Wariskan Nilai Kemanusiaan, Cerahkan Dunia Pendidikan

Di tengah kesibukannya sebagai pendeta dan kepala sekolah, Timothy Athanasios, seorang pembelajar yang suka membaca juga gemar berbagi ilmu melalui tulisan ini sudah menerbitkan 22 buku. Salah satunya adalah Sekolah Masyarakat & Masyarakat Belajar yang ditulisnya bersama guru-guru SD Cinta Kasih Tzu Chi (kiri)


Bagaimana jadinya jika seorang pendeta, guru, kepala sekolah, dan juga penulis 22 buku menjadi relawan Tzu Chi? Adalah Timothy Athanasios yang sudah “nyemplung” di dunia pendidikan sejak tahun 1999. Ia berjodoh dengan Tzu Chi mulai dengan menjadi Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, hingga dilantik menjadi anggota Komite Tzu Chi di Taiwan.

*****

“Saya seorang Kristen dan seorang pendeta. Tidak pernah terpikirkan dalam hidup saya bahwa saya boleh menjadi insan Tzu Chi, bahkan boleh berdiri di hadapan Shang Ren 上人 (panggilan insan Tzu Chi kepada Master Cheng Yen). Saya sangat terharu karena saat ini mendapatkan kesempatan untuk dilantik menjadi komite.”

Hari itu, 3 Desember 2023 di Griya Jing Si Hualien, Taiwan, Timothy Athanasios diliputi rasa haru dan syukur karena berkesempatan bertemu serta menceritakan perjalanan hidupnya selama di Tzu Chi kepada Master Cheng Yen. Dengan penuh ketulusan, Timothy tak dapat membendung rasa hormatnya kepada Master Cheng Yen serta kekagumannya terhadap Tzu Chi. “Murid datang sebagai orang asing, namun di sini disambut sebagai keluarga. Murid datang sebagai orang Kristen, namun tetap diterima sebagai murid Shang Ren. Shang Ren terima kasih, terimalah kiranya hormat ini dari murid. Terimalah kiranya hormat ini dari seorang Kristen, seorang pendeta, dan selamanya murid Shang Ren,” ucap Timothy menutup sharing-nya saat itu. Dua hari itu menjadi momen penting dalam hidupnya, yaitu resmi dilantik menjadi murid Master Cheng Yen, dan memberi persembahan berupa kisah hidupnya.

Menghargai Karya Tuhan
Puluhan tahun aktif di dunia pendidikan, Timothy memulai kariernya sebagai pendeta dan guru agama beberapa sekolah di Jakarta. Kesukaannya dalam belajar dan membaca membawanya meraih pendidikan hingga lulus S3 Teologi.

Sebelum mengenal Tzu Chi, Timothy tidak sengaja “bertemu” dengan Master Cheng Yen melalui pencarian di internet. Saat itu ia tengah mempersiapkan bahan khotbah untuk siswa di sekolah. Ia ingin bercerita tentang pelayanan Bunda Teresa di Kalkuta, India. Ketika mencari di internet tentang siapa yang sekarang melakukan yang seperti dilakukan Bunda Teresa, internet menampilkan sosok biarawati bernama Master Cheng Yen.

Kecintaannya pada dunia pendidikan membawanya ke Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Sebagai kepala sekolah, Timothy berupaya membangun keharmonisan antarwarga sekolah yang jumlahnya mencapai 2.600 orang (bawah).

“Waktu itu saya tidak mengenal Shang Ren, namun saya membaca tentang beliau. Sungguh, saya mengagumi apa yang beliau lakukan melalui Tzu Chi untuk membangun dunia yang lebih baik. Saya melihat karya Tuhan melalui Master Cheng Yen, sehingga melalui Master saya bisa menghargai karya Tuhan. Sekalipun keimanan berbeda, namun saya percaya bahwa kita semua bersaudara di dalam kemanusiaan,” cerita Timothy.

Saat ini Timothy menjabat sebagai Kepala SD Cinta Kasih. Baginya, ini adalah jalinan jodoh baik dan sebuah kepercayaan yang diberikan kepadanya. Saat itu melalui informasi dari Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih (SCK) Tzu Chi, Timothy memasukkan lamaran. “Pak Freddy dulu adalah kepala sekolah dan saya pendeta di sekolah yang lama. Ketika beliau pindah ke Tzu Chi, saya menjadi kepala sekolah menggantikan beliau. Nah ketika beliau di SCK mendapat promosi menjadi direktur, posisi kepala sekolahnya lowong lagi, lalu saya dikontak lagi sama Pak Freddy. Saya pikir itu suatu hal yang nggak akan datang dua kali, jadi saya ambil kesempatan itu, saya coba apply.” Sejak tahun 2016 itu pula Timothy diberi kepercayaan untuk menjabat sebagai Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.

Menjadi “Semakin Tzu Chi”
Seiring berjalannya waktu, Timothy mengaku dirinya pun “semakin Tzu Chi”, mulai dari membaca buku dan mendengarkan ajaran Master Cheng Yen melalui Xun Fa Xiang (kegiatan menghirup Dharma di pagi hari), hingga terlibat dalam misi pendidikan dan misi amal Tzu Chi. Ia mendapati bahwa ajaran dan nilai-nilai yang didapatnya di Tzu Chi tidak jauh berbeda dengan yang ia pelajari selama ini.

Selama bergabung di dunia Tzu Chi, Timothy mendapati bahwa ajaran dan nilai-nilai yang didapatnya di Tzu Chi tidak jauh berbeda dengan yang ia pelajari selama ini.

“Sejak tahun 2010 saya sangat amazed dengan teologi pembebasan, yaitu upaya orang Kristen mengentaskan kemiskinan, itu selalu ada di pikiran saya, kita harus lakukan tapi nggak tahu caranya. Saya tahu tokohtokoh Kristen melakukan itu, tapi nggak pernah semasif yang dilakukan Tzu Chi. Itulah yang membuat saya percaya dan mendukung kausalitas yang dilakukan Tzu Chi tentang menjadikan dunia ini bebas dari bencana,” kata pendeta yang kini aktif melayani di Reformasi Liturgi Church.

Kekagumannya pada Tzu Chi yang ia sebut sebagai karya Tuhan ini terlebih adalah pada relawan-relawannya yang benar-benar tanpa pamrih dalam bekerja dan menjalani misi. “Relawan-relawan ini bener-bener rela, yang relanya sampai nggak masuk akal, sangat luar biasa, dimana mereka harus urusin orang yang orang-orang lain tuh nggak peduli tentang itu,” sambungnya.

Begitu juga dengan semangat insan Tzu Chi yang setelah membantu seseorang, lalu mengajak orang tersebut untuk samasama berbuat di jalan kebaikan dan kembali membantu orang lain lagi. Ini adalah sebuah inspirasi bagi Timothy, bahwa aliran kebajikan tidak akan terputus, dan orang yang pernah dibantu juga dapat menggunakan hidupnya untuk menolong orang lain. Dengan demikian orang-orang akan terbebas dari penderitaan dan kemiskinan.

Dunia Pendidikan dan Menulis Buku
Kini, sebagai Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, ia merangkul nilai-nilai kemanusiaan tanpa memandang perbedaan kepercayaan, memadukan ke-Kristenan dan ke-Tzu Chian dalam sebuah perjalanan yang mengukir jejak kebaikan dan inspirasi dalam setiap langkahnya. Ia tidak ragu memasukkan nilainilai bajik yang diterapkan di Tzu Chi ke dalam materi khotbah ataupun sharing-nya dalam seminar edukasi yang ia bawa di luar Tzu Chi.

Sebagai pendeta yang aktif melayani di Reformasi Liturgi Church, Timothy tidak ragu memasukkan nilai-nilai bajik yang diterapkan di Tzu Chi ke dalam materi khotbah ataupun sharing-nya dalam seminar edukasi yang ia bawa di luar Tzu Chi.

Timothy bukan hanya seorang pendidik dan pemimpin, tetapi juga sosok pembelajar yang gemar berbagi ilmu dan pemikirannya melalui tulisan. Hingga kini terdapat 22 buku yang sudah terbit dan masih ada beberapa buku dalam proses penyelesaian. Timothy mulai menulis pada tahun 2004 berupa artikel kecil mengenai renungan untuk gereja, sedangkan buku pertamanya terbit pada tahun 2015. Menurutnya, menulis bisa membawa perubahan dalam kehidupan seseorang. “Ketika saya menulis saya tahu bahwa (melalui buku) ini (bisa) bicara banyak bahkan setelah saya nggak ada nantinya, itulah mengapa saya menyukai tulis menulis ini,” katanya.

Di samping buku bertema teologi dan kepemimpinan, kecintaannya pada dunia pendidikan tentu saja membuatnya menulis buku dengan tema edukasi juga. Salah satu buku bertema edukasinya adalah Sekolah Masyarakat & Masyarakat Belajar. Buku ini ditulis Timothy bersama guru-guru SD Cinta Kasih Tzu Chi di tahun 2021, berisi tentang masyarakat yang seharusnya adalah masyarakat belajar. Bahwa yang belajar itu bukan hanya sebatas siswa yang datang ke sekolah saja, namun sekolah masyarakat yang mana semuanya belajar bersama-sama mulai dari guru, siswa, dan orang tua.

Uniknya penyaluran buku ini juga menerapkan semangat cinta kasih Tzu Chi. Seluruh laba penjualan buku yang bisa dibeli di salah satu e-commerce ini akan disumbangkan bagi para siswa yang membutuhkan bantuan biaya pendidikan.

Sebagai kepala sekolah, Timothy berupaya membangun keharmonisan antarwarga sekolah yang jumlahnya mencapai 2.600 orang. Selain itu, baginya sosok guru bukanlah sekedar profesi, tetapi juga suatu misi untuk membuat anak-anak menjadi manusia yang lebih baik. Ia selalu berpesan kepada para guru untuk menjadi sosok Bodhisatwa bagi anak-anak. “Saya selalu bilang, yuk mari kita menjadi Bodhisatwa, menjadi orang yang mengusahakan kebaikan untuk sekitar kita maka sekolah kita akan jadi alat ampuh untuk ke depannya, mengubah masyarakat,” imbuhnya.

Tekad di Jalan Bodhisatwa
Bergabung di lingkungan Tzu Chi otomatis Timothy pun mengikuti kegiatan Tzu Chi. Tanpa ia duga, ternyata kerelawanan ini membuat dirinya tumbuh berkembang. Mengikuti kegiatan kerelawanan kini menjadi sebuah ladang pelatihan baginya, dan nilai kebaikan yang didapatnya ia praktikkan kembali dalam kehidupannya sehari-hari. “Sebagai seorang pendidik, seorang pemikir, saya bersyukur Tzu Chi mengajarkan saya tidak hanya menjadi thinker (pemikir) tapi juga sebagai do-er (pelaku),” tuturnya. “Saya senang menjalani misi amal, kita bisa melihat kehidupan orangorang yang bener-bener membutuhkan, kita bisa menjadi saluran untuk membantu mereka,” lanjut Timothy.

Dapat dilantik menjadi murid Master Cheng Yen, bagi Timothy adalah sebuah hal luar biasa yang terjadi dalam hidupnya. Rasa syukur dan haru karena melihat keteladanan dari sang guru semakin memotivasinya untuk membawa sekolah yang dipimpinnya ke arah yang lebih baik.

Berjodoh dengan Tzu Chi dimulai dengan menjadi Kepala SD Cinta Kasih Tzu Chi, kini Timothy telah resmi menjadi murid Master Cheng Yen melalui pelantikan relawan komite di Taiwan pada 2 Desember 2023. Sampai di titik ini, Timothy merasa tujuan hidupnya sudah tercapai. Bisa dilantik dan menjadi murid Master Cheng Yen adalah suatu hal luar biasa yang terjadi dalam hidupnya. “Dilantik sama Master itu satu hal yang sangat luar biasa. Nggak bisa menggambarkan betapa saya berdiri di depan satu orang suci yang sudah mengubah dunia, pengalaman yang sangat mengharukan, sangat di luar nalar dan tidak akan terlupakan,” bayangan sosok Master Cheng Yen ketika bertemu itu masih terukir jelas di ingatan Timothy. Sebagai murid Master Cheng Yen, Timothy memiliki tekad kuat untuk mengikuti jejak guru dan terus membawa cahaya kebaikan ini di tengah dunia.

“Tekad saya adalah terus melakukan apa yang Master lakukan, mengajarkan apa yang Master ajarkan. Master menitipkan sekolah dan anak-anak kepada saya, kepada Master saya janji apa yang saya bisa untuk menjadikan anak-anak ini menjadi kunang-kunang yang menerangi dunia ini,” Timothy menceritakan kembali tekad yang ia ucapkan di depan Master Cheng Yen. “Saya adalah orang yang 100% Kristen, 100% Tzu Chi, seorang Kristen, seorang pendeta dan selamanya murid Master Cheng Yen.”

Teks: Clarissa Ruth, Erli Tan
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -