Megawati: Relawan Tzu Chi Batam
Menemukan Arah dan Makna Hidup


Megawati, sosok wanita berkarier gemilang, menemukan makna hidup sejati setelah bergabung di Tzu Chi. Ia aktif dalam misi pendidikan sampai kemudian dipercaya sebagai Wakil Ketua He Qi Batam. Di tengah kesibukan dan rintangan yang dihadapi, ia tetap teguh dan semakin yakin menjalankan visi misi Tzu Chi. Kini, sebagai Wakil Ketua Kantor Cabang Tzu Chi Batam, ia bersiap menghadapi tantangan baru.

*****

Megawati (47) adalah sosok wanita karier yang sukses. Meski bukan lulusan sarjana, dirinya yang pada dasarnya memang gigih melakukan segala sesuatu sebaik mungkin, mampu mencapai puncak kariernya sebagai CFO (Chief Financial Officer). Pada masa itu, beban kerja dan tanggung jawab yang besar membuat waktunya habis dipergunakan untuk bekerja. Beberapa tahun itu ia harus lembur hingga malam, terlebih lagi ketika perusahaan tempatnya bekerja sedang bersiap melakukan IPO (Initial Public Offering), dirinya pun kerap pulang pergi Jakarta-Batam, membuat waktunya untuk menemani keluarga maupun aktivitas lainnya nyaris hilang.

“Dengan berjalannya waktu, sekitar 2 atau 3 tahun, saya mulai merasakan mental saya seperti sudah kena, hidup seperti sudah tidak ada makna, fokus keluarga juga tidak ada, hobi pun sudah harus dilupakan. Dulunya bisa jam 5 pulang, pergi fitness ketemu teman, sekarang kita masih di kantor sampai jam 9 malam, kadang sampai jam 10,” tutur Megawati mengenang masa lalunya di tahun 2007.

Di masa itu meskipun banyak pengalaman baru yang menarik baginya, namun dirinya sempat merasakan kehampaan dalam batin. Hingga suatu hari di tahun 2010, ketika Hermawati, kakaknya yang sudah terlebih dahulu menjadi relawan Tzu Chi, mengenalkannya pada Tzu Chi melalui kegiatan bazar di sebuah mal. “Saya melihat, ini organisasi bagus ya. Pendirinya seorang biksuni, saya terus berpikir kenapa ada seorang biksuni bisa bentuk organisasi seperti itu. Lalu teman kakak saya memberikan sebuah majalah yang cover-nya foto Master Cheng yen, setelah baca, saya mulai tertarik dengan Tzu Chi,” kata ibu dua anak ini.

Bahagia dan Bangga Berseragam Tzu Chi
Megawati lalu bergabung di Tzu Chi melalui kelas budi pekerti dengan mendaftarkan anaknya untuk ikut kelas. Perasaannya sangat gembira, apalagi ketika tiba harinya ia dilantik menjadi Relawan Abu Putih. “Saya merasa bangga karena ini seperti brand internasional dan ini bukan brand yang bisa dibeli dengan uang, namun dengan cinta kasih,” ucapnya sumringah. Ia kemudian dilantik menjadi Relawan Komite di tahun 2016. Perjalanannya sebagai relawan Tzu Chi terus berlanjut, dan ia mulai berani mengemban tanggung jawab. Komitmennya di Tzu Chi membuatnya kemudian dilantik menjadi relawan Komite di tahun 2016.

Aktif di misi pendidikan Tzu Chi, Megawati banyak berkontribusi. Kelas budi pekerti Batam yang awalnya hanya 40 anak, bisa mencapai hingga 300 anak. Kini, banyak orang tua murid yang telah bergabung menjadi relawan dan aktif melayani dalam kelas budi pekerti ini.

Aktif di misi pendidikan, Megawati mampu mengembangkan Kelas Budi Pekerti Tzu Chi di Batam yang awalnya 40 anak, bisa mencapai 300 anak. Kini, banyak orang tua murid juga yang telah bergabung menjadi relawan dan aktif melayani dalam kelas ini.

Megawati berkomentar bahwa dalam misi pendidikan ini, yang paling penting adalah para pendidik harus memahami ajaran Master Cheng Yen, “Juga bisa sabar untuk mengajari dan membina anak-anak. Sistemnya sudah ada dan berjalan, tinggal melanjutkan saja. Saya sendiri (sudah) harus fokus ke bagian lain,” katanya. Karena di tahun 2018 itu, tanggung jawab baru telah menantinya, yaitu menjadi Wakil Ketua He Qi di Batam.

Tahun 2018 itu terjadi perubahan struktur pengurus Tzu Chi Batam, dan ada peresmian Aula Jing Si Batam. Megawati bersama Rudi Tan dan Nelly yang merupakan Ketua dan Wakil Ketua He Qi, berperan besar dalam pembenahan struktur, pembangunan komunitas baru dan merangkul relawan untuk sama-sama beradaptasi dalam perubahan ini. Tantangan dan rintangan baru pun muncul tatkala pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020.

“Dikarenakan Covid-19, banyak sekali rintangan dan ujian di mana dari tempat saya bekerja tidak terlalu mengizinkan untuk beraktivitas di luar, cukup berat bagi saya. Sementara di Tzu Chi aktivitas vaksinasi berhadapan dengan orang banyak, sehingga sempat gejolak juga. Namun saya berhasil melaluinya, semua berjalan dengan lancar,” jelas Mega.

Tantangan lain yang cukup bergejolak dalam batinnya adalah perbedaan gaya kepemimpinan di dua tempat yaitu di kantor dan di Tzu Chi. Mengenang hal ini, Megawati tertawa geli, “Sempat bingung cara memimpin di dua tempat yang sangat berbeda karakternya, saya harus berubah total 180 derajat. Di perusahaan bicaranya mungkin agak kencang (tegas), tapi saat terima telepon untuk urusan Tzu Chi, harus lebih beda (lembut), lumayan tertantang juga,” ucapnya sambil tertawa.

Seiring waktu, Megawati pun pelan-pelan mengalami perubahan. Dirinya jadi lebih bisa menerima dan menyikapi dengan baik setiap kondisi batin yang muncul, sehingga berinteraksi dengan sesama pun jadi lebih sempurna. Dirinya yang dulu cenderung pesimis pun berubah menjadi sosok yang lebih optimis.

“Dulu kalau hadapi sebuah masalah itu saya suka panik dan pesimis, tapi sekarang optimis sekali, termasuk terakhir ini saya didiagnosa kanker pun saya tidak merasa beban. Saya merasa kalau harus hadapi ya hadapi saja, lebih melihat aspek positifnya. Karena cepat ketahuan, jadi masih tahap satu dan bisa tuntas hanya dengan operasi, tidak perlu treatment lanjutan apapun,” tuturnya. Kejadian ini juga memberinya keyakinan bahwa hidup ini sangat tidak kekal, dan membuatnya terlatih untuk berdamai dengan kondisi apapun.

Mempraktikkan Ajaran dan Bertransformasi
Setiap insan Tzu Chi dalam perjalanan spiritualnya di Tzu Chi, selalu diiringi oleh arahan bijaksana dari Master Cheng Yen. Dalam hal ini, Megawati amat terharu dan kagum dengan kesabaran Master Cheng Yen dalam membimbing semua makhluk, yang tidak pernah menyerah apalagi melepaskan, termasuk dirinya.

Tahun 2018, sebagai Wakil Ketua He Qi di Batam, Megawati berperan besar dalam pembenahan struktur, pembangunan komunitas baru dan merangkul relawan untuk samasama beradaptasi dalam perubahan.

“Pengamatan saya, di Tzu Chi itu membuat saya bisa meningkatkan kebijaksanaan dalam banyak hal. Jika tidak ada Tzu Chi, jika tanpa Dharma Master, mungkin mental saya akan down (mengemban tanggung jawab yang besar di perusahaan -red). Berkat Tzu Chi, saya bisa memanfaatkan waktu dengan produktif,” ucapnya semangat. Ketika berinteraksi dengan sesama di luar Tzu Chi pun, Megawati sudah bisa menanganinya dengan baik. “Jika ada kejadian yang terjadi di luar Tzu Chi, saya bisa mempraktikkan Dharma dan kita harus lebih cepat move-on, secepat seperti kita menutup dan membuka saklar lampu,” sambungnya.

Ia berharap semoga dirinya terus diberkahi kesehatan fisik dan mental agar dapat terus berkontribusi di Tzu Chi. Ketika ditanya mengenai kekayaan batin yang diperoleh selama di Tzu Chi, Megawati dengan ekspresi puas dan bahagia menjawab, “Kaya banget, semakin hari semakin kaya.” Ia merasakan pandangan dan tujuan hidupnya sudah berbeda, cara menghadapi masalah juga lebih tenang, mengelola emosi juga lebih baik, tidak lagi perhitungan dengan sesama. Ia belajar melepas kerisauan, perselisihan, dan kemelekatan, sehingga hari-harinya semakin dipenuhi cinta kasih.

Penulis: Penulis: Erli Tan, Suwati (Tzu Chi Batam)
Fotografer: Boby, Shanti (Tzu Chi Batam)
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -