Setangkup Harapan yang Terwujud di Kamal Muara
Rumah adalah istana bagi para penghuninya. Namun, tak semua orang beruntung memiliki “istana” yang layak. Julukan “rumah kolam lele, kolam ikan, dan genangan,” terasa akrab di telinga beberapa warga di Kamal Muara, Jakarta Utara karena mereka tak mampu memperbaiki rumahnya. Tapi berkat Program Bebenah Kampung Tzu Chi, kini impian warga untuk memiliki rumah yang bersih, sehat, dan layak huni bisa terwujud.
*****
Beberapa hari menjelang Lebaran 2022, tepatnya 15 April 2022 menjadi hari yang bersejarah bagi lima keluarga penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Hari itu, para pemilik rumah pun bersiap-siap sejak pagi menuju Masjid Jami AlHuda, Kamal Muara untuk menghadiri acara serah terima kunci Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2.
Menjelang pukul 09.00 WIB, warga yang rumahnya dibedah satu persatu datang ke Masjid Jami Al-Huda. Tak lama berselang, rombongan relawan Tzu Chi juga mulai berdatangan ke masjid tersebut bersamaan dengan Camat Penjaringan dan Lurah Kamal Muara beserta jajaran.
Setelah berbagai sambutan dari relawan Tzu Chi dan Camat Penjaringan, rangkaian doa pun dirapalkan dalam kegiatan bersejarah ini. Kemudian warga penerima bantuan bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara mulai dipanggil. Kunci beserta celengan bambu Tzu Chi pun diserahkan satu per satu kepada warga yang rumahnya dibedah.
Kondisi ekonomi yang sulit, membuat beberapa rumah warga di Kamal Muara kondisinya rusak, tak layak huni, dan lebih rendah dari jalan karena pemiliknya tidak mampu untuk memperbaiki. Tzu Chi pun memberikan bantuan bedah rumah dalam Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara yang sudah memasuki tahap ke-2 salah satunya kepada kaka beradik Neneng dan Muhamad.
Sebagai pelengkap kebahagiaan hari itu, para relawan Tzu Chi juga memberikan perabotan rumah tangga seperti, panci, kompor gas, kipas angin, rak, sapu, dan berbagai perabotan lainnnya untuk dipakai di rumah yang baru. Relawan Tzu Chi juga membawakan perabotan dan mengantarkan warga penerima bantuan menuju rumah baru mereka.
Jawaban dari Doa-Doa
Genap 3 bulan setelah penyerahan kunci, kelima keluarga penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara merasakan perubahan. Yang tadinya tinggal di rumah dengan kondisi atap yang bocor, lantai yang kerap tergenang air atau banjir, dan kondisinya lebih rendah dari jalan, kini semuanya berubah.
Tim redaksi Tzu Chi Indonesia pun menyempatkan untuk berkunjung ke rumah-rumah penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara pada 15 Juni 2022. “Zaman dulu sedih bener, mau makan nangkring di bale, apa-apa nangkring di bale,” kata Kartini, istri Muhamad, salah satu penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara. Bale (ranjang yang terbuat dari kayu atau bambu) menjadi sebuah hal yang penting bagi Muhamad dan istri supaya barang-barang mereka terhindar dari air.
Sebelum dibantu Tzu Chi, rumah Muhamad kondisinya lebih rendah dari jalan. Sedangkan rumah-rumah di sekitarnya lebih tinggi. Tentu saja hal ini membuat rumahnya bak cekungan, jika ada air hujan maka langsung tergenang. Hal tersebut diperparah dengan kondisi atap yang bocor di beberapa titik. “Kalau mau tidur singkir-singkirin dulu baju dan perabotan yang di atas bale,” ungkap Muhamad.
Suasana penyerahan kunci rumah Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Kamal Muara tahap ke-2 di Masjid Jami Al-Huda, Kamal Muara, Jakarta Utara. Tampak Neneng menerima kunci dan celengan bambu dari relawan Tzu Chi (kiri). Adik Neneng, Muhammad dan istri menempelkan foto mereka berdua bersama cucu di sebelah Kata Perenungan Master Cheng Yen yang ada di rumah mereka yang baru.
