Hema Saputra
Menghargai Kesempatan Kedua Dalam Hidup

Saya mengenal Tzu Chi sejak tahun 2005, namun saat itu saya masih ragu dan belum tahu cara untuk berpartisipasi sebagai relawan. Barulah pada tahun 2007, setelah menyaksikan DAAI TV Indonesia saya memutuskan untuk bergabung menjadi relawan. Saya tertarik untuk bergabung  di Tzu Chi tak lain karena terdorong untuk bersumbangsih kepada sesama sebagai bentuk rasa syukur saya diberi kehidupan sampai saat ini. Dulu saat SMP (tahun 1989), saya menderita sakit  parah dan oleh dokter divonis tidak bisa diselamatkan. Beruntung Mama tetap bertahan dan yakin saya akan sembuh. Akhirnya setelah dua minggu di ruang intensive care unit (ICU) dan dua bulan dirawat di rumah sakit saya pun sembuh. Saya merasa hidup saya harus berguna dan bermanfaat bagi sesama karena diberi kesempatan kedua (second life). Saya merasa seperti terlahir kembali.

Saya dulu sakit amandel. Namun  entah kenapa, sejak dioperasi itu justru  kesehatan saya semakin menurun, sering sakit dan semakin parah. Orang tua sudah membawa saya berobat ke berbagai tempat, mulai dari dokter, pengobatan alternatif (tradisional Tiongkok), bahkan paranormal. Tapi semuanya nihil. Badan saya bahkan tidak lagi bisa digerakkan, seperti lumpuh. Karena frustasi saya bahkan sempat berniat mengakhiri hidup saya. Untung ada Mama yang selalu mendampingi dan menyemangati. Mama bahkan bertekad akan menitipkan saya ke wihara untuk mendalami ajaran Buddha. Dan doa beliau terkabul, saya pun sembuh. Setelah sembuh, saya mulai tinggal di wihara dan bersekolah seperti biasa. Tinggal di wihara berpengaruh besar pada saya. Saya belajar Dharma, yang menjadi panduan bagi saya dalam menjalani kehidupan. Tahun 1997, Papa meninggal dan saya pun kembali ke rumah untuk menemani Mama.

Ikhlas dan Lebih Bersyukur

Saat pertama kali mengikuti kegiatan Tzu Chi, saya diminta untuk mengoperasikan sound system dalam kegiatan kelas budi pekerti. Dari tahun 2008 sampai sekarang saya terus menjadi relawan di belakang layar, bahkan sampai keluar kota. Senang aja, walaupun kita membantu sedikit, tapi bermanfaat bagi orang banyak.

Semua kegiatan Tzu Chi selalu berkesan bagi saya. Tapi yang paling menyentuh adalah saat menjadi relawan dalam baksos kesehatan mata. Di sini kita bisa ikut merasakan kebahagiaan orang yang awalnya tidak bisa melihat  dengan jelas kemudian bisa melihat dengan jernih. Ini sangat luar biasa. Ada juga saat melakukan kunjungan kasih. Saya melihat kehidupan penerima bantuan yang kondisinya sangat memprihatinkan. Meski kesulitan untuk berobat, tapi tetap mau berusaha dan bertahan hidup. Saya salut dengan semangat hidupnya. Dari sini saya  belajar bahwa kekayaan materi bukan jaminan hidup kita akan selalu bahagia.  Karena itu selagi kita mampu maka kita harus bisa membantu orang lain.

Banyak hikmah yang saya peroleh  setelah bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Yang paling terasa adalah  saya bisa menjadi lebih ikhlas dan bersyukur. Kalau dulu ada barang  hilang atau diambil orang saya akan stres dan marah-marah sendiri, tetapi  setelah masuk Tzu Chi saya bisa ikhlas, menerima dan belajar melepas bahwa  sesuatu itu tidak kekal.

Menyebarluaskan Kebajikan Melalui Media Sosial

Karena bidang pekerjaan saya berkaitan dengan teknologi informasi, saya mencoba  menyebarluaskan Tzu Chi melalui media sosial. Saya membuat akun  FacebookTzu Chi Indonesia dengan tujuan semakin banyak orang mengenal Tzu Chi. Anggotanya kini sudah mencapai 106 ribu orang. Materi-materinya sendiri saya ambil dari Website Tzu Chi dan DAAI TV Indonesia. Setiap hari saya posting Lentera Kehidupan, Sanubari Teduh, Master Cheng Yeng Bercerita, dan Kata Perenungan Master Cheng Yen agar semakin banyak orang yang terinspirasi.

Saya terus melakukan ini sejak tahun 2007 hingga sekarang, karena saya ingin membantu Master Cheng Yen dalam menyebarkan kebajikan dan Dharma Jing Si. Saya juga memasukkan video-video tentang Tzu Chi dan ceramah Master Cheng Yen agar lebih bervariasi. Tujuannya agar orang-orang semakin  tertarik dan mengenal Tzu Chi lebih baik. Kalau banyak orang yang tahu tentang Tzu Chi, tentu akan semakin baik. Menurut saya, untuk menyebarkan kebajikan kita harus selalu mengikuti perkembangan zaman. Kita harus berkawan dengan teknologi, dan  menjadikannya pintu gerbang untuk menggalang relawan Tzu Chi Indonesia.

Seperti dituturkan kepada Hadi Pranoto.

Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -