Kehadiran Dokter di Rumahku

Orang-orang berkebutuhan khusus di Zhuolan, bagian utara Taiwan, merindukan kegiatan kunjungan kasih Tim Medis Tzu Chi.

 

Tim Medis Tzu Chi (TIMA) menghibur seorang bapak tua dengan bernyanyi sebelum mereka mengakhiri kunjungan bulanan mereka ke rumahnya.

Ketika Kakek Xu (74 tahun) yang tinggal di Zhuo-lan, Miaoli, bagian utara Taiwan mendengar suara kendaraan memasuki halaman depan rumahnya, ia berteriak lantang untuk memberitahu tamunya bahwa ia ada di dalam rumah. Ia khawatir jika tamu yang mengunjunginya berbalik dan pergi karena mereka pikir sedang tidak ada orang di rumah. Kakek Xu sudah lama ingin bertemu dengan para dokter Tzu Chi ini, tetapi ia tidak bisa keluar rumah karena hanya dapat berbaring di tempat tidur. Stroke yang dialami 18 tahun lalu hampir sepenuhnya melumpuhkan bagian tubuh kirinya.

Sebelumnya, ketika para dokter menghubungi Kakek Xu tentang rencana kunjungan bulanan mereka, istri Kakek Xu selalu menanti kedatangan mereka di ruang keluarga. Namun ia tak terlihat pada hari itu. Diikuti oleh sekelompok relawan Tzu Chi, Dr. Ji Bang-jie (紀邦杰), Kepala Asosiasi Medis Internasional Tzu Chi (TIMA) Cabang Taichung, berjalan masuk melewati pintu terbuka rumah Kakek Xu sebelum memasuki ruang gelap dimana Xu sedang berbaring di tempat tidur. Dokter Ji Bang-jie memberikan roti buatan istrinya kepada Kakek Xu sambil menanyakan keberadaan istrinya.

Kakek Xu memberitahu Dokter Ji Bang-jie bahwa putrinya telah menempatkan istrinya di sebuah panti jompo beberapa minggu lalu. Informasi ini mengejutkan para relawan dan Tim Medis Tzu Chi, meski mereka tahu bahwa istri Kakek Xu menderita penyakit demensia, diabetes, dan parkinson. Kakek Xu menjelaskan bahwa istrinya sering jatuh sakit belakangan ini. Prihatin dengan keselamatannya, putri mereka kemudian memutuskan untuk menempatkannya di panti jompo.

"Siapa yang mengurus makananmu sekarang?" tanya Dokter Ji. Meski mengidap beberapa penyakit, Ny. Xu sebelumnya masih mampu memasak untuk suaminya.

“Temanku A-kai yang mengurusnya,” jawab Kakek Xu. Dia menambahkan bahwa A-kai juga datang secara teratur untuk membantunya ke kamar mandi, sementara petugas perawatan lansia dari pemerintah mengunjunginya tiga kali seminggu untuk memandikannya. Jawaban Xu membuat Dokter Ji merasa sedikit lebih baik.

Kakek Xu menggunakan tangan dan kaki kanannya untuk menggoyangkan tubuhnya ke tepi tempat tidurnya. Dokter Ji Bang-jie dan Zhuo Xi-bin serta relawan Tzu Chi lainnya segera melangkah maju dan membantunya naik ke kursi roda.

Salah seorang perawat, Su Wei-ling kemudian memeriksa tekanan darah Kakek Xu dan melihat jika hasilnya masih berada dalam kisaran normal. Setelah mencatat angkanya, perawat kemudian duduk di sebelah Kakek Xu dan memberitahunya untuk menggunakan kaki kanannya untuk menarik kaki kirinya ke arah dirinya dan menghitung sampai lima. Perawat pun memegang kaki kanannya, meluruskannya, meletakkan kakinya datar di atas lantai, dan menghitung sampai sepuluh. Kakek Xu mengulangi olahraga ini selama beberapa kali. Selama itu pula, Xu melakukan apa yang diminta dan ikut berhitung bersama perawat.

Su Wei-ling khawatir jika sebelah kiri kaki dan tangan Kakek Xu akan semakin layu apabila tidak digunakan dan sebelah kanan kaki dan tangannya bisa terluka karena terlalu sering digunakan. Jadi, perawat pun menunjukkan kepada Kakek Xu beberapa olahraga yang dia bisa lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.

Sangat penting bagi pasien stroke untuk menghindari gaya hidup yang tidak aktif. Semakin mereka tidak aktif maka semakin buruk sirkulasi darah mereka yang berakibat kondisi fisik mereka semakin cepat menurun. Su Wei-ling berharap dapat membantu pasien-pasien seperti Kakek Xu dengan cara membagikan pengetahuan medis mereka. Ia juga selalu mendorong para pasien mereka untuk bergerak lebih banyak. “Dukungan kita membantu mereka untuk tetap berjuang,” kata Wei-ling.

Sebelum para relawan dan Tim Medis Tzu Chi mengakhiri kunjungan mereka, Su Wei-ling  kembali mengingatkan Kakak Xu untuk melakukan latihan rehabilitasi tiga kali dalam sehari. Kakek Xu berkata bahwa ia akan melakukannya dengan sebaik-baiknya. Kakek Xu juga menjelaskan jika ia mungkin tidak lagi tinggal di rumah ini ketika para relawan mengunjunginya bulan depan. Putrinya telah menemukan sebuah panti jompo yang baik untuk istrinya, dan putrinya berencana menempatkannya di panti yang sama. “Lebih baik jika ada yang merawat Anda,” kata Dr. Zhuo yang selama dua tahun ini selalu mengunjungi Kakek Xu setiap bulannya.

 

Dr. Zhuo Xi-bin (kanan) mengantar anggota Tim Medis Tzu Chi lainnya ke tempat tujuan mereka selanjutnya di Zhuolan, tempat di Zhuo praktik.


Zhuolan, Tanah Buah

Mayoritas penduduk di Zhuolan bekerja sebagai petani buah. Saat relawan dan Tim Medis Tzu Chi mendatangi rumah-rumah warga dengan mobil, mereka melihat kebun pir di sepanjang jalan. Banyak tas-tas kecil yang diikatkan ke cabang-cabang pohon pir. Dalam tiap tas ada satu buah pir, terbentuk, subur, namun belum siap panen. Tas-tas ini melindungi buah-buah matang dari jangkauan para burung yang lapar atau serangga yang mencari makanan.

Membungkusi buah-buah muda adalah salah satu tugas melelahkan yang harus dilakukan oleh para petani buah. Tugas lainnya adalah okulasi—memasukkan batang atas ke dalam batang bawah dengan harapan dapat menghasilkan satu buah yang layak dipasarkan. Melakukan pekerjaan ini dan banyak tugas lainnya yang dibutuhkan sudah cukup sulit saat petani bisa berdiri di atas permukaan yang datar, akan tetapi beberapa pohon buah di Zhuolan, yang merupakan daerah pegunungan, ditanam di lereng curam. Ini sangat menambah tingkat kesulitan pekerjaan para petani dan memaksa mereka untuk membelokkan tubuh mereka ke dalam posisi-posisi yang tidak wajar demi menahan pijakan mereka agar bisa merawat pepohonan.

Pekerjaan berat yang berkepanjangan seringkali mengakibatkan kerusakan, meninggalkan tanda yang tidak dapat hilang atau konsekuensi yang sangat beresiko terhadap para pekerja. Huang, seorang wanita lansia setempat, memiliki beberapa tanda seperti itu. Setelah beberapa tahun bertani di lingkungan yang tidak ramah secara ergonomis, dia menderita varises parah di kakinya, dan sepuluh jari kakinya bengkok tidak berbentuk hingga dia tidak dapat menggunakan sandal jepit tanpa membuat jari kakinya lecet dan berdarah.

Su Wei-ling, perawat, berlutut disamping Huang dan dengan perlahan memeriksa kakinya yang dipenuhi banyak luka. Perawat memberitahu Huang untuk untuk merendam kakinya sampai ke betis di dalam air hangat setiap malam dan mengeringkannya dengan handuk. Karena Huang hanya berbicara dengan dialek Hakka dan Mandarin yang sangat minim, Su berbicara dengannya melalui bantuan seorang penerjemah, relawan Cai Qin-sheng.

Su meminta kepada putra Huang yang tinggal di Kaohsiung, bagian selatan Taiwan, yang kebetulan sedang berada di rumah orang tuanya untuk mengambil ember berisi air hangat. Lalu, Su menyuruh Huang untuk menaruh kakinya di dalam ember serta merenggangkan dan menggerak-gerakkan jari kakinya, berhitung sampai sepuluh setiap kali melakukannya. Setelah Huang mengulangi olahraga ini beberapa kali, Su mengangkat kakinya dari ember, meletakkannya di atas bangku, lalu mengeringkannya dengan handuk. Dia bahkan menahan lebar jari-jari kaki Huang sehingga ia bisa meraih dan mengeringkan sela-sela antara jarinya. “Jika sela-sela di antara jarinya tidak dikeringkan dengan baik,” Su menjelaskan, “itu akan menjadi basah dan hangat, tempat berkembang biak yang nyaman bagi kuman. Dalam skenario yang serius, itu bisa menyebabkan selulitis (infeksi bakteri pada kulit dan jaringan di bawah kulit-red).”

Semua anak Huang tinggal di tempat lain, jadi mereka tidak dapat ikut membantu ibu mereka. Untungnya, Huang masih cukup mampu bergerak sehingga sebelum meninggalkannya, Su menyuruhnya untuk melakukan apa yang baru saja diajarkannya setiap hari untuk membantu sirkulasi darah dan meringankan gejala varisesnya.

 

Perawat Su Wei-ling (tengah) menggunakan handuk untuk mengeringkan kaki Huang, hingga ke sela-sela jari kakinya, setelah menujukkan bagaimana cara merendam kaki di air hangat.


Menolak untuk menyerah

Relawan kemudian pindah ke rumah yang lain untuk melihat Li yang memiliki kesulitan mendengar. Dr. Ji sudah menghubungi putranya terlebih dahulu untuk memastikan Li berada di rumah ketika mereka berkunjung.

Begitu tiba, Cai Qin-sheng, relawan Tzu Chi memanggil dengan keras Li dengan bahasa Hakka, namun tidak ada yang menjawab. Cai kemudian berjalan mengelilingi rumah, memanggil dengan keras di setiap kaca yang dia lihat.

Nenek Li adalah seorang yang mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk bertani. Cai pertama kali bertemu dengannya tiga tahun yang lalu. Waktu itu, Li tengah berselisih dengan pemerintah daerah atas kepemilikan tanah pertaniannya. Akibatnya, ia menghindari semua kontak dengan dunia luar, termasuk relawan Tzu Chi, tetapi para relawan tetap terus datang ke rumahnya. Satu tahun setelah itu, Li tetap tidak mau berbicara dengan mereka, tapi dia setidaknya ia sudah memperbolehkan relawan masuk ke rumahnya.

Saat mengitari rumah, Cai tahu bahwa Nenek Li ada di dalam, jadi dia terus memanggilnya. Akhirnya, pintu terbuka.

Para relawan kemudian masuk dan menemukan Li sedang terkena flu berat. Mereka dapat mendengar lendir di tenggorokannya ketika ia bernafas. Cai duduk di sebelahnya dan berbicara ke telinganya, “Apakah kamu sudah meminum obat flu?” Dia menjawab dengan satu kata, “Ya.” Mengingat sikap dinginnya, jawaban singkat seperti itu membuat Cai merasa sangat senang.

 “Aku hanya tahu bahwa kegigihan para relawan telah meluruhkan dinding yang mungkin telah dibangun oleh seseorang untuk mengurung dirinya,” kata Cai, memperhatikan wanita tua itu. Di tengah perbincangan para relawan, Nenek Li akhirnya tersenyum lebar. Garis-garis keras di wajahnya melembut. Cai merasa sangat bahagia.


Klinik gratis di pusat komunitas


Dr. Li Yong-pan memeriksa seorang pasien di klinik gratis di Zhuolan.

Di samping mengunjungi orang-orang dengan keterbatasan gerak di rumah mereka, para relawan juga mengadakan pengobatan gratis di pusat komunitas lokal di mana perawatan atas penyakit dalam, gigi, dan pengobatan tradisional Tiongkok ditawarkan. Relawan Huang Yi-qing menyediakan jasa potong rambut gratis untuk yang warga miskin di sana. Kegiatan ini berlangsung sepanjang pagi dan menarik banyak penduduk kota. Kegiatan ini merupakan perubahan besar dari kesunyian yang biasa di komunitas pegunungan ini.

Mendapatkan perawatan medis merupakan tantangan yang besar untuk orang-orang yang memiliki keterbatasan gerak yang tidak mempunyai keluarga untuk membawa mereka berpergian, khususnya di daerah pegunungan seperti Zhuolan. Kehadiran relawan dan Tim Medis Tzu Chi yang berkunjung ke daerah ini setiap bulan pastilah menjadi pemandangan yang indah bagi warga di sana.

 

Penulis: Wei Yu-Xian

Fotografer: Shi Long-wen

Diterjemahkan oleh: Stefanny Doddy

Penyelaras: Hadi Pranoto

Sumber:http://web.tzuchiculture.org.tw
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -