Dokter Gunawan Susanto Sp.Bs: Direktur Utama Tzu Chi Hospital
Menggunakan Keahlian untuk Membantu Lebih Banyak Orang
Tak banyak orang dianugerahi berkah berupa kemampuan, keahlian, sekaligus kesempatan untuk berbagi. Dokter Gunawan Susanto menjadi seorang yang beruntung karena mempunyai ketiganya. Berkahnya ini tak sia-sia karena ia senantiasa memanfaatkannya dengan sebaik mungkin untuk membantu sesama.
*****
Di momen Peresmian Tzu Chi Hospital, Direktur Utama Tzu Chi Hospital dr. Gunawan Susanto Sp.Bs sejak pagi sudah bersiapsiap. Hari itu, 14 Juli 2023, Dokter Gun, panggilan akrabnya, bertugas mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkeliling melihat fasilitas penanganan pasien, baik yang berkaitan dengan kanker, talasemia, juga transplantasi sumsum tulang belakang. Ia begitu siap dan yakin bisa memberikan jawaban yang tepat kepada Presiden Jokowi, pasalnya ia adalah satu dari sekian ahli yang ikut berkutat dalam pembangunan Tzu Chi Hospital, bahkan sejak awal direncanakan.
Bulan November tahun 2012 menjadi tahun pertama pertemuan formal antara Dokter Gunawan dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Saat itu ia tengah menjadi Direktur RS Satya Negara yang ingin membangun kerja sama medis dengan Tzu Chi. Tujuannya untuk membantu pasien (penerima bantuan Tzu Chi) yang membutuhkan perawatan lanjutan apabila diperlukan dengan kesepakatan berupa rumah sakit tidak mengambil profit dari pasien Tzu Chi, memberikan free biaya konsultasi dokter, dan memberikan potongan harga sesuai dengan kebijakan dokter.
Tapi kerja sama itu juga tidak begitu saja terjadi. Sebelumnya, Dokter Gunawan ternyata sudah akrab dengan Dokter Kurniawan yang pada masa itu menjabat sebagai Direktur RSKB Cinta Kasih Tzu Chi (sekarang RSCK Tzu Chi -red). Dari sana ia tahu Tzu Chi dan tertarik dengan visi misinya. Ia pun sering ikut membantu kalaukalau dibutuhkan. Sering juga menangani pasien ‘kiriman’ dari Tzu Chi dan itu ia lakukan dengan sukacita.
Dokter Gunawan mendampingi Presiden Joko Widodo berkunjung untuk melihat fasilitas dan peralatan medis pada momen Peresmian Tzu Chi Hospital.
“Dalam membantu, saya tidak pernah ada perhitungan karena tidak semua orang punya keahlian, kemampuan (sebagai dokter bedah -red), dan punya kesempatan untuk menolong. Jadi kalau ada kesempatan dan bisa memberikan bantuan itu, ya langsung mengiyakan. Bisa lihat pasien sembuh itu luar biasa rasanya,” ucap Dokter Gunawan tersenyum.
“Kalau kita lihat lebih jauh, menolong orang, seperti kalau saya membantu mengoperasi pasien itu, ya pekerjaan biasa untuk saya. Tapi bayangkan untuk keluarga pasien, semua yang biasa itu menjadi luar biasa. Bayangkan keluarganya yang awalnya sakit bisa kembali sehat, bisa kembali bekerja, melanjutkan hidup bersama keluarga. Senang kan membayangkan seperti itu?”
Kini ia sering merasakan kebahagiaan semacam itu karena kerap menyembuhkan pasien. Tapi perasaan bahagia dan puas itu pertama kali ia rasakan melalui satu peristiwa sederhana namun begitu membekas di hatinya, yang rasanya ingin ia ulangi lagi dan lagi.
Kebahagiaan yang Tak Ternilai
Dokter Gunawan bercerita ketika ia berumur 11 tahun, kelas 5 SD saat itu, ia punya pengalaman yang indah. “Pada waktu sore hari dalam keadaan capek setelah main, ayah meminta saya membeli sesuatu di toko dan setelah pulang ternyata uang kembaliannya lebih. Beliau lalu menyuruh saya kembali ke toko untuk mengembalikan uang yang berlebih itu. Jaraknya cukup jauh dari rumah ya. Ya saya menolak dong karena sudah capek main tapi saya tetap disuruh kembali,” tutur dokter kelahiran Tegal, Jawa Tengah ini. Ia berdalih semua hal itu terjadi karena kesalahan penjaga toko, kenapa kok nggak teliti sampai kasih kembalian aja kelebihan.
“Ayah saya menjelaskan bahwa uang itu memang tidak terlalu banyak, tapi sangat berarti bagi pelayan toko. Kalau uangnya kurang, pelayannya pasti diminta untuk mengganti padahal dia mencari uang dengan susah sekali, sangat berarti bagi dia.”
Bersama para relawan Tzu Chi, Dokter Gunawan (kanan – kedua dari atas) berkunjung ke Hualien Taiwan untuk mengenal Tzu Chi lebih dekat. Pada kesempatan itu, ia juga sempat bertemu langsung dengan Master Cheng Yen.
Maka dengan terpaksa Dokter Gunawan menuruti ayahnya dan kembali lagi untuk memberikan uang yang berlebih tersebut, penjaga toko itu ternyata senang sekali. “Masih terasa tangan saya digenggam erat sekali. Pada saat itu hilang rasa lelah saya dan saya ikut merasakan senang, bahagia sekali dan ini bisa saya rasakan sampai sekarang kalau melihat orang senang, saya ikut senang. Pasien sembuh, saya begitu puas,” tuturnya.
