Maju Bersama dengan Teknologi Informasi
Hingarbingar anakanak prasekolah sudah terdengar dari dalam rumah sederhana bertingkat 2 itu di Jalan Swadaya IV No 21, Cempaka Baru, Jakarta Pusat. Celotehan mereka seakan memecahkan keheningan pada sebuah gang yang terlihat lenggang siang itu. Tepat pukul 12.00 siang, puluhan anakanak menyeruak keluar dari dalam rumah. Mereka adalah muridmurid pendidikan anak usia dini (PAUD) yang didirikan oleh Nurlina N. Purbo. Nurlina memang sangat peduli terhadap pendidikan terutama anakanak di kalangan tidak mampu. Bagi Nurlina, masa depan seorang anak akan menjadi baik bila sejak dini dididik dengan cara yang baik dan tepat.
Sumbangsih untuk Keluarga
Kepedulian Nurlina pada pendidikan tidak hanya ia curahkan kepada anakanak, tetapi juga kemajuan berpikir para ibu rumah tangga. Sejak berhenti bekerja sebagai pegawai dan memfokuskan diri menjadi ibu rumah tangga, Nurlina mulai berpikir bagaimana memberikan sumbangsih kepada ibuibu rumah tangga agar mereka menjadi kreatif dan berkembang.
Berdasarkan tekad ini, akhirnya Nurlina mengundang ibuibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya dan langsung mengatakan kalau ia ingin memberikan pelajaran keterampilan. “Saya mau membantu ibuibu untuk berkembang. Saya hobinya menjahit, menyulam, mau tidak belajar?” tanya Nurlina. Tetapi tanggapan yang ia terima justru di luar dugaannya. Mereka tidak lagi tertarik pada kerajinan tangan, mereka lebih berminat pada dunia komputer. Melihat minat yang tidak biasa ini, Nurlina langsung bertanya mengapa mereka lebih tertarik pada dunia komputer, bukan kerajinan tangan yang umumnya digemari oleh kaum perempuan. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa ia sangat butuh bisa mengoperasikan komputer lantaran ingin membantu pekerjaan rumah anaknya yang banyak menggunakan komputer.
Kenyataan ini membuat Nurlina semakin sadar bahwa teknologi informasi sangat dibutuhkan oleh ibuibu rumah tangga. “Masih banyak ibuibu rumah tangga kita yang belum “melek” teknologi informasi,” katanya. Memang sampai saat ini masalah pemberdayaan perempuan masih menjadi polemik yang tak ada habisnya dibicarakan. Padahal sesungguhnya perempuan adalah bagian dalam setiap kemajuan dunia. Meski pada kenyataannya, masih ada beberapa pihak yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang lemah dan berkodrat menjadi ibu rumah tangga.
Bagi Nurlina, sejak dilahirkan lakilaki ataupun perempuan sesungguhnya mereka memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama di dunia ini. “Satu hal yang membedakan lakilaki dan perempuan adalah kodrat secara fisik, selebihnya tidak,” ujarnya.
Lebih jauh Nurlina menerangkan bahwa selama ini teknologi informatika selalu identik dengan kaum lakilaki. Apalagi umumnya banyak orang yang masih menganggap perakitan komputer sampai pembuatan program komputer adalah pekerjaan kaum lakilaki. Padahal menurutnya, kaum wanita memiliki potensi yang besar dalam dunia teknologi informasi. “Sesungguhnya perempuan bisa lebih hebat bila menjadi seorang programer, karena ia lebih teliti,” kata Nurlina yakin.
Maka, sejak saat itu Nurlina segera menyusun materi pelatihan komputer yang akan diberikan kepada ibuibu rumah tangga. Dalam memberikan materi, Nurlina berprinsip pada materi yang lengkap namun mudah dipahami ibuibu rumah tangga. Karena itu, Nurlina membagi materinya menjadi 4 kelompok yang sangat umum dibutuhkan dalam dunia
kerja, yaitu Office writer, Office calculation, Office presentation, dan internet. Semua materi ini ia masukkan ke dalam satu paket pelatihan yang selesai selama 3
hari dengan waktu belajar 5 jam sehari.
