk menjadi pengemudi transportasi daring. Akhirnya pada awal November 2019, Replan bisa membawa Noel ke Singapura untuk bertemu dengan Winny Ang, Clinical Audiologist yang praktik di RS. Elizabeth.
Setelah dilakukan setting alat atau mapping, ditemukanlah dari 12 channel pada implant koklea yang digunakan Noel, ada tiga yang tak berfungsi. Ini yang menyebabkan Noel tak bisa menerima suara secara benar sehingga suara yang dikeluarkan pun berbeda.
“Mukjizatnya apa saja kebutuhan dari Noel ini selalu saja ada jalan keluarnya. Ya kalau dari segi ekonomi kami nggak mungkin bisa sampai pergi ke Singapura, tapi puji Tuhan ada saja jalannya diberi Tuhan,” kenang Replan.
Belum lagi jika bicara soal biaya terapi yang satu jamnya sekitar 250 ribu hingga 350 ribu rupiah. Padahal di sini penghasilan utama adalah dari sang istri. Replan saat ini masih berjualan aksesoris alat bantu dengar dan aksesoris alat implant koklea yang inspirasinya datang dari Noel.
“Sejak dari situ kami selalu meyakini apa saja yang dibutuhkan Noel selalu ada saja jalannya. Makanya kami selalu semangat untuk Noel,” tutur Replan.
Noni melihat hasil gambar Noel yang bagus. Minat Noel akan seni memang sudah terlihat.
Kini Noel terus menjalankan terapinya. Setelah dua tahun menjalani TK di sekolah inklusi yakni TK Cita Bangsa, sejak bulan Juni 2021, Noel telah melanjutkan jenjang Pendidikan SD di sekolah yang sama.
“Dulu Noel ini jadi beban kami, maksudnya sampai kapan kami berjuang untuk Noel. Tapi kalau sekarang ini, Noel sudah menjadi kebahagiaan kami,” tutur Melody dengan air mata bahagia.
Masih lekat dalam ingatan Melody waktu pertama kali Noel dapat memanggilnya Mama.
“Waktu pulang kerja, Noel panggil ‘Mama’ itu saya sampai nangis-nangis. Karena kalau lihat anak-anak seusia Noel yang sudah bisa ngomong, trus ingat Noel belum bisa manggil ‘Mama’ itu sebenarnya hati ini ingin teriak. Makanya pas Noel bisa panggil mama itu saya bersyukur sama Tuhan bisa kudengar suaranya,” kata Melody tersedu.
“Kami sebagai keluarga anak berkebutuhan khusus dari Noel, Tuhan tunjukkan jalan kami bisa berkenalan dengan Tzu Chi. Itu suatu hal yang luar biasa. Jadi kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Tzu Chi yang sudah membantu kami sampai Noel bisa seperti ini. Melihat Noel bisa memanggil kami orang tuanya suatu hal yang mustahil kalau tidak dibantu Tzu Chi kalau dilihat dari segi perekonomian kami,” sambung Replan.
Menjadi Relawan Tzu Chi
Untuk membalas kebaikan Tzu Chi yang sudah diberikan kepada Noel, Replan pun tergerak menjadi relawan Tzu Chi. Replan sudah mengikuti beberapa kegiatan Tzu Chi di selasela waktunya mendampingi Noel menjalankan terapi dan mempraktikkan materi terapi di rumah. Bahkan ia telah menjadi relawan Abu Putih, sebuah jenjang kerelawanan di Tzu Chi. Selain itu, keluarga Replan juga telah menjadi donatur Tzu Chi setiap bulannya.
“Saya mau berkontribusi melalui tenaga saya, apa saja yang dibutuhkan Tzu Chi seperti relawan-relawan lain yang ingin berwelas asih, bisa membantu sesama. Karena Noel bisa seperti ini juga dibantu sesama,” kata Replan.
Setelah melihat perkembangan Noel, seperti sudah bisa membaca dan bisa bicara, Cucu dan Noni yakin Noel bisa segera beradaptasi untuk bisa setara dengan anak-anak normal lainnya.
“Saya juga sangat Gan en, sangat bersyukur sekali kepada keluarga Noel karena saya diberi kesempatan dalam pelatihan diri ini, dan juga saya melihat bahwa keluarga ini sangat menghargai berkah yang diterima dari Yayasan Buddha Tzu Chi,” pungkas Cucu.
Teks dan Foto: Khusnul Khotimah