Drg. Laksmi: Relawan Tzu Chi Jakarta
Mengikuti Panggilan Hati
Dalam buku “Teladan Cinta Kasih” Master Cheng Yen mengatakan masalah besar dikecilkan, masalah kecil dihilangkan. Saya merasa masalah saya kecil sekali, dari situ saya bisa menyelesaikannya.
Ketika saya menemui masalah, saat itu saya merasa stres sekali. Dalam keadaan stress seperti ini saya beruntung mendapatkan buku Teladan Cinta Kasih yang berisikan kisah perjalanan hidup Master Cheng Yen dari kecil hinggga menjadi seorang Biksuni dan mendirikan Tzu Chi. Setelah membaca buku tersebut saya merasa masalah yang saya hadapi belum berat, dibandingkan dengan perjuangan Master Cheng Yen yang dikisahkan dalam buku ini. Buku ini sangat menginspirasi saya, saya terus mengikuti petunjuk Master Cheng Yen. Dalam buku ini Master Cheng Yen mengatakan masalah besar dikecilkan, masalah kecil dihilangkan. Saya merasa masalah saya kecil sekali, dari situ saya bisa menyelesaikannya.
Buku ini yang mengenalkan saya dengan Tzu Chi, tapi saya belum tahu ternyata Tzu Chi ada di Indonesia. Sebulan kemudian saya berbincang dengan teman sekantor tentang Tzu Chi, ternyata dia justru sudah lebih dulu bergabung di Tzu Chi Internasional Medical Association (TIMA) Indonesia. Ia langsung menawarkan saya untuk membantu di kegiatan baksos kesehatan, Ajakan itu saya sambut dengan senang karena kegiatannya digelar pada hari libur kerja.
Kali pertama baksos kesehatan yang saya ikuti di Parung, Bogor, Jawa Barat pada tahun 2007. Sejak saat itu setiap ada baksos saya usahakan hadir untuk turut bersumbangsih. Kemudian tahun 2010 saya dilantik menjadi anggota TIMA.
Memasuki masa pensiun pada tahun 2016, saya semakin menggenggam waktu untuk bersumbangsih di Tzu Chi. Dengan berkegiatan di Tzu Chi saya merasa gembira karena bisa menjalin jodoh dengan relawan-relawan lainnya. Begitu pula dengan pasien-pasien yang mengikuti baksos, mereka bukan orang yang mampu.
Bisa menolong orang di baksos kesehatan Tzu Chi saya merasa bahagia, saya belajar rendah hati kepada pasien dan belajar sabar. Kegiatan Baksos kesehatan Tzu Chi saya dan para dokter, perawat, dan relawan lainnya tidak mendapatkan imbalan namun, justru membuat hati saya bersukacita. Tanpa disadari perilaku kurang baik pada diri saya berubah menjadi baik. Dulu sifat saya mudah marah, sekarang perlahan lebih bisa meredam amarah.
Pada tahun 2018 lalu saya diberi kepercayaan menjadi relawan Komite Tzu Chi. Saya hanya mengikuti panggilan hati bahkan dilantik menjadi relawan komite pun saya tidak merasa ada beban, semua mengalir saja. Sepanjang saya bisa mengerjakan pasti akan saya kerjakan. Apalagi Tzu Chi welas asihnya universal jadi tidak membedakan suku, agama, dan ras tanpa berpikir agamanya beda, rasnya beda. Ini yang membuat saya sangat terkesan karena saya merasa cocok di Tzu Chi, saya terus memberikan pemahaman kepada keluarga, sehingga mereka sangat mendukung.
Menjadi relawan Komite saya makin giat di komunitas He qi Barat 2. Mengikuti kunjungan kasih, bedah buku, donor darah, pelestarian lingkungan, dan lain-lain. Cukup aktif di komunitas bukan berarti saya meninggalkan baksos kesehatan, justru momen ini saya manfaatkan untuk terus menjalin jodoh dengan banyak orang. Termasuk untuk pelatihan diri, salah satunya bervegetaris. Memang sebelum bergabung di Tzu Chi saya sudah mulai bervegetaris.
Hingga sekarang saya akan terus mengikuti jejak Master Cheng Yen. Saya menganggap Master Cheng Yen seperti ibu, tekadnya sangat kuat dan menginspirasi banyak orang. Master Cheng Yen sering memberikan kata-kata bijak yang bisa saya jadikan pedoman. Kita hidup sangat cepat, setiap saat berubah-ubah. Seperti kita naik kereta kita melihat pemandangan di luar berubah-ubah terus, begitu juga yang di dalam. Satu-satunya jalan kita harus berbuat baik kepada sesama karena kita tidak tahu kapan kita harus turun dari kereta itu.
Seperti dituturkan kepada Yuliati
Fotografer: Arimami Suryo A.