Sejuta Bansos, Sejuta Kebahagiaan yang Berlipat Ganda
Para petugas kebersihan menerima Bantuan Sosial Peduli Covid-19. Relawan secara simbolis menyerahkan 1.000 paket bansos. Puspawati, relawan komunitas Tzu Chi di Jakarta Utara menjadi salah satu relawan yang selalu aktif ikut dalam pembagian.
Pembagian bansos ini tak ubahnya merupakan wujud Tzu Chi yang terus memberikan perhatian bagi masyarakat. Di setiap titik pembagiannya, ratusan bahkan ribuan paket bansos berubah menjadi kebahagiaan yang berlipat ganda.
*****
Pekerjaan rumah yang besar menanti Tzu Chi Indonesia di awal tahun 2021 karena pandemi belum juga usai dan hidup normal seperti sedia kala entah kapan bisa kembali dimulai. Meski program vaksinasi sudah dilakukan, namun aktivitas masyarakat masih sangat terbatas. Tak tinggal diam, Tzu Chi Indonesia masih bersinergi dengan Pengusaha Peduli NKRI, dan organisasi lainnya membagikan satu juta paket beras dan masker yang masuk dalam program Bantuan Sosial Peduli Covid-19 dalam rangka perayaan Imlek Nasional 2021.
Hal itu sesuai dengan imbauan Presiden Joko Widodo untuk tetap merayakan hari besar dengan bijaksana. “Presiden mengimbau masyarakat (etnis) Tionghoa untuk tidak beramai-ramai merayakan Tahun Baru Imlek tahun ini. Rayakan saja di rumah masingmasing. Jika ingin bersilaturahmi, bisa dilakukan secara virtual. Setelah mendengar kabar ini, saya menghubungi perhimpunan Tionghoa lainnya dan menyarankan untuk mengubah acara perayaan Imlek menjadi kegiatan amal,” kata Sugianto Kusuma, Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Untuk membagikan sejuta bantuan sosial (bansos) itu, butuh waktu berbulan-bulan lamanya, hari-hari relawan Tzu Chi terasa seperti hari kerja. Sabtu dan Minggu pun sudah seperti hari lainnya. Mereka mengesampingkan kesibukan lainnya dan memilih berbagi sedikit hal yang mereka punya, yakni waktu dan tenaga, juga uang karena relawan pun sebagian besar ikut berdonasi secara pribadi sekaligus melakukan penggalangan dana ke donator.
Seorang warga menunjukkan kupon paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19 dari Tzu Chi. Kupon tersebut bisa ditukar dengan 10 kg beras dan 20 buah masker. Pembagian bansos ini didistribusikan secara bertahap bagi masyarakat yang terdampak pandemi di wilayah Pulau Jawa.
“Capek pasti ada, tapi perasaan untuk berbagi kasih kepada saudara kita membuat rasa capek nggak terasa,” kata Puspawati, relawan komunitas Tzu Chi di Jakarta Utara. “Jadi lebih ke ikut bahagia sih ya bisa melihat kondisi masyarakat di masa pandemi. Merasakan sangat bersyukur juga melihat kondisi mereka yang sehat dan aman,” lanjutnya.
“Kalau saya kunjungan kasih, survey kasus, (kegiatan) apa saja. Kalau dibutuhkan langsung turun. Pokoknya ada ‘surat kerja’, langsung turun ke lapangan. Begitulah namanya sudah komit,” timpal Johan Kohar, relawan komunitas Tzu Chi di Jakarta Timur sambil berkelakar. “Jadi kemarin juga banyak keluar dan keluarga pesan untuk selalu hati-hati. Ya tenang saja, di luar kita selalu menjaga diri dengan Prokes yang ada,” imbuh relawan yang sudah tidak lagi muda ini.
Tahap pertama pembagian sejuta paket bansos oleh Tzu Chi yang dibantu TNI dan Polri ini dimulai sejak Kamis, 25 Februari 2021 dan hingga saat ini (Mei 2021) masih berlangsung di berbagai wilayah di Pulau Jawa. Pembagian bantuan yang rencananya akan tuntas pada Juli tersebut, masing-masing berisi 10 kg beras dan 20 buah masker yang didistribusikan secara bertahap bagi masyarakat yang terdampak pandemi. Pembagian beras juga menggunakan metode baru untuk mencegah kerumunan dan penularan Covid-19.
“Para donatur ikut turun ke rumah-rumah warga dimana kegiatan ini baru dilakukan oleh para donatur selama pandemi Covid-19,” kata Joe Riadi, Koordinator pembagian beras yang juga Ketua Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi. Melihat langsung, turun ke rumah warga, mengetuk satu per satu pintunya memberikan pengalaman yang luar biasa.
Harus Guan Huai, Harus Pei Ban
Muhammad Jihan, kakek yang masih merawat 5 cucunya menerima paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19 melalui relawan komunitas He Qi Timur. Mengetahui kondisinya kehidupannya, relawan memberikan bantuan lebih lanjut untuk keluarganya.
Pembagian bansos ini tak ubahnya merupakan wujud Tzu Chi yang terus memberikan perhatian bagi masyarakat. Di setiap titik pembagiannya, ratusan bahkan ribuan paket bansos berubah menjadi kebahagiaan yang berlipat ganda.
Satu di antara mereka yang sangat bersyukur adalah Muhammad Jihan, seorang kakek berusia lanjut yang masih merawat 5 cucunya. Jihan, panggilan akrabnya menerima paket bansos dari Tzu Chi melalui relawan komunitas He Qi Timur. Hatinya sangat berbunga walaupun ia tak bisa mengucapkan banyak kata. Sepuluh kilogram beras rasanya sangat membantu karena ia tidak bisa mengandalkan orang lain untuk mencari nafkah dan menghidupi cucunya. Sementara dirinya hanya mengandalkan kemampuannya mereparasi alat-alat elektronik. Cucu pertamanya telah menikah, sementara empat lainnya masih hidup bersamanya.
Para santri di Pesantren Luhur Altsaqofah mengikuti acara penyerahan 350 paket Bantuan Sosial Peduli Covid-19. Paket beras diserahkan langsung oleh relawan Tzu Chi Hong Tjhin dan diterima oleh Pengasuh Pesantren, Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj, yang juga Ketua Umum PBNU.
Menurut Johan, ketika bertemu dengan kondisi serupa, relawan tak boleh abai. Sejatinya, dengan langsung turun ke lapangan dalam satu kegiatan, relawan memainkan sangat banyak peran. Mereka bisa menjadi penyampai pesan, perpanjangan tangan para donatur, hingga pembawa berkat dari Tuhan. Johan Kohar dan relawan He Qi Timur lainnya ketika bertemu Jihan menjadi ketiganya.
“Waktu kami pembagian beras, kami tidak tutup mata. Mendengar perjuangan hidupnya (Jihan) begitu, kami langsung membantu dalam misi amal. Kami (pada hari lainnya) melakukan survei lanjutan dan akhirnya memutuskan untuk memberikan bantuan biaya hidup dan kebutuhan lain untuk cucunya,” cerita Johan. “Kami tidak tutup mata, kami tetap menjalankan pesan Master Cheng Yen. Harus guan huai (perhatian), harus pei ban (pendampingan),” terangnya.
Kebahagiaan dari sepuluh kilogram beras tersebut terus berlipat ganda. Walaupun beras dan masker mungkin tidak bertahan lama, satu atau dua minggu saja. Tapi rasa diperhatikan oleh sesama, juga rasa syukur akan jalinan jodoh baik terus terukir mendalam di ingatan warga.
Penulis: Metta Wulandari
Fotografer: Dok. Tzu Chi Indonesia