Membuahkan Hasil
Setelah selesai menyusun materi, mulailah ia menyediakan komputer dan tempat pelatihan. Bertempat di lantai atas rumahnya, kegiatan pelatihan yang anggotanya para ibu rumah tangga pun berlangsung.
Sukses dengan angkatan pertama, Nurlina segera mengajak ibuibu lain untuk mengikuti pelatihan komputer. Namun, mengajak para ibu rumah tangga untuk “akrab” dengan dunia teknologi informasi tidaklah mudah. Salah satu yang harus dihadapi oleh Nurlina adalah bagaimana menumbuhkan motivasi para ibu rumah tangga untuk menyadari betapa pentingnya teknologi informasi dalam kehidupan seharihari. Untuk menyiasati itu Nurlina mulai menerangkan kebutuhan teknologi informasi di dalam keluarga, seperti membuat laporan keuangan, membantu tugas sekolah anak dan bahkan membantu tugas suami. “Saya selalu memberikan motivasi berawal dari dalam keluarga,” katanya.
Akhirnya berkat informasi dari mulut ke mulut, pelatihan komputer yang diselenggarakan oleh Nurlina mulai banyak diminati oleh ibuibu rumah tangga dari berbagai wilayah, di antaranya daerah Bekasi, Ciputat, Depok, dan Bintaro. Bahkan berkat usahanya ini, setelah Nurlina bisa tampil di salah satu stasiun televisi swasta, permintaan mengajar pun banyak datang dari luar pulau. Namun karena keterbatasan waktu dan tenaga pengajar, Nurlina hanya bisa memberikan modul pelatihannya secara gratis kepada para peminat. Nurlina memang tidak memusingkan masalah hak paten karyanya, karena baginya melihat wanita Indonesia “melek” teknologi informasi adalah jauh lebih penting dari sebuah hak paten.
Keseriusan Nurlina untuk memajukan perempuan Indonesia dalam bidang teknologi informasi tidak berhenti sampai di situ. Selain memberikan pelatihan kepada para ibu rumah tangga, Nurlina juga prihatin terhadap remajaremaja di lingkungannya yang masih belum mengenal dunia teknologi informasi. Dari keprihatinan inilah akhirnya Nurlina membentuk Kelompok Remaja Melek IT (Kermit), suatu wadah para remaja untuk memberikan wawasan, pengetahuan dan keterampilan, khususnya dalam bidang teknologi informasi. Dengan dibentuknya Kermit, Nurlina berharap para remaja dapat bersaing dan berkompetisi guna menghadapi era globalisasi, sesuai dengan slogannya: “Maju Bersama dengan Teknologi Informasi”.
Masih Belum Puas
Sejak Nurlina membuka pelatihan komputer di tahun 2008, sedikitnya sudah 10 angkatan yang telah belajar darinya. Usahanya ini telah membuat orang yang tidak mengerti jadi mengerti, dari yang sudah mengerti menjadi tambah mengerti. Bahkan beberapa remaja anggota Kermit yang dulunya hanya bekerja sebagai pramuniaga, kini setelah memahami komputer ia telah naik jabatan sebagai kasir. Meski demikian Nurlina masih merasa belum puas terhadap usahanya. Menurutnya, perempuan yang “melek” teknologi informasi itu masih sedikit. “Jakarta sebagai kota besar, yang maju itu hanya sekian persen saja. Wanita yang kerja kantoran hanya sedikit. Selebihnya banyak wanita yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, yang setiap harinya berurusan dengan dapur, anak, dan suami. Itu adalah target saya,” tegasnya.
Karena itu Nurlina lantas berharap adanya partisipasi dari banyak pihak untuk mewujudkan wanita Indonesia “melek” teknologi informasi dan menjadikan teknologi informasi sebagai sarana pengetahuan, komunikasi, dan persaingan di era globalisasi.