Elin Juwita: Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi
Memaknai Kehidupan Dengan Bersumbangsih


“...Tzu Chi bukan sekadar ladang untuk menciptakan berkah, namun juga ladang pelatihan diri...”

*****

Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi bermula di awal tahun 2009. Saya mengenal Tzu Chi dari ayah saya, Wardi. Saya mulai tertarik dengan Tzu Chi setelah menonton ceramah Master Cheng Yen dan juga drama kisah nyata di Da Ai TV. Melihat sosok Master Cheng Yen melalui program Lentera Kehidupan yang penuh dengan welas asih dan kebijaksanaan yang membuat saya tersentuh.

Di bulan April 2009, saya mulai aktif dalam kegiatan Tzu Chi Tebing Tinggi sebagai relawan Misi Amal. Mengenal Tzu Chi benar–benar mengubah arah hidup saya.

Awalnya saya merasa hidup saya monoton. Pada tahun 2004, setelah lulus pendidikan di Yogyakarta, orang tua menyuruh saya kembali ke Tebing Tinggi dan membantu usaha keluarga, kursus bahasa Inggris.

Aktivitas saya hanya mengajar dan ke vihara. Sulit menyesuaikan diri dengan aktivitas baru di Tebing Tinggi membuat saya tak betah, ingin kembali ke Yogyakarta. Namun, kedua orang tua saya hanya tinggal berdua, saya tak tega hingga timbul rasa tak puas dalam diri karena keinginan untuk kembali ke Yogyakarta tak terpenuhi.

Sejak menjadi relawan Tzu Chi saya menemukan makna hidup yang sesungguhnya. Tzu Chi bukan hanya ladang untuk menciptakan berkah, namun juga ladang pelatihan diri menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.

Di Tzu Chi, saya baru menyadari selain menciptakan berkah, kita harus menumbuhkan jiwa kebijaksaan sehingga bisa membimbing diri sendiri dan orang lain.

Awal–awal berdirinya Tzu Chi di Tebing Tinggi, saya menjalankan Misi Amal dan Misi Kesehatan. Kemudian beberapa bulan kemudian Misi Pelestarian Lingkungan dimulai.

Karena relawan Tzu Chi di Tebing Tinggi belum begitu banyak, saya mengikuti berbagai kegiatan Seperti, kunjungan kasih, daur ulang, baksos kesehatan, tanggap darurat, Zhen Shan Mei, isyarat tangan, membina kelas budi pekerti, bedah buku, dan Xun Fa Xiang (menghirup keharuman Dharma). Di sini saya belajar untuk memahami semua misi, selain belajar kebersamaan, dan lebih banyak berkah. Saat ini saya dipercaya sebagai penanggung jawab Misi Pendidikan.

Setiap misi memberi pembelajaran yang berbeda sehingga banyak pengalaman berharga dan kesan mendalam yang saya dapat. Seperti Misi Amal dan Kesehatan. Saya harus ikut survei langsung ke rumah penerima bantuan. Menjenguk yang sakit, saya mencoba memberi pendampingan hingga mereka bisa sehat kembali. Hal ini membuat hati saya bahagia ketika melihat mereka sehat kembali.

Dalam menajalankan tanggap darurat, kita melihat ketidakkekalan yang terjadi. Dengan menjadi relawan Zhen San Mei, saya berkesempatan menyaksikan berbagai kisah kehidupan yang menjadi pelajaran kehidupan. Dengan menjadi relawan di Misi Pendidikan, benar–benar mengubah perspektif saya tentang apa yang dinamakan mengajar dan mendidik.

Master Cheng Yen yang mengatakan tak ada murid yang bermasalah, yang ada hanyalah masalah murid. Jadi menurut saya tugas guru itu adalah membimbing murid dari permasalahan mereka. Guru bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan, tetapi pendidikan budi pekerti sangatlah penting bagi murid untuk menentukan arah kehidupan mereka.

Tzu Chi adalah ladang pelatihan diri. Tabiat buruk masih tidak bisa terkikis. Namun, dengan mendengar Dharma Master Cheng Yen pelan–pelan mengurangi ego saya.

Seperti dituturkan kepada Hadi Pranoto

Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -