Alwin Scorp Leonardi: Relawan Tzu Chi Jakarta
Sepenuh Hati Mengemban Tanggung Jawab di Tzu Chi
Bisa belajar apa yang belum pernah dipelajari dan dijalani menjadi salah satu hal yang diterapkan Alwin Scorp Leonardi di Tzu Chi. Selain itu, banyak kegiatan di Tzu Chi yang menjadi pengalaman yang berharga baginya selama 15 tahun bergabung dalam barisan relawan Tzu Chi.
*****
Alwin Scorp Leonardi mengenal Tzu Chi pada tahun 1996. Saat itu ia mengikuti reuni SMA yang diadakan di Jakarta. Kebetulan salah satu teman sekelas saat bersekolah di Medan mengajak Alwin untuk menjadi donatur di Tzu Chi.
“Waktu itu teman saya bilang, ‘Alwin, mau nggak jadi donatur sebuah organisasi yang luar biasa?’ Tetapi saya tidak paham apa maksudnya “luar biasa” ini. Trus saya bilang, ‘ya udah, setiap bulan ya? Oke’ begitu saja awalnya,” cerita Alwin.
Selama bertahun-tahun menjadi donatur, Alwin sama sekali tidak berpikir untuk ikut menjadi relawan karena dirinya masih bergelut dengan berbagai urusan pekerjaan. Baru ketika tahun 2001-2002, ia melihat salah satu tayangan di stasiun TV Taiwan yang sangat menarik perhatiannya. Dari tayangan itu terlihat para pengusaha besar Indonesia membersihkan Kali yang kotor. “Itu yang persis saya angan-angankan dulu, pengen bersihin sungai kotor,” katanya.
Dari tayangan itu pula akhirnya Alwin mencari keberadaan Tzu Chi di Jakarta yang saat itu berkantor di ITC Mangga Dua, Jakarta. Dari sana, istrinya terlebih dahulu bergabung menjadi relawan sementara Alwin mengaku mungkin jodohnya belum matang saat itu.
Pada tahun 2007, kesempatan lain mendatangi Alwin saat ia ikut dalam Kamp Pengusaha yang berkesempatan mengunjungi Griya Jing Si di Hualien, Taiwan. Pulang dari Taiwan, Alwin memutuskan untuk bergabung dalam barisan kerelawanan Tzu Chi. “Saya pikir ini kesempatan. Kalau saya berbuat (kebaikan) seorang diri, tidak mungkin (hasilnya) bisa lebih sempurna daripada kalau saya bergabung dengan organisasi yang visi dan misinya seperti yang saya mau,” paparnya.
Belajar dari Berbagai Tanggung Jawab
Semenjak bergabung menjadi relawan Tzu Chi, banyak kegiatan kerelawanan Tzu Chi yang diikuti oleh Alwin. Salah satunya adalah menjadi koordinator kegiatan Sosialisasi Celengan Bambu Tzu Chi di Sekolah Permai, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.
Berniat untuk mempelajari banyak hal, Alwin bersungguh hati untuk terus berkegiatan di Tzu Chi. Ia pernah mendapat tanggung jawab untuk menggalang relawan dan melakukan sosialisasi tentang Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke. Di sela-sela kesibukannya, ia menyisihkan waktu satu hingga dua kali dalam sepekan untuk datang langsung berkegiatan dan berinteraksi dengan warga. Hasilnya, puluhan ibu PKK bersedia mengikuti training relawan.
Karena kepiawaian dan dianggap memiliki kepribadian yang bertangung jawab, satu tahun setelah bergabung menjadi relawan (tahun 2008), Alwin kembali dipercaya untuk mengemban tugas yang cukup berat, menjadi salah satu penanggung jawab pembangunan Aula Jing Si.
Bagi Alwin, tugas tersebut tidak mudah. Tapi ia mempunyai tekad dan keyakinan pasti bisa. Kuncinya bekerja dengan tulus dan bersungguh hati. “Dalam pikiran, saya merasa yakin bisa belajar apa yang belum pernah saya pelajari dan saya jalani. Jadi saat itu saya bersama relawan lainnya berusaha menerapkan budaya humanis Tzu Chi pada saat pembangunan Aula Jing Si,” kenang pria yang dilantik menjadi relawan Komite Tzu Chi di tahun 2010 ini.
Selain menjadi salah satu penanggung jawab pembangunan Aula Jing Si, Alwin juga dipercaya sebagai koordinator konsumsi dan rutin melaksanakan baksos kesehatan bagi para seniman bangunan. Walaupun hampir setiap saat ia berkutat dengan kesibukan baik pribadi maupun Tzu Chi, semua rasa lelah terbayar ketika peresmian Aula Jing Si dilakukan pada 7 Oktober 2012.
“Perasaan saya plong saat itu, lega sekali. Saking senangnya sampai tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,” ungkap Alwin.
Menggarap Ladang Berkah di Tengah Pandemi
Dipercaya menjadi salah satu penanggung jawab pembangunan Aula Jing Si Tzu Chi Indonesia, Alwin selalu menerapkan budaya humanis Tzu Chi kepada para seniman bangunan (pekerja bangunan) dan rutin mendampingi mereka saat mengikuti baksos kesehatan.
Dari berbagai kegiatan dan tanggung jawab yang diembannya, pria kelahiran Padang Sidempuan, Sumatera Utara ini pun akhirnya menyadari arti kata “luar biasa” yang diungkapkan oleh temannya. Tzu Chi luar biasa karena mencakup banyak kegiatan, banyak relawan, banyak misi, dan banyak pula orang yang bisa terbantu. Untuk itu, Alwin bertekad untuk teguh berjalan di Tzu Chi.
“Karena saya tidak fokus berkegiatan di satu misi saja maka setiap diberi tanggung jawab di bagian mana, saya akan lakukan,” kata Alwin.
Hal itu terbukti ketika masa pandemi Covid-19, Alwin menerima tugas yang cukup berat. Alwin sejak awal ikut fokus dalam pengiriman bantuan dari Taiwan dan Tiongkok untuk penanganan Covid-19 di Indonesia melalui Tzu Chi. Kendalanya ada pada masalah transportasi, terlebih dari luar negeri yang pada kenyataannya sangat sulit didapatkan. Namun bagaima pun keadaannya, Alwin tetap mencari transportasi udara yang relatif cepat untuk pengiriman barang dari luar negeri.
“Akhirnya pengiriman barang bantuan untuk penanganan Covid-19 di Indonesia melalui kargo Garuda Indonesia. Prosedurnya tidak gampang, tapi keseluruhannya bisa cepat dan lancar dengan adanya bantuan dari banyak pihak,” ungkapnya, “saya merasa luar biasa bahagia, apalagi jika barang-barang bantuan sudah disebarluaskan dan bisa menolong banyak orang.”
Relawan yang sudah bergabung selama 15 tahun bersama Tzu Chi ini menambahkan bahwa berbagai tugas dan tanggung jawab yang ia dapatkan di Tzu Chi bukanlah merupakan beban namun kesempatan belajar, berkembang, dan bersumbangsih. “Yang pasti setelah saya mendapat tanggung jawab, saya akan lakukan yang terbaik,” tegasnya.
Bersungguh Hati dalam Pendampingan
Salah satu tugas Alwin adalah menjadi fungsional penjemputan dan pendampingan para tamu Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Dalam hal ini, ia pun sering berdiskusi dan bertukar informasi dengan para tamu, baik dari dalam negeri atau luar negeri.
Bagi Alwin, sosok Master Cheng Yen adalah guru yang luar biasa dan bisa menempatkan diri dalam berbagai situasi. Itulah yang ia ingat saat bertemu dan mendengarkan berbagai Ceramah Master Cheng Yen.
“Saat jam makan siang, Master Cheng Yen lewat di depan saya. Kemudian beliau bertanya sudah makan atau belum, mari kita makan sama-sama,” kenangnya. Dari pengalaman itu, Alwin mempelajari satu hal yang ia terapkan hingga saat ini. “Jadi saya menyadari bahwa saat berceramah, Master Cheng Yen melakukannya dengan serius, hati yang jernih, dan pikiran yang tenang, tetapi di luar itu saya melihat Master Cheng Yen begitu akrab seperti keluarga,” ungkap Alwin.
Rasa akrab seperti keluarga inilah yang Alwin terapkan saat menjalankan tanggung jawabnya sebagai fungsionaris penjemputan dan pendampingan tamu di He Xin dari tahun ke tahun. Alwin merasa senang bisa berkenalan dengan banyak orang dan bertukar informasi dengan mereka. Mulai dari gagasan para tamu yang sangat luas karena berasal dari negaranegara tetangga. Hingga diskusi ringan tentang sistem yang dalam jangka panjang mungkin bisa diterapkan pada sistem kerelawanan di Indonesia.
Nyaman berkegiatan di Tzu Chi, nyatanya Alwin mendapat dukungan penuh dari keluarga termasuk anak-anaknya. Karena menurut Alwin berbuat kebaikan itu sangat sulit, banyak tantangan dan rintangan. Jadi selama ia masih bisa melakukan, ia akan tetap menjadi relawan Tzu Chi.
“Jika mengutip Kata Perenungan Master Cheng Yen, ‘Jadikan perselisihan sebagai pelajaran, jadikan pujian sebagai peringatan.’ Maka berbuat baik itu adalah kewajiban dan keharusan, tapi harus selalu mawas diri,” tandas Alwin.
Penulis: Arimami Suryo Asmoro
Fotografer: Dok. Tzu Chi Indonesia