Hal itu juga yang membuat Dokter Gunawan mencintai profesinya sebagai dokter bedah saraf padahal sebelumnya ia ingin menjadi insinyur saja. “Kalau lihat orang sembuh itu ikut happy, tapi ya sebaliknya kalau nggak baik-baik, ya saya stress juga,” candanya diiringi tawa. “Akhirnya jalani saja karena sudah profesinya, yang penting benar-benar memberikan pengetahuan dan keahlian yang kita punya untuk kesembuhan pasien,” lanjut Dokter Gunawan.
Sempat menjadi Direktur di beberapa rumah sakit pun membuat jodoh yang sungguh tak ternilai harganya untuk Dokter Gunawan. Awalnya ia tidak menyangka, tapi betul memang ia mendapat kepercayaan tersebut. Ketika ia pertama kali menadapat tawaran menjadi seorang direktur pun, ia sempat menolak. Pasalnya, kala itu iaingin menjadi klinisi atau praktik bedah saraf.
“Saya sempat berpikir untuk menolak karena saya inginnya bukan mau jadi atasan, saya pengennya bekerja medis saja, tidak ke manajemen. Lihat orang senang, ya saya puas,” aku Dokter Gunawan, “tapi ada guru saya datang ke saya. Katanya, ‘kamu mendapat kepercayaan untuk bisa membawa rumah sakit ini ke arah yang baik, untuk pasien ke arah yang baik. Masa kamu nggak mau?’ Maka, di sinilah saya sekarang,” katanya tertawa.
Setelah melalui berbagai pengalaman tersebut, berjodohlah Dokter Gunawan menjadi Direktur Utama Tzu Chi Hospital, Dokter Gunawan langsung diajak untuk bertemu dengan Pendiri Tzu Chi Master Cheng Yen di Hualien kurun waktu tahun 2013. Pada momen itu ia mengaku agak gugup karena tidak bisa berbahasa Mandarin, tapi karena kagum akan Tzu Chi, Dokter Gunawan lupa akan kegugupannya.
“Saya ingat sekali itu jam 10 pagi kami bertemu dengan Master. Lalu jam 12 siang melanjutkan makan bersama, dan jam 2 sore kami dipangiil lagi. Master menuturkan bahwa berkenan menerima saya, memberikan restu,” ingat Dokter Gunawan. “Sejak saat itu, setelah mendapat restu dari Master, Pak Aguan (Sugianto Kusuma) langsung ngomong bagaimana-bagaimana tentang rumah sakit, semuanya,” ceritanya antusias.
Sebagai pucuk pimpinan di Tzu Chi Hospital, Dokter Gunawan juga ikut aktif dalam berbagai misi Tzu Chi. Salah satunya misi pelestarian lingkungan dimana ia juga turut mengajak para staf Tzu Chi Hospital untuk memilah sampah maupun barang daur ulang di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan PIK, Jakarta Utara.
Ikut membidani lahirnya Tzu Chi Hospital, banyak hal yang Dokter Gunawan pelajari. Segala aspek mulai dari manajemen, medis, teknologi, hingga mungkin alat-alat dan bahan bangunan Tzu Chi Hospital, ia turut ambil andil di dalamnya. Mengurusi segala detil itu membuatnya makin kagum dengan Tzu Chi. Dalam pikirannya, ‘berarti selama ini ya benar apa yang dikatakan oleh orang-orang kalau Tzu Chi memang untuk kemanusiaan, bahkan di rumah sakit besar seperti Tzu Chi Hospital pun, sama.’
“Saya kadang nggak enak kalau mengajukan pembelian peralatan itu ya, karena mahal, tapi memang alat bagus itu harganya juga tinggi. Sudah saya rincikan, sekian sekian harganya, di-ACC, oke. Nah normalnya kan kita cari keuntungan untuk bisa balik modal istilahnya. Tapi di Tzu Chi kok nggak ada begitu. Ternyata visi misinya nggak cuma tulisan karena pada kenyataannya memang bekerja untuk kemanusiaan bukan orientasi untuk keuntungan,” papar Dokter Gunawan.
Berbagai hal yang ia kenal melalui Tzu Chi itu pula yang sedikit demi sedikit terus membawa anak tunggal ini menuju perkembangan diri yang semakin baik, bahkan membawanya untuk keluarga melalui hal-hal kecil seperti tahu berpuas diri, bersabar, hingga menjalankan aksi pelestarian lingkungan dari rumah.
Bagi Dokter Gunawan, kini PR-nya hanya satu namun terhitung sangat berat, yakni mewujudkan seluruh tim rumah sakit (Tzu Chi Hospital) menjadi manusia yang lebih baik dan mempunyai sisi humanis serta empati yang tinggi. Sejalan dengan visi misi Tzu Chi Hospital.
“Hal ini yang pasti lebih susah dan sangat tidak mudah. Ketika bertemu Master, beliau berpesan pada saya: ‘Sebagai pimpinan, kamu harus bisa memberi contoh kepada yang lain. Semua harus dijalankan dengan baik. Jadi bukan karena kamu pimpinan, kamu malah tidak bekerja apa-apa.’ Ini yang harus saya jalankan sebaik-baiknya,” tegas Dokter Gunawan.
Penulis: Metta Wulandari
Fotografer: Arimami Suryo A., Clarissa Ruth, Henry Tando (He Qi Utara 1)