Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh

Para peserta melakukan Medical Check Up (MCU) di Tzu Chi Hospital sebagai bahan analisis perbandingan sebelum dan sesudah mengikuti Program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh (Wholefood Vegan Diet).

“Dalam satu detik, 2.556 ekor hewan dibunuh. Setiap hari, lebih dari 200 juta hewan dikorbankan. Lihatlah, berapa banyak hewan yang harus diternak untuk memenuhi nafsu makan manusia? Kita harus meningkatkan kesadaran orang atas pola makan. Praktik nyata adalah yang terpenting.” (Kutipan Ceramah Master Cheng Yen, 11 Desember 2021)

*****

Sejak tahun 2002 ketika SARS merebak, Master Cheng Yen (Pendiri Tzu Chi) sudah menggaungkan pentingnya tidak membunuh hewan demi nafsu makan manusia. Tahun 2020 ketika pandemi Covid-19 melanda, hal tersebut makin ditekankan. “Pandemi ini membawa sebuah pelajaran besar. Tidak boleh tidak bervegetaris, tidak boleh tidak menyebarkan, tidak boleh tidak memiliki cinta kasih,” pesan beliau kepada insan Tzu Chi. Imbauan tersebut pun berulang kali tanpa lelah diucapkan beliau.

Suatu hari di pertengahan tahun 2021, relawan komite Tzu Chi Indonesia yaitu Chia Wen Yu melihat bahwa relawan di Malaysia mengadakan kegiatan Tantangan 21 Hari Vegan. “Awalnya Malaysia adakan vegan challenge ini. Mereka ada dokternya, ada ahli gizinya, semuanya insan Tzu Chi. Kita di dunia Tzu Chi merasa ini adalah hal baru,” kata Wen Yu.

Meski merupakan hal baru, Wen Yu teringat akan imbauan Master Cheng Yen yang sangat sejalan dan berhubungan pula dengan kesehatan. Tantangan ini dapat menggalang masyarakat umum untuk mencoba dan merasakan manfaat dari pola makan nabati, yang tanpa produk susu dan telur, tanpa gula, tanpa gorengan, dan minim garam. Dan setelah merasakan adanya perbaikan kesehatan, peserta dapat meneruskan pola makan yang sama usai menjalani program.

Merasa metode ini bagus dan banyak manfaatnya, Wen Yu pun bergegas menyampaikan gagasan ini kepada sejumlah relawan Tzu Chi di Indonesia yang kemudian sepakat untuk menjalankan program ini. Walau berada jauh di Australia, Wen Yu berkoordinasi dengan relawan di Indonesia meski hingga tengah malam karena perbedaan zona waktu. Selama menjalankan program ini, banyak hal yang ia tangani sendiri.

Untuk konsultan gizinya, ia langsung terpikir seorang yang sangat kompeten dan sesuai, yaitu Dr.Susianto, MKM. Wen Yu pun menghubunginya. “Langsung dia mau dan sambut dengan gembira. Dia kan memang mengembangkan vegan dan sangat sukses soal vegan. Dia sangat senang dan langsung bilang ‘bole’,” cerita Wen Yu yang mengaku sudah kenal baik Dr.Susianto hampir 20 tahun. Ia sangat yakin karena pengalaman internasional Dr.Susianto sudah tidak diragukan lagi sehingga dapat membimbing peserta untuk mengenal dan memahami pola makan vegan yang baik.

Urusan konsultan gizi selesai, selanjutnya yang juga sangat penting adalah penyedia makanan vegan. Jalinan jodoh memang menakjubkan, kebetulan tidak lama ketika itu, Dr.Susianto baru saja membuka café vegan miliknya di Golf Island PIK, tidak jauh dari Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara. Maka untuk tahap pertama, semua makanan vegan disediakan oleh tim dari Dr.Susianto. “Kita kan belum tahu plant base itu kayak apa, untung ada Dr.Susianto yang waktu itu kebetulan buka cafenya. Gan en (terima kasih) kepada Dr.Susianto, dari dia barulah kita tahu apa itu makanan plant base,” tutur Wen Yu, ia bersyukur atas jalinan jodoh baik ini.

Tim konsumsi Program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh menyiapkan dan memikirkan setiap menu makanan vegetaris dengan matang agar para peserta program ini tahu betul akan rasa alami dari setiap makanan yang sudah pasti lezat walaupun tanpa bahan tambahan yang berlebihan.

Karena masih tahap mencoba dan belajar maka khusus tahap pertama yang dimulai 4 September 2021 ini, pesertanya terbuka untuk kalangan internal saja, yaitu relawan Tzu Chi sebanyak 46 orang. Di hari pertama dan terakhir program, peserta wajib menjalani pemeriksaan kesehatan. Hasil pemeriksaan sebelum dan sesudah 21 hari itu dibandingkan, sehingga perbaikan kesehatan bisa langsung terlihat.

Menurut Dr.Susianto, mengapa 21 hari, itu ada alasannya. “Ada penelitian psikologis, perilaku yang simpel bisa berubah selama 21 hari dengan membuat kebiasaan,” sebut Dr.Susianto saat mendampingi peserta menjalani pemeriksaan kesehatan di Tzu Chi Hospital. Menurutnya lagi, buruknya kondisi kesehatan seseorang sebenarnya bisa diperbaiki melalui pemilihan dan cara pengolahan makanan yang tepat, yaitu makanan dari nabati alami, tidak digoreng, tidak melalui pengolahan seperti tepung-tepungan, mie, roti, dan lainnya.

Tahap pertama yang berakhir pada 24 September 2021 ini pun langsung menunjukkan hasil. Banyak peserta di luar dugaan mengalami penurunan berat badan. Selain itu kadar kolesterol, asam urat, trigliserida yang selama ini berlebih pun menuju normal. “Pada batch pertama, hasil analisisnya bagus dan banyak sekali peserta yang mengalami perubahan. Semoga di batch berikutnya akan mendapatkan hasil yang lebih baik,” ungkap Dr.Susianto.

Bersatu Hati Memikul Tanggung Jawab
Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang didapat pada tahap pertama maka tanggung jawab memasak pada tahap kedua yang dimulai pada 6 November 2021 ini tidak lagi mengandalkan pihak luar. Meski demikian, tim konsumsi yang dipimpin Apit Utomo dari kantin Tzu Chi ini tetap berkonsultasi dengan Dr.Susianto jika menemui keraguan. Setiap harinya, mereka sudah memasak dari pukul 5 pagi agar makanan dapat diambil peserta pada pukul 11. Hebatnya, makanan yang disajikan walau sedikit garam, tanpa gula, tanpa minyak, tapi tidak terasa hambar dan malah enak di lidah.

“Terima kasih kepada Doktor Susianto yang sudah membimbing kami sehingga kami bisa memasak begitu penuh gizi dan bervariasi,” tutur Apit kala itu. Setiap harinya mereka harus memasak sebanyak 228 porsi makanan dan 114 dessert untuk 114 peserta. Di samping itu, tim Apit juga tetap menjalankan tugas rutin memasak untuk karyawan Tzu Chi dan DAAI TV yang jumlahnya di atas 200 orang.

Memasuki tahap ketiga yang berlangsung 11 Juni 2022 dan diikuti 125 peserta, tanggung jawab menyediakan makanan beralih ke relawan konsumsi, yang dipimpin He Xin konsumsi yaitu Lynda Suparto, Cindy Lie, dan Widyanti Tjasnadi. Tantangan dalam program ini bukan hanya dirasakan peserta karena sebanyak 7 komunitas He Qi Jakarta dan Tangerang giliran mendapat “jatah” memasak selama 3 hari.



Dr. Susianto, MKM. Mendampingi tim konsumsi menyiapkan makanan dalam program Tantangan 21 Hari Diet Nabati Utuh. Di bawah bimbingannya, tim konsumsi memasak berbagai macam menu dengan terkontrol sehingga membantu suksesnya program ini.

“Jujur kreativitas kita harus bermain. Kebetulan saya jadi peserta di tahap 1, jadi ikut merasakan makanannya sehingga ketika menerima tanggung jawab ini, ya timbul ide-ide,” kata Widyanti. Meski dirinya berpengalaman memasak menu vegetaris, namun kali ini berbeda karena banyak yang dibatasi. Mereka harus berkreasi mengombinasikan makanan, “meminjam” rasa alaminya, sehingga tidak hambar.

“Saya sangat salut dengan seluruh tim konsumsi dan seng huo zu. Kalau nggak dijalanin, kita nggak tahu loh kalau tujuh he qi ini bisa jalanin program ini,” timpal Lynda. “Melihat relawan begitu semangat dan sepenuh hati, gimana kita nggak gan en ya,” sambungnya. Dirinya yakin untuk tahap berikutnya timnya sudah lebih matang dan siap.

Hasil yang Membuat Gembira
Tidak sedikit peserta yang bahagia merasakan manfaat program ini, Charlie salah satunya. Berat badannya yang semula di atas 100 kg, berhasil turun sebanyak 10 kg di hari ke25. Sebelumnya ia pernah mencoba bermacam program dan obat diet, namun tidak ada yang memuaskan, malah ada yang bikin sakit maag dan berat badannya kembali naik.

“Ikut program ini berat badan jadi stabil, badan juga jadi enteng. Vegan ini anggap aja kayak lagi detoks dan melatih diri, hehe…,” kata Charlie. “Ini program bagus sekali apalagi di masa pandemi kita harus menjaga kondisi tubuh. Kalau kita sehat, baru bisa leluasa melakukan berbagai hal termasuk membantu sesama,” pungkasnya.

Kebahagiaan juga dirasakan keluarga Eva Wiyogo. Selama ikut program ini, sekeluarga menjadi lebih kompak dan saling perhatian. Setiap pagi mereka sarapan bersama dengan menu vegan yang disiapkan oleh menantunya. “Yang spesial adalah bahwa dalam satu meja, semua makanan ini penuh kebahagiaan (berbahan nabati), tidak ada lagi makanan dengan penderitaan atau tangisan (dari bahan hewani). Kesehatan itu bonusnya, yang pasti kami bahagia,” ucap Eva sumringah.

Wen Yu berharap, selain mengajak masyarakat umum, relawan Tzu Chi sendiri hendaknya juga berpola makan vegetaris sesuai imbauan Master Cheng Yen. Ia juga berharap setiap orang selain menjaga kesehatan, juga berempati pada hewan dan memikirkan kelestarian Bumi. “Kita, (relawan) Indonesia mengikuti apa yang Master (Cheng Yen) katakan, tetapi sebenarnya bukan hanya di mulut aja kita mesti vege, sebenarnya jiwa raga juga harus vege. Artinya kita juga harus bisa mengucapkan yang baik, membuat niat yang baik, dan melakukan hal yang baik,” ajak Wen Yu.

Program ini selain dilakukan relawan Tzu Chi Jakarta, juga relawan Tzu Chi di Medan. Hingga Juni 2022, total terdapat 669 peserta yang telah mengikuti tantangan ini, dengan 3 tahap di Jakarta dan 7 tahap di Medan.

Penulis: Erli Tan
Foto: Arimami Suryo A.
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -