Harun Lam (Relawan Tzu Chi Bandung)
Bersumbangsih Sambil Melatih Diri

doc tzu chi

Saya orang yang tidak sabaran dan gampang terpancing emosi jika menemukan suatu hal yang tidak sesuai dengan kehendak saya. Kalau sudah begitu, amarah pun timbul. Beruntung kemudian saya mengenal Tzu Chi, di mana saya bisa belajar mengubah sifat saya menjadi orang yang lebih sabar dan menghargai orang lain.

Jika ditanya, kegiatan apa yang paling berkesan selama saya ikut Tzu Chi? Jawabannya pasti menangani pasien kasus. Karena bisa membantu orang yang sakit hingga sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti semula merupakan kebahagiaan bagi saya. Ada satu kasus yang paling berkesan bagi saya yakni kasus Han Han, penderita Celebral Palsy (gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan perkembangan abnormal di otak - red). Han Han adalah pasien pengobatan jangka panjang pertama yang saya tangani, dan dari kasus ini pula saya banyak belajar.

Tidak pernah terpikir sebelumnya dalam diri saya jika ada orang yang bisa hidup dengan kondisi rumah yang sangat sederhana. Istilah kasarnya, rumah Han Han sangat tidak layak huni. Ketika saya melihat foto Han Han dengan kondisi tulang-tulang tubuhnya yang bengkok, saya sempat berpikir jika Han Han sudah tidak ada harapan. Saya berkaca pada diri saya sendiri yang terkena polio dan tidak bisa sembuh meski telah diobati. Apalagi Han Han.

Akhirnya kami melakukan survei ke rumah Han Han. Dari sinilah awal saya melihat sisi lain dunia ini. Han Han hidup seadanya bersama ibunya, tidur di lantai. Ayahnya sudah lama telah tiada. Dari sini saya merasa bersyukur. Setidaknya saya yang saat kecil menderita polio masih bisa berjalan dan bekerja dengan baik.

Saya mengenal Tzu Chi pertama kali dari tayangan Da Ai TV Taiwan. Dari situ saya merasa Tzu Chi adalah sebuah organisasi yang luar biasa. Bagaimana cara Tzu Chi menolong orang lain, semua dilakukan dengan tulus. Semua relawan berseragam, dan makan pun sangat tertib. Saya kemudian mencari informasi tentang Tzu Chi di Bandung. Saat ke ITC Kebon Kelapa, saya melihat buku-buku terbitan Jing Si (Tzu Chi). Karena penasaran, saya langsung membeli buku-buku itu. Pencarian pun belum berakhir.

Hingga suatu saat jalinan jodoh baik saya dengan Tzu Chi pun matang ketika Wiwih Lesmana Shixiong (panggilan relawan pria -red) mengajak saya bergabung menjadi relawan untuk membantu kegiatan pembagian beras cinta kasih. Saya merasa kalau sudah berjodoh memang enggak kemana. Tanpa disadari Tzu Chi telah menghampiri saya. Sejak kegiatan ini saya turut masuk ke dalam barisan Tzu Chi. Tepatnya pada tahun 2003. Saya kemudian aktif di misi amal dan belakangan juga diminta memegang tanggung jawab sebagai Koordinator Tim Tanggap Darurat (TTD) Tzu Chi Bandung.

Perubahan Positif

Saya merasa banyak belajar di Tzu Chi. Apa yang saya kerjakan di Tzu Chi ternyata dapat mengurangi kebiasaan maupun sifat tidak baik dalam diri saya. Sejak kecil saya memang tergolong anak yang susah diatur, nakal, dan suka melawan orang tua. Saya juga sering bermain mahjong (judi) sejak masih muda. Kalau belum menang rasanya belum puas, dan pastinya tidak bisa berhenti. Bahkan kadang sudah menang pun masih belum merasa puas.

Kebiasaan buruk ini berubah 180 derajat sejak mengenal ajaran Tzu Chi dan Master Cheng Yen. Saya merasa malu menghambur-hamburkan uang, sementara banyak saudara-saudara kita yang kekurangan dan membutuhkan bantuan. Saya pun memutuskan mengalihkan uang yang biasanya digunakan berjudi untuk didonasikan ke Tzu Chi. Dengan begitu maka uang ini menjadi lebih bermanfaat.

Selain berhenti berjudi, emosi saya yang dulu sering meletup-letup sekarang bisa lebih terkontrol. Saya tipe orang yang tidak sabaran dan gampang terpancing emosi jika menemukan suatu hal yang tidak sesuai dengan kehendak saya. Kalau sudah begitu amarah pun timbul. Beruntung kemudian saya mengenal Tzu Chi, di mana saya bisa belajar mengubah sifat saya menjadi orang yang lebih sabar dan menghargai orang lain. Dari sini saya belajar untuk tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga kepentingan dan perasaan orang lain.

 

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -