Listania: Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun
Mantap Berjalan Bersama Tzu Chi

“Kita datang ke Tzu Chi bukan karena merasa orang baik, tetapi mau menjadi lebih baik”
Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi itu di tahun 2015. Waktu itu bermula saat saya mengantar teman saya untuk latihan isyarat tangan di kantor lama Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Karena waktu latihannya hanya satu jam, jadi saya putuskan untuk menunggu saja di bawah. Tapi teman saya bilang, “jangan tunggu di atas saja.” Waktu saya naik, saya melihat orang-orang sedang latihan isyarat tangan dan menyanyikan lagu pengiringnya.
Saya langsung tertegun saat itu, dalam hati pun saya bilang, “Kalau saya yang ikut di situ pasti akan menjadi pengalaman luar biasa.” Dari situlah saya mulai mengenal Tzu Chi. Pada bulan September 2015, saya mulai ikut kegiatan dan masih memakai rompi. Kalau tidak salah waktu itu kegiatan pembagian masker karena adanya polusi akibat kebakaran hutan di jalan bersama relawan.
Setelahnya saya mulai ikut kegiatan Bulan Tujuh Penuh Berkah, Waisak, Pemberkahan Awal Tahun, dan lain-lainnya. Seperti harapan saya di awal, saya pun langsung ikut bergabung bersama tim isyarat tangan. Sebelumnya saya itu benar-benar nggak pernah tahu tentang Tzu Chi, dengar dari orang pun tidak.
Selama bergabung menjadi relawan Tzu Chi tentunya banyak hal dan pengalaman yang saya dapatkan termasuk perubahan diri. Dulu ketika saya diberikan amanat untuk mengemban tanggung jawab, saya selalu menolak dan sungkan karena tidak percaya diri. Tapi kalau sekarang tanggung jawab itu saya ambil, sambil belajar perlahan, dan mulai percaya diri. Dan yang paling terlihat semenjak masuk Tzu Chi jadi lebih sabar, karena saya orangnya emosional.
Saat ini saya dipercaya menjadi relawan sekaligus funsionaris sekretariat dan Wakil Misi Pelestarian Lingkungan di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Saya merasa sangat beruntung kenal dan masuk dalam ruang lingkup Tzu Chi. Apalagi di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kekeluargaannya lebih kental, kita dirangkul dan disayang bagai anak sendiri, jadi bikin susah lepas jalinan jodohnya luar biasa hehe. Dan tentunya semua hal yang saya lewati di Tzu Chi tak lepas dari bimbingan guru kita Master Cheng Yen.
Saya merasa Master Cheng Yen itu selalu dekat sama kita dan mengingatkan bahwa kita itu tidak perlu harus begini, begitu. Jadi kalau ada sesuatu atau masalah dalam kehidupan, lalu kita membaca buku Kata Perenungan Master Cheng Yen selalu saja menemukan wejangan dari beliau yang pas dengan hal yang sedang dihadapi. Misalnya ketika saya emosi, ketemu dengan Kata Perenungan Master Cheng Yen yakni “Marah-marah adalah kegilaan sesaat.” Jadi Master Cheng Yen itu adalah pedoman kita.
Menjadi relawan Tzu Chi tentunya tak lepas dari dukungan keluarga. Bahkan adik saya juga ikut bergabung dan menjadi relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Papa saya juga sampai hafal kalau weekend saya pasti di Tzu Chi, justru kalau nggak ke Tzu Chi berkegiatan beliau malah heran.
Salah satu yang menjadi fokus saya sekarang itu misi pelestarian lingkungan. Kita sebagai generasi muda tentunya juga harus peduli tentang lingkungan. Dengan semakin berkembangnya arus informasi dan teknologi kitab isa mencari tau barang-barang apa saja yang bisa dan tidak bisa didaur ulang. Outputnya kita jadi semakin bijak dalam menggunakan atau membeli barang karena dampaknya bagi lingkungan. Kita hidup di dunia ini bukan hanya untuk kita sendiri, tapi untuk orang lain juga. Jadi harus ada kesadaran diri untuk melestarikan lingkungan.
Di Tzu Chi kita juga tidak boleh takut untuk mengambil sebuah tanggung jawab. Karena di Tzu Chi kita sebagai relawan muda juga selalu didampingi oleh relawan-relawan yang lebih senior. Dan yang utama itu kita datang ke Tzu Chi bukan karena merasa orang baik, tetapi mau menjadi lebih baik.
Seperti yang dituturkan kepada: Erli Tan