Bahkan anak bungsunya yang masih tinggal bersama kerap tidur di Masjid Jami Al-Huda supaya tidak terkena air. “Namanya anak perjaka, tidur ya dimana-mana kadang di masjid, kadang dimana,” ungkap Muhamad. Setelah rumahnya selesai dibedah Tzu Chi, keluarga ini memiliki dua kamar yang nyaman, satu digunakan Muhamad dan Kartini, satu lagi digunakan anak bungsunya. “Kalau sekarang senang dipikiran, nyaman,” jelas kartini dengan wajah berbahagia.
Saat penyerahan kunci, Muhamad dan istri juga sangat berbahagia, apa yang mereka bayangkan selama berpuluh-puluh tahun akhirnya menjadi kenyataan. Terlebih lagi relawan Tzu Chi juga memberikan bantuan perabotan rumah tangga untuk dipakai di rumah baru.
“Malam pertama tinggal dan tidur di rumah baru ngobrol dulu. Saya bilang ke Aki (Muhamad), ‘nihh doanya kita sholat tahajud udah ketemu, Ki’,” cerita Kartini saat pertama kali tinggal di rumah baru. Suami-istri ini pun sangat sayang dengan kondisi rumahnya, jika ada yang kotor sedikit langsung dibersihkan. Begitu pula dengan temboknya, hanya ada jam dinding, foto mereka berdua bersama cucu yang diletakkan bersebelahan dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen yang ditempelkan relawan Tzu Chi.
“Demen, mau saya bingkai (Kata Perenungan master Cheng Yen). Saya kalau nggak ketemu Buddha Tzu Chi, nggak bakal punya rumah,” ungkap Kartini.
Bisa Berlebaran dan Belajar Dengan Tenang
Hal serupa juga dirasakan Neneng, kakak Muhamad yang rumahnya bersebelahan. Sebelum dibantu Tzu Chi, keadaan rumahnya juga serupa dengan adiknya. “Kalau hujan, pasti alamat banjir,” ungkap Neneng mengingat rumahnya yang dulu. Setelah rumahnya dibedah Tzu Chi, Neneng pun merasakan perbedaan yang signifikan. “Beda jauh. Dulu mah bocor, sekarang anget,” tambahnya.
Relawan Tzu Chi juga ikut duduk di dalam rumah Neneng yang baru sambil menyalaminya sebagai bentuk ucapan selamat karena sudah memiliki rumah yang sehat, bersih, dan nyaman. Selain bantuan rumah, relawan juga memberikan sentuhan batin kepada warga.
Dulu, salah satu hal yang membuat Neneng kuatir adalah cucunya. Apalagi saat belajar, karena kondisi lantai yang sering terendam air, beberapa buku pelajaran sering terjatuh dan basah. “Ya cucu dulu kalau belajar ke masjid, abis bukunya suka jatoh trus basah,” ungkap Neneng. Setelah selesai direnovasi Tzu Chi, rumah Neneng kini sudah terbebas dari genangan air dan bocor.
“Sekarang mah kaga, udah gak mikir buku jatuh lagi,” jelas Neneng sambil tertawa.
Rasti (13), cucu pertama Neneng juga ikut senang karena rumah neneknya jauh berbeda dari sebelumnya. “Enakan sekarang, nggak ada airnya. Kalau ada airnya ya gitu, nimbain air,” ungkapnya. Dahulu jika teman-teman Rasti sedang berkunjung, mereka tidak bisa masuk ke rumah, hanya berdiri atau duduk di luar rumah saja karena di dalam selalu tergenang air. “Sekarang rumah nenek udah sama kaya rumah temen-temen, nggak banjir hehehe,” ungkap Rasti.
Momen Lebaran 2022 juga menjadi kebahagiaan bagi Neneng, anak, menantu, dan kedua cucunya. Pada Lebaran sebelumnya, tamu atau sanak saudara yang datang ke rumahnya hanya bisa mampir, bersalaman, dan menikmati hidangan kue seadanya di depan rumah. Kini, para tamu sudah bisa bersilaturahmi dengan nyaman, duduk, dan menikmati hidangan di dalam rumah.
“Dulu dateng cuma pada di latar, nggak ada yang masuk rumah takut sundul, takut basah. Kalau Lebaran kemarin (2022) pada masuk ke rumah,” ungkap Neneng.
Dengan penuh kebahagiaan, Rasti cucu Neneng kini dapat belajar dengan leluasa dan tenang tanpa dibayangi rasa takut bukunya jatuh ke lantai yang tergenang air. Jika dulu belajar menjadi momok menakutkan, kini belajar menjadi hal yang menyenangkan.
Kini di rumah Neneng ada 3 buah kamar tidur, dapur dan kamar mandi. Berbeda dengan yang dulu, kamar mandinya menyatu dengan dapur. “Rumah yang dulu nggak punya kamar mandi, mandinya di latar dapur. Enakan sekarang kamar mandinya bersih dan ada pintunya hehe,” kenang Neneng.
Hari pertama menempati rumah barunya, Neneng tampak bahagia. Setelah ditemani relawan Tzu Chi menggunting pita di depan rumahnya, ia pun segera masuk untuk merapikan perabotan rumah tangga baru dari relawan Tzu Chi dan perabotan lamanya. Menjelang malam, Neneng tak lekas tidur, ia pun teringat kondisi rumahnya yang dulu banjir selama puluhan tahun. “Pas mau tidur inget hal-hal yang nggak enak dulu (bocor, banjir). Sekarang tiba-tiba enak, Alhamdulillah,” kata Neneng bersukacita.
Lain Dulu, Lain Sekarang
“Kebayang, dulu mah kalo bapak lagi jaga, takut ketiban haha,” ungkap Fatnawiah, istri Saidup, salah satu dari lima penerima bantuan Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara. Dahulu sebelum direnovasi Tzu Chi, rumah Saidup yang berprofesi sebagai Hansip di Kamal Muara ini kondisinya lebih rendah dari jalan. Setiap hujan dan air laut pasang, rumah mereka selalu terendam air.
Dengan penuh rasa bangga dan sukacita, Saidup dan Fatnawiah berdiri di depan rumah mereka yang telah direnovasi Tzu Chi. Cibiran dan olok-olok tetangga tentang rumahnya yang dulu seperti kolam lele kini hanya tinggal kenangan (atas). Rumah lama Saidup saat disurvei oleh relawan Tzu Chi (bawah).
Selain itu, kayu penyangga atap rumahnya juga banyak yang terlepas. “Makanya dulu saya kalau pas dirumah trus hujan, saya di dekat pintu aja. Takut tiba-tiba brukk (ambruk),” jelas Saidup. Kondisi rumahnya yang dulu juga kerap kali menjadi bahan ejekan dari beberapa orang tetangganya. “Kadang ada yang bilang, ‘Dup, rumah lu mah dilepasin ikan lele aja’. Berasa (sakit hati), tapi saya diemin aja,” kenang Saidup.
Tidak sampai disini, istrinya Fatnawiah juga beberapa kali mendapat ejekan dari tetangga yang lewat di depan rumahnya. “Kalau saya lagi nguras air dari dalem rumah, ada aja tetangga lewat yang nyeletuk. ‘Ditimbain sama aja boong, itu kan empang’, gitu,” kata Fatnawiah.
Saidup dan istrinya pun hanya bisa mengelus dada. Mungkin maksud dari para tetangga itu hanya bergurau, tetapi bagi yang tinggal di rumah tersebut gurauan-gurauan tersebut seolah mengejek kondisi rumah mereka yang hampir selalu tergenang air. Tak banyak yang bisa dilakukan Saidup untuk memperbaiki rumahnya karena keterbatasan ekonomi.
