Ester Maria: Relawan Tzu Chi Jakarta & Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan di Tzu Chi Hospital
Melayani dengan Kasih Sayang dan Dedikasi


“Menjadi relawan Tzu Chi mengajarkan saya dalam menggabungkan kasih sayang, empati, dan dedikasi.”

Perkenalan pertama saya dengan Tzu Chi terjadi saat terlibat dalam kegiatan darurat bencana di Bantul, Yogyakarta pada 2006 (gempa Yogya). Saat itu, saya melihat bagaimana Tzu Chi hadir dengan tenda-tenda posko sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak. Setiap saya pindah lokasi, selalu ada tenda Tzu Chi. Saya penasaran jadinya hingga ketertarikan saya pada kegiatan kemanusiaan ini semakin besar. Melalui teman yang bekerja di rumah sakit Katolik, dia adalah anggota TIMA, saya mengetahui lebih dalam tentang Tzu Chi dan mencoba bergabung dalam kegiatan mereka.

Saya yang pada saat itu merupakan seorang perawat umum, merasa tidak memiliki keterampilan khusus yang relevan dengan kegiatan seperti bedah atau pengobatan gigi. Namun, saya diberi kesempatan untuk berperan dalam penyuluhan kesehatan. Aktivitas pertama saya adalah memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi untuk remaja perempuan di Pesantren Nurul Imam, Parung, Bogor. Meskipun merasa kontribusi saya tidak besar, saya segera memahami bahwa setiap peran dalam kerelawanan memiliki arti yang sangat penting.

Seiring berjalannya waktu, keterlibatan saya di Tzu Chi semakin dalam, dan saya menyadari bahwa organisasi ini tidak hanya sebuah lembaga sosial, tetapi juga mengajarkan dimensi spiritual yang mendalam. Saya diajarkan bahwa cinta kasih tidak hanya untuk sesama manusia, tetapi juga untuk seluruh alam semesta sebagai ciptaan Tuhan. Saya merasa bahwa setiap tindakan yang saya lakukan adalah bentuk pelayanan kepada Tuhan.

Ini berkaitan dengan lingkungan keluarga juga, karena saya dibesarkan dalam lingkungan gereja dengan orang tua yang merupakan pendeta, sehingga sejak kecil saya hidup dengan nilai-nilai iman Kristen yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan yang saya lakukan adalah bentuk pelayanan. Dalam perjalanan saya bersama Tzu Chi, saya menemukan bahwa ajaran mereka tentang cinta kasih sangat selaras dengan keyakinan saya. Saya mulai memahami bahwa setiap langkah hidup saya, baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi, adalah bentuk pengabdian kepada Tuhan dan sesama.

Kemudian selain sebagai relawan, saat ini saya menjabat sebagai Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keperawatan di Tzu Chi Hospital, sebuah posisi yang saya jalani dengan penuh dedikasi dan semangat untuk meningkatkan kualitas perawatan kesehatan. Di sini saya memimpin lebih dari 400 perawat.

Bagi saya, keperawatan bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan panggilan hati. Dalam menjalankan tugas ini, saya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap perawat tidak hanya terampil dalam memberikan perawatan medis, tetapi juga mengutamakan pelayanan yang humanis dan penuh kasih sayang sesuai dengan pedoman Tzu Chi.

Meskipun saya sangat sibuk dengan pekerjaan di rumah sakit, semangat kerelawanan saya tetap menyala. Saya kembali terlibat dalam kegiatan Tzu Chi pada akhir pekan, meskipun harus bijak dalam mengatur waktu agar tetap bisa menjalani kehidupan keluarga. Pengalaman saya dalam kerelawanan memperkaya pengetahuan medis saya sekaligus memberi perspektif baru mengenai pentingnya hubungan antara sisi medis dan sosial dalam merawat pasien.

Salah satu pengalaman yang sangat berkesan bagi saya adalah ketika saya mengunjungi Rumah Susun Barokah di Palmerah, di mana saya bersama relawan Tzu Chi memberikan perawatan kepada anak dengan kondisi kesehatan yang kurang baik, seperti stunting dan hidrosefalus.

Saya merasa bahwa kehadiran saya di tengah pasien bukan hanya untuk memberikan perawatan medis, tetapi juga untuk membagikan kasih sayang dan perhatian yang tulus, seolah-olah memperlakukan mereka seperti keluarga saya sendiri. Menjadi relawan Tzu Chi telah memperkaya hidup saya dan mengajarkan saya untuk selalu menggabungkan nilai-nilai kasih sayang, empati, dan dedikasi dalam setiap aspek kehidupan dan pekerjaan saya.

Seperti yang dituturkan kepada: Metta Wulandari
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -