Dr. Elly Hosmar Bunsu: Relawan Tzu Chi Batam
Menggenggam Erat Jalinan Jodoh
“Membantu orang tidak harus selalu dengan materi, perhatian juga dapat membuat orang bahagia.”
*****
Pada tahun 2006, saya tugas (PTT) di Kota Batam. Ternyata pada tahun tersebut Tzu Chi mengadakan baksos kesehatan di RSUD Batu Aji. Saya diajak sepupu saya untuk ikut berpartisipasi dalam baksos tersebut. Waktu itu saya sebagai penerjemah. Lalu tahun 2007, saya kembali berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi, sebuah baksos pengobatan skala kecil ke pulau kecil.
Saat mengikuti baksos di Pulau Nguan, Jembatan IV Barelang, Batam, sebagai seorang tenaga medis, saya merasa sangat senang. Saya juga merasakan perbedaan Baksos Kesehatan Tzu Chi dari yang lain, yaitu lebih rapi, bersih dan tertata. Sangat terkesan dengan jiwa gotong-royong dan kerja sama para relawan.
Meskipun sudah 2 kali mengikuti kegiatan Tzu Chi dan memiliki kesan positif terhadap relawan Tzu Chi, namun saya masih belum begitu mengenal Tzu Chi. Beberapa kali diajak menjenguk pasien (kunjungan kasih), saya selalu menolak. Hingga tahun 2013, saya diajak oleh Rudi Tan, relawan Tzu Chi Batam, untuk mengikuti acara ulang tahun Tzu Chi International Medical Association (TIMA) di Jakarta. Di situ, saya mulai mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi hingga dilantik sebagai anggota TIMA. Setelah itu saya mulai perlahan-lahan aktif berkegiatan.
Lewat kegiatan baksos kesehatan Tzu Chi ke luar pulau, saya dapat kembali ke kampung halaman saya di Selatpanjang, Provinsi Riau. Dalam kesempatan tersebut, saya mengobati masyarakat yang kesusahan sekaligus mengabdikan diri untuk kampung halaman sendiri, kegiatan ini mendatangkan kebahagiaan double bagi saya. Baksos Kesehatan Tzu Chi di Selatpanjang selalu dipadati pasien karena tingkat ekonomi warga Selatpanjang yang relatif rendah.
Selain mengobati, Baksos Kesehatan Tzu Chi juga membangkitkan welas asih para sukarelawan lokal. Bahkan Tzu Chi juga telah mendirikan kantor di Selatpanjang, walaupun kota tersebut hanya sebuah kota kecil. Dengan adanya Kantor Tzu Chi, pasien tidak lagi perlu tunggu baksos untuk mendapatkan pengobatan.
Selain terlibat pada Misi Kesehatan Tzu Chi, saya juga sering diajak untuk mengikuti survei kasus maupun kunjungan kasih. Saya berkeinginan untuk lebih terlibat dalam misi amal, dapat dikatakan ini merupakan kerinduan saya. Namun pekerjaan saya sebagai dokter ASN (Aparatur Sipil Negara) sangat padat terutama di saat Pandemi Covid-19 ini. Walau demikian, saya tetap menggenggam setiap kesempatan yang ada dengan memegang satu sampai dua pasien kasus.
Setiap gan en hu atau penerima bantuan Tzu Chi merupakan guru yang pengalaman hidupnya dapat menjadi pembelajaran yang istimewa. Salah satu kasus yang saya follow up setiap bulan merupakan pasien amputasi akibat diabetes melitus. Pada kasus ini Tzu Chi tidak memberikan bantuan berupa materi, tetapi hanya kunjungan kasih dan kepedulian. Mereka sangat welcome atas kehadiran relawan. Dari kasus ini saya belajar bahwa membantu orang tidak harus selalu dengan materi, perhatian juga dapat membuat orang bahagia.
Setelah dilantik sebagai Relawan Komite Tzu Chi di tahun 2018, saya terus aktif berkegiatan bersama relawan. Dan saat ini saya dipercaya untuk menjadi Koordinator Pelatihan Tzu Chi Batam. Pelatihan yang menarik sekaligus edukatif merupakan target saya untuk setiap pelatihan. Saya ingin setiap peserta pulang dengan pembawa pembelajaran atau Dharma yang dapat menjadi pelita dalam hidup mereka.
Ada satu hal yang kadang saya sesali, saya dari tahun 2006 sudah berjodoh dengan Tzu Chi, namun baru tahun 2013 aktif dan menjadi relawan Tzu Chi. Banyak sekali waktu saya yang terbuang, padahal dapat diberdayakan untuk mengembangkan kebijaksaan dan menggarap berkah. Dunia ini tidak ada obat untuk menyembuhkan nyeri akibat penyesal. Waktu terus mengalir, yang bisa saya lakukan hanya “Cherish Every Moment With Tzu Chi”.
Seperti yang dituturkan kepada Supardi (Tzu Chi Batam)