Adanya Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara seolah menjawab semua keluhan yang dirasakan Saidup sekeluarga. Keinginan memiliki rumah yang terbebas dari banjir dan bocor selama puluhan tahun akhirnya terwujud. “Kepengenan mah dari dulu. Alhamdulillah, terkabul sekarang berkat Tzu Chi,” kata Fatnawiah gembira. “Tetangga pada bilang, ‘enak ya sekarang’,” tambahnya.
Kondisi di dalam rumah warga calon penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi di Kamal Muara. Rata-rata dari mereka menggunakan bale untuk tempat pakaian dan perabotan lainnya supaya terhindar dari air yang menggenangi lantai rumah.
Setelah 3 bulan menempati rumah baru mereka, banyak hal-hal baru yang bisa mereka lakukan di rumah. “Nyaman, Alhamdulillah,” Kata Saidup. Saidup pun jarang sekali bisa duduk di lantai rumahnya sebelum direnovasi Tzu Chi. “Nggak bisa (duduk), orang dibawahnya ada air,” kenangnya. Kini, setiap pulang jaga atau saat sedang tidak tugas menjaga keamanan lingkungan, Saidup bisa dengan nyaman duduk dan tidur-tiduran di lantai rumahnya yang sudah terbebas dari genangan air. “Saya tiduran disini terus. Ngadem, nonton TV,” ungkap Saidup.
Aman, Nggak Takut Jatuh Lagi
Pengalaman tidak mengenakkan juga sering dialami Nenek Muhimah yang rumahnya ikut direnovasi dalam Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara. “Waduh sedih dulu mah. Jauh bedanya sama sekarang. Kalau musim hujan kamar ditaro ember gede, kalau udah penuh angkutin keluar. Mana dari atas ada serpihan tembok yang rontok. Jadi bawahnya air, kasurnya ada pasir serpihan tembok,” kenang Nenek Muhimah.
Masuk menjadi salah satu penerima bantuan bedah rumah Tzu Chi menjadi salah satu harapan yang sejak dulu Nenek Muhimah impikan. “Ya Allah, kapan rumah saya ada yang mau benerin. Tiap malam sebelum tidur begitu doanya,” kata Nenek Muhimah. Setelah diresmikan penggunaanya pada 15 April 2022 lalu, rumah Nenek Muhimah tampak lebih luas, sehat, dan bersih.
Sebelum rumahnya dibedah, Nenek Muhimah sering sakit pinggang bahkan terpleset saat melakukan aktivitas rumah tangga. Kini ia pun bahagia bisa mencuci piring di atas wastafel tanpa harus merasakan sakit pinggang lagi.
Tidak ada lagi genangan air, tidak ada lagi barang-barang yang menumpuk diatas kursi, tidak ada lagi ember dan bak di dalam kamar. Dan yang lebih penting, Nenek Muhimah kini merasa aman melangkah di rumahnya sendiri. “Dulu pernah bawa beras mau diselametin pas banjir. Saya jatoh karena licin, berasnya tumpah semua,” kenang Nenek Muhimah. “Kalau sekarang, aman. Nggak licin lagi hehe,” kelakarnya.
Dengan adanya rumah baru setelah direnovasi Tzu Chi, beberapa aktivitas Nenek Muhimah juga menjadi lebih mudah salah satunya adalah adanya kamar mandi yang bersih. “Dulu kalau mau buang air ya ke WC umum, bayar. Sekarang tinggal buka pintu, saya gembira sekali,” ungkap guru mengaji tersebut. Selain itu, adanya dapur dan tempat mencuci piring juga memudahkan Nenek Muhimah saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga. “Biasanya cuci piring jongkok, pegel, namanya udah tua. Sekarang enakan pake ini (wastafel),” jelas Nenek Muhimah saat menunjukkan dapurnya.
Saat ini, Nenek Muhimah tinggal bersama 3 orang cucunya. Ia pun sangat bersyukur bisa dibantu Tzu Chi untuk memiliki rumah yang layak huni. “Klo sekarang mah tidur, nyaman, siang juga tidur hehehe. Kalau dulu boroboro, kadang tidur numpang di rumah orang,” kenang Nenek Muhimah. “Sekarang kalau puasa juga enak. Buka puasa dan sahur bisa rame-rame disini,” pungkasnya.
Punya Rumah Bersih dan Nyaman
“Duh bagaimana ya, andaikata kalau rumah bagus kaya orang-orang, tidur pules kali ya?,” kenang Sakti menceritakan harapannya sebelum rumahnya masuk dalam Program Bebenah Kampung Tzu Chi Tahap ke-2 di Kamal Muara. Setelah rumah lamanya selesai direnovasi Tzu Chi, Sakti beserta keluarga kini tinggal di rumah yang layak huni.
Saking rendahnya, kaso kayu di tengah-tengah rumah Sakti sejajar dengan dahinya. Kondisi inilah yang dulu sering mengakibatkan kepalanya dan beberapa anggota keluarga sering terbentur. Selain itu genangan air dan atap yang rusak juga memperparah kondisi rumahnya.
“Rasanya enak, beda sama rumah yang dulu. Bedanya pokoknya ngenakin semua-muanya,” kata Sudiah, istri Sakti menceritakan kesannya tinggal di rumah baru. Dibalik nyamannya tinggal di rumah yang baru, Sudiah memiliki kisah di rumah lama yang sering tergenang air dan tidak pernah akan ia lupakan. “Saya tidur juga pernah kecebur, balik badan langsung nyebur ke air. Mau nggak mau tengah malam saya mandi hahaha,” cerita Sudiah sambil tertawa.
Selain sering tergenang air, kondisi rumah Sakti dan Sudiah juga diperparah dengan kondisi atap yang berluang-lubang saat itu. “Tampias dari atas kalau hujan, kan genteng banyak yang melompong,” jelas Sakti. “Enakan disini, kan kalau dulu rumahnya rombeng, pendek, kalau masuk ke dalem suka kejedot, sering banjir pula,” tambahnya.
Kondisi rumah Sakti setelah direnovasi Tzu Chi tampak jauh lebih baik dari sebelumnya. Istrinya Sudiah pun juga senang mendapatkan bermacam perabotan rumah tangga dari relawan Tzu Chi. Salah satunya adalah kompor yang langsung ia gunakan untuk memasak.
Tiga bulan berada di rumah yang baru juga menghapus rasa was-was Sudiah. Terlebih lagi saat cuaca hujan. “Kalau hujan sekarang malah suka nggak tau, saking pulesnya hahahaha,” jelasnya. Berbeda dengan Sakti, ia pun senang dengan rumah barunya. Selain untuk tinggal dengan nyaman, ia juga bisa menyambut saudara atau tamu yang ingin bersilaturahmi dengan baik di rumahnya tersebut.
“Enakan sekarang, ada tamu bisa masuk. Kalau dulu ada tamu mau duduk dimana?,” ungkap Sakti.
Perabotan yang diberikan relawan Tzu Chi untuk digunakan di rumah yang baru juga mulai digunakan. Sudiah pun senang dengan kompor pemberian relawan. Dulu ia hanya memiliki kompor satu tungku, jika memasak harus bergantian. “Enak sekarang kompornya, ada dua tungkunya. Kalau dulu kan satu, jadi masaknya harus gantian,” ungkap Sudiah.
Tak henti-hentinya Sakti bersyukur atas rejeki yang ia dan keluarga terima lewat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. “Saya banyak-banyak terima kasih kepada Buddha Tzu Chi dikasih rumah, aturan nggak punya rumah jadi punya rumah. Aturan saya hidupnya keblangsak (susah) jadi enak sekarang,” kata Sakti bersyukur.
Teks & Foto: Arimami Suryo A.