Kampanye Vegetaris nan Massive untuk Bumi
Hidup bersama bukan sekadar ada dan berdampingan, namun perlu satu dukungan untuk bisa saling memberi kebaikan. Bak hubungan antara manusia dan manusia, manusia dan alam sejatinya pun sama. Perlu dukungan, perhatian, juga saling menjaga agar segalanya bisa harmoni dan selaras. Bervegetaris adalah salah satu caranya.
*****
Master Cheng Yen tak lelah selalu mengingatkan para muridnya untuk memperhatikan kondisi Bumi, rumah kita bersama agar lestari. Berulang kali beliau menuturkan, tak ada waktu lagi, harus saat ini juga, sekaranglah saatnya dimana kita semua memulai langkah baik secara bersama dan serentak untuk meminimalisir kondisi alam yang semakin memburuk dengan menjalankan pola makan vegetaris dan mensosialisasikannya jauh lebih luas lagi.
Dalam satu ceramahnya, Master Cheng Yen menuturkan: “Manusia penuh dengan nafsu keinginan. Kenikmatan yang ingin dirasakan manusia, salah satunya adalah kenikmatan mulut sehingga banyak orang terbiasa mengonsumsi daging. Demi memenuhi nafsu keinginan mulut, banyak orang menghasilkan uang dengan memelihara ternak agar dapat dikonsumsi.”
Pada kenyataanya, konsumsi daging adalah konsumsi terbesar manusia yang mana untuk memproduksinya dibutuhkan lahan peternakan yang luas sehingga banyak orang menebang pohon yang menjadi salah satu penyebab perubahan iklim. Karena kondisi udara yang tidak seimbang, efek rumah kaca makin serius, kekeruhan pun bertambah. Bumi secara tidak sadar telah dirusak sehingga fungsi konservasi air dan tanah terganggu hingga mengalami krisis yang menimbulkan ancaman bagi manusia.
“Lihatlah bagaimana hewan ternak dibesarkan. Napas dan kotoran mereka telah menyebabkan banyak polusi. Untuk setiap kilogram daging, ternak menghabiskan banyak makanan dan air. Pikirkanlah tentang bagaimana sumber daya yang dihabiskan untuk pakan ternak seharusnya dapat dialokasikan untuk kebutuhan manusia. Peternakan menghabiskan sumber daya jauh lebih banyak daripada manusia,” papar Master Cheng Yen.
Pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi ini pun berpesan untuk terus mensosialisasikan dan mengajak masyarakat luas untuk bervegetaris demi Bumi lestari. “Saat mengadakan kegiatan, kita juga harus membagikan Dharma kepada setiap orang. Jelaskan kepada mereka mengapa harus bervegetaris, dan jangan hanya satu kali ini saja bervegetaris. Pola makan vegetaris tidak jauh berbeda dengan pola makan daging, tetapi memiliki dampak positif yang begitu besar.”
Kompetisi Memasak, Ajang Sosialisasi Vegetaris
Seperti imbauan Master Cheng Yen, relawan Tzu Chi Indonesia pun gencar melakukan berbagai aksi untuk mensosialkan vegetarisme. Ada program Vegetarian Chef Indonesia di DAAI TV, ada pula Vegan Cooking Competition, juga Vegan Catering dalam rangka Bulan Tujuh Penuh Berkah.
Para peserta Vegetarian Chef Indonesia yang digelar oleh DAAI TV mengolah berbagai makanan vegetaris dengan tampilan yang cantik dan super menarik.
Dikutip dari website daaitv.co.id, Vegetarian Chef Indonesia (VCI) adalah kompetisi memasak vegetaris yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Program ini bertujuan untuk menampilkan kreasi masakan vegetaris yang berkelas, nikmat, dan bernutrisi, tetapi tetap mudah dibuat.
Selain menjadi ajang unjuk bakat dalam memasak menu vegetaris, program VCI ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan pola makan sehat yang ramah lingkungan dengan disponsori oleh beberapa perusahaan yang peduli dengan lingkungan.
Produser VCI Kadek Budhi Adnyana menjelaskan, acara ini lahir untuk mengubah stigma masyarakat terkait masakan vegetaris. “Melalui kompetisi vegetarian chef ini, (harapannya masyarakat bisa tahu) ternyata banyak masakan-masakan vegetaris yang bisa diolah, serta tidak kalah baik seperti layaknya fine dining di restoran-restoran non vegetaris,” ujar Budhi.
Bertindak Bagai Profesional
Menilik program lomba memasak yang ditujukan bagi masyarakat luas di DAAI TV tersebut, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga ingin memperkuat akar vegetarisme di kalangan internal, yakni para relawan Tzu Chi dengan membuat satu program yang serupa: lomba memasak vegan bertajuk Vegan Cooking Competition.
Relawan tim memasak mengambil bahan utama berupa tempe saat akan mulai memasak di kompetisi Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024 yang diadakan 11 Agustus 2024.
Terbayang betapa persiapan dilakukan dengan sangat detil bak kompetisi memasak yang akrab dipertontonkan di TV. Beberapa waktu sebelum lomba ini dilakukan, relawan yang notabene bukanlah profesional di bidang acara, khususnya memasak ini mencoba mempersiapkan semuanya dengan sangat detail dan menyeluruh. Mereka pun tujuh hingga delapan kali rapat dengan bagian yang berbeda-beda dalam satu bulan.
“Karena kami belum berpengalaman jadi benar-benar bahas secara detail apa saja yang harus dipersiapkan, seperti: kategori penilaian, hadiah, aturan untuk peserta, pemilihan juri, setting lokasi, kompor harus pinjam sama siapa aja karena kalau kita beli, selesai lomba itu kompor mau dikemanain, colokan dan segalanya. Pokoknya benarbenar kita bahas secara detail,” cerita Sufei, tim acara Vegan Cooking Competition.
Semua pertanyaan yang mudah dijawab, hingga yang butuh pemikiran mendalam dibahas dalam setiap pertemuan. Tujuannya demi memperkenalkan makanan vegetaris semakin luas dan semakin mudah dijangkau, serta mengajak masyarakat turut bervegetaris.
“Menurut saya pribadi menjadi seorang vegetaris adalah penting demi kesehatan dan Bumi. Kalau bisa mengajak lebih banyak lagi orang untuk bervegetaris, tentu lebih besar harapan kita untuk mencegah Bumi semakin rusak karena global warming,” jelas Sufei, “makanya kami merasa sangat bahagia ketika melihat bagaimana semua peserta begitu antusias dan gembira, para juri juga begitu semangat dan senang, juga semua panitia dan penonton juga begitu gembira. Semoga upaya kita dalam menjalankan amanah guru untuk melindungi kehidupan dan Bumi dengan bervegetaris bisa terwujud.”
Yang Mudah dan Murah Ada di Sekeliling Kita
Dalam prosesnya, Vegan Cooking Competiton ini dilaksanakan pada 11 Agustus 2024 dan memilih tempe sebagai bahan utamanya. Lynda Awaludin, He Xin Konsumsi Tzu Chi Indonesia yang merangkap sebagai juri menjelaskan bahwa tempe merupakan bahan yang paling mudah ditemukan di dapur semua keluarga Indonesia. Katanya, tempe adalah bahan paling simple, sederhana, sekaligus sehat yang gampang dikreasikan. Berbagai penelitian juga menyebutkan kalau tempe mengandung kalsium, protein tinggi, dan rendah lemak. Selain itu, tempe juga mengandung fosfor, thiamin, vitamin B12, serta retinol yang jumlahnya jauh lebih tinggi dibandingkan daging.
Para juri, Rebecca Halim, Chia Wen Yu, dan Jhony (dari kanan ke kiri) berkeliling dan menilai proses memasak setiap tim di Tzu Chi Vegan Cooking Competition 2024.
“Jadi, kompetisi ini adalah sebuah tantangan untuk diri kita ya Shixiong-Shijie (panggilan untuk relawan laki-laki dan perempuan -red). Bagaimana kita mengasah keterampilan diri, berinovasi, dan memasak hidangan dari bahan yang biasa menjadi luar biasa,” ucap Lynda sangat bersemangat.
Lynda juga mengingatkan bahwa tujuan awal kegiatan ini diadakan adalah untuk mengajak lebih banyak orang untuk mengenal masakan vegetaris. “Supaya lebih banyak masyarakat yang tahu bahwa makanan vegetaris itu mudah dibuat, mudah ditemukan, sekaligus murah karena semua ada dari bahan-bahan sederhana di sekeliling kita. Kita tidak perlu terbebani,” lanjutnya.
Satu Bahan, 12 Jenis Masakan
Ketika tempe disebutkan menjadi bahan utamanya, 12 tim dalam kompetisi langsung berdiskusi mengenai menu apa yang akan mereka masak. Tempe memang sudah akrab di lidah, tapi bagaimana mengolahnya agar terasa spesial? Jangan ditanya, karena semuanya langsung mengeluarkan keahlian masing-masing dan mengeksekusi tempe menjadi berbagai varian masakan.
Tim 1, Kshantica dan Liong Wei Yun yang merupakan perwakilan dari Tzu Chi Sinar Mas memiliih mengolah tempe menjadi ‘sandwich tempe ala-ala’. “Untuk pelengkapnya kami bikin sambal tempe pecak,” kata Kshantica.
Sandwich tempe ini kemudian dinamai Tempe Kejutan Bulan Berkah Sambal Pecak. Dengan kreasi yang sederhana tersebut, tim 1 berhasil menjadi pemenang. Kshantica dan Liong Wei Yun senang tak mengira. Momen ini membuatnya semakin percaya diri untuk mengasah hobi memasaknya dan juga mengajak teman-temannya mencoba masakan vegetaris. Apalagi dukungan dari Tzu Chi Sinar Mas terhadap aksi vegetasi sudah begitu gencar.
“Intinya sih jangan menganggap hewan itu lahir untuk menjadi makanan kita, mereka kan makluk hidup juga, jadi ya saling sayanglah untuk semua makluk,” kata Kshantica.
Dalam waktu 60 menit, peserta ditantang untuk adu kebolehan dalam mengolah tempe menjadi menu yang tak biasa dan spesial. Ini adalah separuh dari 12 menu yang dihasilkan dalam kompetisi memasak. Dari satu bahan, bisa menghasilkan berbagai menu yang bervariasi.
Selain Tempe Kejutan Bulan Berkah Sambal Pecak, ada 11 menu tempe lain, yakni: Tujuh Keanekaragaman Tujuh Bumbu, Tempe He he hu xie, Tempe Herbal Sup, Steak Tempe Special, Tempe Steak Tzu Chi dengan Saus Labu Kuning, Tempe Kombinasi Saus Padang, Bakso Tempe Universal Cinta Kasih Tzu Chi, Tempe Kung Pao Vegetarian Cinta Kasih, Soto Tempe, Tempe Delapan Warna, dan Spageti Tempe Penuh Sukacita.
Makanan, Menyatukan
Program lain dalam promosi vegetaris adalah Vegan Catering dalam mengisi Bulan Tujuh Penuh Berkah. Seluruh He Qi secara serentak mengadakan program jasa pesan makanan vegan yang kerap ditunggu para pelanggannya ini.
Di Tzu Chi Bandung, kegiatan ini bertajuk Nasi Cinta Kasih yang menyediakan nasi kotak yang berisikan nasi dengan tiga macam jenis sayur yang berbeda. Sebanyak 1.000 paket nasi kotak disiapkan para donatur dan relawan yang dijual dengan harga Rp. 5000/paket. Hasil penjualan ini akan dipergunakan untuk mendukung kegiatan Misi Amal Tzu Chi.
“Seneng banget tadi saya lewat. Apa itu kok makan cuman 5.000 rupiah? Jadi tertarik sempet mutar balik trus beli. Ini sangat bermanfaat apalagi buat yang bekerja sebagai pengemudi ojek online ya sangat membantu,” ujar Januar, seorang pengemudi ojek online yang memberi nasi tersebut.
Liane Megata, relawan yang terlibat dalam kegiatan ini pun mengungkapkan kebahagiaanya. “Kami menjual dengan harga lima ribu rupiah supaya semua kalangan bisa membelinya, seperti tukang ojek, supir angkot, atau mungkin orang-orang di jalan lainnya semua bisa membelinya. Hasil dari penjualan ini juga akan kami pergunakan untuk kegiatan sosial di Tzu Chi,” ungkap Liane Megata.
