Meneladani Vegetarian Muda
Vincent Fransidy (10) memutuskan untuk bervegetaris saat mengikuti acara Bulan Tujuh Penuh Berkah di He Qi Utara 1, bulan Agustus 2016.
Disebut vegetarian karena pola hidup ini merupakan sebuah pilihan yang dianut oleh orang-orang yang tidak mengonsumsi daging-dagingan beserta olahannya. Bahkan anak-anak pun sudah mulai melakukannya sebagai langkah awal menyelamatkan dunia.
Banyak orang mulai bervegetaris karena alasan kesehatan. Dengan mengonsumsi sayur dan buah-buahan maka akan menurunkan risiko terkena penyakit berbahaya. Nyatanya, bervegetaris tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, namun juga bermanfaat untuk lingkungan dan dapat mengurangi pemanasan global. Seperti yang diketahui, industri peternakan hewan menjadi salah satu penyebab pemanasan global yang menyumbangkan polusi udara dengan kadar yang cukup tinggi. Selain pemanasan global dan polusi yang dihasilkan dalam industri peternakan, polusi juga dihasilkan dari proses produksi makanan bagi hewan ternak. Maka dari itu, memulai pola hidup vegetaris merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi pemanasan global, polusi, serta menimbulkan efek baik untuk kesehatan.
Akan tetapi, menjadi seorang vegetarian bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk mereka yang sudah terbiasa mengonsumsi makanan non vegetaris. Bagi anak-anak, pola hidup vegetaris di usia yang masih belia memiliki tantangan tersendiri karena hal ini berarti membatasi pola makan untuk melatih diri dan menjaga kesehatan di periode emas tumbuh kembang anak.
Semenjak menjadi vegetarian, Vincent semakin bersemangat dalam melakukan aktivitasnya, baik di sekolah ataupun membantu pekerjaan di rumah.
Vincent Fransidy dan Jennifer Cendana merupakan dua dari sekian banyak anak yang bertekad untuk menjalani hidup dengan pola makan vegetaris. Keputusan dua Bodhisatwa cilik ini untuk menjadi vegetarian menuai reaksi positif dari berbagai pihak. Bahkan jalan yang mereka pilih diapresiasi oleh Master Cheng Yen dan ditayangkan dalam program Lentera Kehidupan DAAI TV untuk menginspirasi lebih banyak orang lagi.
Keep The Promise
Vincent Fransidy (10), siswa P5 Singapore International School, Pantai Indah Kapuk memutuskan untuk bervegetaris saat mengikuti acara Bulan Tujuh Penuh Berkah di He Qi Utara 1, bulan Agustus 2016. Keputusan Vincent bukanlah isapan jempol belaka, semangat serta jiwa Xiao Pu Sha (Bodhisatwa cilik) membimbingnya mengikuti jejak sang guru, Master Cheng Yen. Sebelum memutuskan untuk menjadi vegetarian, Vincent bertanya kepada orang tua tetang tekad baiknya untuk mengubah pola hidup. “Dia nanya ke kita, ‘Mami, papi, Vincent boleh vege nggak?’ gitu,” ungkap Yessie Christina, ibu Vincent.
Atas dasar pertanyaan dari Vincent tersebut, Yessie kemudian menjawab, “Serius kamu mau vege?” Vincent kembali menjawab, “Iya, benar.” Yessie sendiri juga sudah memendam niat untuk mengubah pola hidup vegetaris, tetapi karena beberapa anggota keluarga belum mau berubah, maka tekad tersebut belum bisa dijalankan. Berkat keputusan Vincent untuk menjadi seorang vegetarian, Yessie pun membulatkan tekadnya untuk menjadi vegetarian kemudian diikuti oleh ayah dan kedua kakak Vincent.
Keinginan Vincent untuk mengubah pola hidup membuat seluruh anggota
keluarga ikut mengonsumsi makanan vegetaris.
Dengan menyebarkan pola makan vegetaris pada teman-temannya, Vincent berniat meneruskan jejak Master Cheng Yen dalam mengkampanyekan hidup sehat demi menyelamatkan dunia.
Vincent dan keluarga aktif dalam kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, papa mama Vincent merupakan relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Utara 1. Setelah direstui orang tuanya, keputusan Vincent menjadi seorang vegetarian langsung diikrarkannya dalam Bulan Tujuh Penuh Berkah. Setelah mendengarkan sharing dari Shelly Widjaja tentang pentingnya pola hidup vegetaris dan melihat video tentang kondisi di peternakan serta pabrik pengolahan hewan, Vincent termotivasi untuk mengubah pola hidupnya. Pada akhir sharing, Vincent menjadi orang pertama yang menunjuk jari saat Shelly bertanya tentang siapa yang ingin menjadi seorang vegetarian.
Sebelum menjadi vegetarian, Vincent merupakan anak yang gemar mengonsumsi daging ayam. “Dia itu paling suka makan daging ayam,” ungkap Yessie menceritakan makanan kesukaan Vincent.Dua minggu setelah memutuskan untuk bervegetaris,Vincent diundang ke satu pesta ulang tahun dan di sana disediakan menu ayam goreng. Vincent yang sudah berikrar menjadi vegetarian kemudian berkata kepada orang tua temannya yang sedang merayakan ulang tahun. “Aunty, saya vege, jadi nggak bisa makan itu,” ungkap Yessie menirukan perkataan Vincent waktu itu.
Setelah selesai acara ulang tahun, Vincent dijemput untuk pulang ke rumah oleh Yessie. Dalam perjalanan pulang mereka bercakap-cakap seputar kegiatan ulang tahun teman Vincent. “Mami, aku belum makan,” kata Vincent, “Lho kok belum makan?” tanya Yessie. “Makanannya ayam goreng, jadi aku makan kue kecil aja,” Yessie menuturkan ulang obrolannya dengan Vincent. Dari percakapan ini, Yessie sebagai orang tua berpikir bahwa komitmen anak bungsunya sungguh besar untuk menjadi vegetarian.
Perubahan pola hidup menjadi vegetarian dalam keluarga Vincent sifatnya spontan, karena tidak direncanakan sebelumnya. Keputusan Vincent membuat seluruh anggota keluarga ditantang untuk tidak makan daging. Yessie juga sempat bertanya kepada Vincent perihal keputusannya, karena diusianya yang masih muda banyak hal yang bisa berubah secara tiba-tiba. “Enggak kepengen lagi makan daging?” tanya Yessie. Vincent yang sudah memantapkan niatnya pun menjawab dengan penuh kebijaksanaan. “No. I don’t wanna broke my promise,” ucapnya dalam bahasa Inggris.
Vincent merasakan dampak dalam dirinya setelah berubah drastis menjadi vegetarian. Awal-awal menjadi vegetarian, badannya sedikit lemas, tapi itu tidak berlangsung lama karena sekarang sudah terbiasa. “Awalnya sedikit lemas, tapi kondisi badannya enak setelah bervegetaris,” ungkap penggemar olahraga ini. Saat ini, Vincent menjadi lebih selektif dalam mengonsumsi beberapa jenis makanan. Kalau mau makan snack, ia melihat dulu food ingredient (bahan makanan) yang ada dalam kemasan, apakah mengandung daging atau tidak. “Yang penting bukan dari daging, walaupun hanya bumbu saya tidak mau makan,” tambahnya.
Dengan perubahan pola hidup Vincent, sesekali ia juga melihat beberapa menu masakan vegetaris melalui internet kemudian membaginya kepada sang ibu. Yessie sendiri sebagai seorang ibu juga bersyukur dengan hal yang dilakukan Vincent. “Saya yang bertahun-tahun ingin menjadi vegetarian baru terealisasikan dengan termotivasi oleh keputusan Vincent,” ungkap Yessie. Begitu pula dengan Vincent, ia merasa bahagia dengan perubahan yang terjadi dengan dirinya dan seluruh anggota keluarganya saat ini. “Perasaan saya senang karena bisa mengajak satu keluarga menjadi vegetarian,” ungkapnya.
Menebar Benih Kebaikan
Selain memotivasi keluarga untuk mengubah pola hidup menjadi vegetarian, dalam beberapa kesempatan, Vincent juga mengajak atau memotivasi orang lain untuk bervegetaris. Saat mengikuti kelas bimbingan bahasa Mandarin di sekitar PIK, ia juga menjelaskan tentang pentingnya bervegetaris. Ia berinisiatif untuk memberitahu teman-teman bimbingan belajarnya tentang pola hidup vegetaris.
Vincent dan keluarga aktif dalam kegiatan Tzu Chi.
Ini merupakan tantangan bagi Vincent karena diusianya yang masih sangat muda, ia berani mengajak dan menyosialisasikan tentang pentingnya bervegetaris.“Supaya teman-teman tahu makanan vegetaris dan pentingnya menjadi vegetarian,” tandas Vincent setelah selesai presentasi di depan kelas bimbingan. Teman-teman kelas bimbingan bahasa Mandarin pun menyambut positif apa yang Vincent lakukan dan memberikan tepuk tangan untuk Bodhisatwa cilik ini.
Ke depannya, Vincent juga berencana mengumpulkan teman-temannya untuk diajak sharing mengenai vegetaris. “Saya mau membuat friends gathering untuk sosialisasi vegetarian dan saya menjadi pembicaranya untuk memotivasi mereka,” ungkap Vincent. Diantara teman-temannya, hanya Vincent seorang yang memutuskan untuk mengubah pola hidup untuk tidak mengonsumsi daging. “Saya bangga menjadi vegetarian, karena bisa berdiri sendiri untuk menjadi vegetarian diantara teman-teman lainnya,” ungkap Vincent.
Pilihan Vincent menjadi seorang vegetarian juga tidak terlepas dari peran Sang Guru, Master Cheng Yen. Dengan berbagai ceramahnya dalam menyebarkan kebaikan, Vincent melihat sosok Shang Ren (Master Cheng Yen) sebagai pribadi yang menyayangi semua makhluk hidup. “Beliau itu seorang pekerja keras, setiap hari membabarkan Dharma untuk semua makhluk hidup,” ungkapnya. Vincent menambahkan, dalam beberapa sesi sharing ceramah Master Cheng Yen, ia memetik hikmah bahwa menjadi manusia harus menyayangi semua makhluk hidup dan ikut menjadi bagian dalam melestarikan serta menyelamatkan bumi ini. “Kalau tidak ada Shang Ren, mungkin saya tidak menjadi vegetarian saat ini,” ungkapnya saat menceritakan sosok Master Cheng Yen.
Vincent juga berharap agar semua Bodhisatwa Cilik ikut membantu Master Cheng Yen dalam menjaga kelestarian bumi. Ia berpesan bahwa melatih diri sejak usia dini bisa meningkatkan kualitas hidup yang baik di masa depan. Apalagi menjadi vegetarian, hal tersebut bukanlah hal yang susah jika memiliki niat yang sungguh-sungguh dari dalam hati. “Ayo teman-teman bervegetaris sama-sama biar bisa membuat bumi lebih sehat lagi, saya aja bisa kok,” tutup Vincent setelah menjelaskan di depan kelas bimbingan.
Kasihan Para Hewan
Ada lagi cerita tentang salah satu Xiao Pu Sha (Bodhisatwa cilik), Jennifer Cendana. Ia justru bervegetaris karena rasa iba melihat hewan yang dipotong untuk dikonsumsi. Jenni, sapaan akrab Jennifer memang tidak suka daging sejak kecil, sehingga ia pun tidak pernah mengonsumsi daging. Melihat Jennifer yang tidak suka daging membuat orang tuanya memutuskan untuk memberikan vitamin berupa minyak ikan setiap harinya. Tetapi sejak setahun yang lalu Jenni sudah tidak mengonsumsi minyak ikan lagi. “Sekarang diganti dengan madu,” ujar Tina Lee, mama Jenni.
Jennifer juga ikut membantu mamanya menyiapkan masakan vegetaris.
Bagi Jenni, bervegetaris adalah keinginan dirinya sendiri. Tidak ada orang lain yang memaksa untuk tidak makan daging termasuk orang tuanya. Mamanya sendiri sudah bervegetaris sejak 7 tahun lalu. Dari kebiasaan makan bersama mamanya dengan menu cukup sayur dan buah ini secara tidak langsung sudah memengaruhi pola makan Jenni. Terlebih di sekolahnya, Sekolah Tzu Chi Indonesia memang tidak menyediakan makan non vegetaris. “Geli melihat ayam, sapi dipotong. Kasian hewan-hewan jika dipotong,” kata Jenni mengungkapkan alasan memilih vegetaris.
Sebuah buku paspor vegetarian selalu setia menemani Jenni. Sebetulnya buku paspor ini fungsinya untuk menyemangati orang-orang yang baru latihan bervegetaris. Meskipun sudah full menjalani vegetaris, namun Jenni tetap mengisi buku paspor vegetarian dari Yayasan Buddha Tzu Chi itu. Buku paspor vege pun selalu dibawanya, termasuk ke sekolah. Tiap pagi, siang, dan malam ia selalu memberi bintang pada kalender catatan vege miliknya. “Tiap hari dapat tiga bintang,” ujarnya tersipu.
Apa yang dilakukan Jenni ternyata menyita perhatian teman-teman sekelasnya, sehingga mereka pun penasaran dengan buku yang dimilikinya. Jenni dengan antusias dan senang hati bercerita tentang buku paspor tersebut. “Ada yang tanya aku kenapa vege, aku bilang karena kemauan sendiri dan vege itu bikin kita sehat, bumi ikut sehat,” kata bocah sembilan tahun ini. Apa yang diceritakan Jenni pun ternyata menginspirasi teman-temannya, sehingga tiga temannya ingin mengikuti jejak Jenni. “Mereka sih minta sendiri paspornya, mereka bilang coba-coba saja,” imbuhnya.
Mengikuti Jejak, Menumbuhkan Ikrar Mulia
Satu dari tiga teman sekelasnya, Rakeisha Heidi Liem yang meminta buku paspor vege mengaku ingin mencoba untuk bervegetaris dan mengisi buku paspor vege. “Vege biar sehat,” katanya singkat. Rakeisha mengaku ketika di rumah ia lebih banyak mengambil menu sayur-sayuran dibanding daging. Sementara itu di sekolah dua kali makan dengan menu vegetaris. Meski begitu, Rakeisha tidak lantas memutuskan sendiri untuk bervegetaris, ia akan membicarakannya dulu dengan orang tuanya. “Aku belum isi (paspor vege) karena belum bilang sama mama,” ucap Rakeisha.
Apa yang dilakukan Jenni ternyata menyita perhatian teman-teman sekelasnya.
Menyadari akan pentingnya bervegetaris dan banyak manfaat yang dirasakan tidak membuat Jenni mengajak semua teman-temannya untuk melakukan hal yang sama dilakukannya. “Jarang sih nawarin teman untuk makan vegetaris karena (mungkin) keluarga mereka enggak mengijinkan,” ujarnya. Meski demikian melihat ada temannya mencoba memulai vegetaris membuatnya bersukacita.
Tidak hanya teman sekelasnya yang memulai untuk bervegetaris, dalam lingkungan keluarga, kakak Jenni, Tommy Cendana juga terinspirasi dengan tekad yang dilakukan sang adik. Sejak memasuki bulan tujuh penanggalan lunar (sistem penanggalan yang didasarkan pada pergerakan bulan-red) tahun 2016, ia bertekad untuk bervegetaris. Tommy pun memberikan sharing ikrar baiknya ini pada kegiatan Sosialisasi Bulan Tujuh Penuh Berkah yang diselenggarakan oleh relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1. “Vege ikut mami sama Jenni,” ungkapnya memulai pembicaraan. “Vegetaris mengubah pola makan saya,” lanjutnya.
Tepatnya tanggal 24 Juli 2016, Tommy memulai mengubah menu makannya dengan makanan vegetaris. “Saya tidak tergantung dengan (Ikrar) satu bulan ini, kalau bisa seterusnya,” ujarnya tersenyum. “Vege lebih sehat,” imbuh sulung ini singkat. Ia memberikan contoh bahwa makanan vege lebih sehat dibanding daging. “Contohnya daging sapi. Sapi makan rumput yang tumbuh dari tanah, air, sinar matahari. Rumput mengandung gizi 100%, ketika dimakan sapi hanya terserap 10%nya saja dan 90%nya keluar bersama tinja. Tinja yang dikeluarkan mengandung panas yang menyebabkan pemanasan global,” paparnya. Sehingga ia menyimpulkan bahwa makanan vegetaris memiliki gizi lebih tinggi dibanding daging.
Kesederhanaan hidup bervegetaris tetap diwarnai suasana kehangatan dalam keluarga Jennifer.
Lingkungan keluarga Tommy memang sangat mendukung dalam bervegetaris, tetapi lingkungan sekolah sangatlah berbeda. Ini tantangan yang harus dilalui Tommy dalam menjalankan niat luhurnya tersebut. “Biasanya mami kasih bekal makanan, kasih roti. Kalau enggak ya cepat-cepat pulang ke rumah atau ke restoran vege terdekat,” katanya diikuti senyum. Dengan mempertahankan tekad baiknya tersebut, Tommy juga berhasil mendapatkan tiga bintang dalam paspornya setiap hari.
Bagi Tommy, menjadi seorang vegetarian bukan tidak menemukan keinginan untuk tidak makan vegetaris. Tak dapat dielakkan nafsu untuk memakan daging pun masih bisa dirasakan. “Nafsu pasti ada. Tergantung apakah kita yang kontrol nafsu atau nafsu yang kontrol kita. Jadi kalau melihat orang makan daging, ikan, semua kembali ke prinsip saya, kalau enggak mau ya enggak mau,” tukasnya.
Sejak bervegetaris, Tommy sendiri sudah bisa merasakan manfaatnya. “Di badan rasanya lebih ringan, tubuh kita lebih bagus, dan tidak keluarin bau badan tidak sedap,” tutur siswa kelas dua SMA ini. “Kesehatan jadi bagus,” imbuhnya mantap. Tommy berharap bisa memiliki fondasi yang kokoh seperti adiknya, sehingga bisa menjadi teladan bagi teman-temannya maupun keluarga besarnya. Dengan begitu mereka mengikuti jejak dirinya menjadi seorang vegetarian.
Melihat sang kakak dan teman-teman sekelas yang mulai bervegetaris membuat Jenni bahagia. “Senang bisa bersama-sama vege untuk melindungi bumi, binatang-binatang enggak dipotong terus,” ungkap Jenni bangga.
Aktivitas Jennifer sebagai seorang vegetarian juga didukung oleh sekolahnya yang memangmenyajikanmakananvegetaris.
Kebanggaan dan sukacita juga dirasakan sang ibu melihat semangat kedua buah hatinya dalam mengubah pola makan. “Dengan saya makan vege, ternyata lingkungan ikut terpengaruh. Saya enggak mengajak tapi Jenni ikut makan,” ucap Tina. “Dan Tommy mulai (ikut vege) tanggal 24 bulan tujuh (penanggalan lunar) kemarin. Anak-anak ikut saya atas kemauannya sendiri,” sambungnya bangga.
Tina pun sangat mendukung langkah anak-anaknya dalam menyelamatkan bumi dengan bervegetaris. Meskipun pada dasarnya ibu dua anak ini tidak pernah meminta kedua buah hatinya untuk mengikuti jalannya. Terlebih menu vegetaris itu sangatlah sederhana dan gampang ditemukan, baik cara memasaknya maupun bahan makanannya. Bagi Tina menjadi seorang vegetarian sangat bagus bagi kesehatan. Selama tujuh tahun bervegetaris, Tina sudah bisa merasakan manfaat pada tubuhnya. “Dengan makan vege badan saya lebih sehat,” katanya. “Kalau dulu kaki sakit agak berat, ada bengkak. Semenjak makan vege enggak lagi,” akunya.
Ia berharap anak-anaknya bisa menjadi contoh baik untuk orang lain dengan menjadi seorang vegetarian. “Banyak orang takut jika vege anaknya kurang gizi, kurang pintar, tidak bisa tumbuh dengan baik. Tapi ternyata, dengan bervegetaris anak saya sehat, cerdas, bertingkah laku baik,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Penulis: Arimami Suryo A. | Yuliati