Sementara itu di Jakarta, relawan juga sepenuh hati mempersiapkan makanan vegetaris melalui vegan katering. seperti tim relawan He Qi PIK dan Muara Karang yang pada pekan pertama membuka katering untuk pesanan sejumlah lebih dari 100 paket menu vegan bagi masyarakat di sekitar PIK dan pada pekan selanjutnya, selama 15 hari terhitung sejak 12 hingga 30 Agustus 2024 (khusus hari kerja), mereka mempersiapkan makanan untuk 200 lebih pelanggan: 192 kotak untuk para staf di Sinar Mas (termasuk di dalamnya bagian staf Tzu Chi Sinar Mas, Agribisnis, APP, SMART Tbk, Asuransi Sinar Mas, Bank Sinarmas, Karyamas, dan lainnya) serta puluhan lainnya untuk masyarakat umum di luarnya.
Bagi relawan, menyajikan menu vegetaris bukan hal yang sederhana. Seperti untuk menyajikan menu hari itu yang terdiri dari nasi putih dengan lauk sate jamur tiram, dendeng balado, ditambah dengan tumis kol polos, lengkap juga dengan kuah labu siam, relawan harus berkali-kali mencoba. Apalagi untuk menyiapkan menu vegetaris selama 15 hari. Tim konsumsi pastinya tidak sembarangan membuat masakan. Mereka berulang melakukan trial untuk membuat makanan yang cocok untuk semua lidah. Dari 15 hari tersebut, tak ada satu menu pun yang berulang.
Seorang pengemudi ojek online memberi “Nasi Cinta Kasih” dari relawan Tzu Chi Bandung dengan harga Rp 5.000 per bungkusnya. Penjualan 1.000 paket nasi ini dilakukan untuk mensosialisasikan vegetarisme dan Bulan Tujuh Penuh Berkah.
Dalam panjangnya proses itu, Tina Lie relawan He Qi PIK sangat semangat selayaknya pelanggan. Di bulan tujuh penuh berkah ini, ia pun terus membagikan semangat kepada relawan untuk bisa mengajak banyak orang bervegetaris dan melindungi kehidupan, serta memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang sehatnya makanan nabati.
“Bisa mengajak orang lain bervegetaris itu artinya bisa berjodoh baik dengan semua makhluk. Jadi kita mengajak orang juga untuk menumbuhkan welas asih, setelah itu makannya dengan sukacita. Kita makan dengan sukacita, yang masak dengan cinta kasih penuh untuk galang hati dan galang dana, jadi dengan membeli sudah ikut bersumbangsih, dengan makan sudah ikut melindungi kehidupan.
Bergerak untuk Masa Depan
Berbagai kegiatan sosialisasi juga maraknya pengenalan tentang makanan berbasis nabati ini membuat pola makan vegetaris semakin meluas dan diterima oleh berbagai kalangan masyarakat. Namun jujur harus dikatakan belum banyak yang mau berkomitmen untuk menjalankannya dalam jangka panjang.
Walaupun ini adalah awal yang baik dan menjadi angin segar, tapi relawan Tzu Chi tetap masih harus terus menggalakkan aksi vegetarisme dan membuktikan bahwa makanan vegetaris maupun vegan bukan lagi awam dan sulit dijangkau, bahkan kini bisa jauh lebih murah dan ekonomis. Layaknya yang telah dibuktikan dalam kompetisi makanan vegan yang bisa menciptakan 12 varian menu yang tak sama hanya dengan satu bahan. Ditambah lagi berbagai studi mengatakan dan membuktikan, makanan berbasis nabati tak merugikan untuk tubuh.
Seperti kegiatan dalam misi Tzu Chi lainnya, berbagai tantangan tentu datang. Tapi yang perlu ditekankan adalah tekad untuk melakukan perubahan dan satu keyakinan bahwa bervegetaris saat ini bukanlah tentang kepercayaan dalam satu beragama, melainkan tentang masa depan dunia. Sudah sepatutnya menjaga Bumi ini menjadi tanggung jawab bersama. Tapi, maukah kita bersama berkomitmen menjalankannya?
Penulis: Metta Wulandari
Fotografer: Dok. Tzu Chi Indonesia