Mimi Tjondro: Relawan Tzu Chi Jakarta
Giat Memanfaatkan Waktu
Semua Kata Perenungan dari Master Cheng Yen saya pelajari untuk kehidupan saya sehari-hari.
Saya mulai menjadi Relawan Kembang pada tahun 2015 akhir, bersamaan ketika anak saya masuk mengikuti Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Di kelas budi pekerti ini setiap bulannya ada kegiatan kunjungan kasih yang menyertakan para orang tua. Ketika itu saya mulai tertarik dengan kegiatan Tzu Chi yang selalu membantu manusia yang sangat membutuhkan pertolongan, dan akhirnya menjadi Relawan Abu Putih di tahun 2016.
Saya ingat, kegiatan pertama itu kami kunjungan kasih ke satu keluarga oma dan opa di Rumah Susun di Tanah Merah, Jakarta Utara. Saya merasa iba, mereka tinggal hanya berdua, sementara sang oma keadaannya susah untuk berjalan. Jadi mereka berdua itu tidak ada yang mengurus. Apalagi mengurus rumah, rumah mereka sampai sampai tercium bau tak sedap. Setiap pagi oma menunggu ada yang membantunya agar bisa duduk di lorong kamarnya. Untuk kembali ke kamarnya Oma ini menunggu lagi untuk membantunya masuk ke dalam rumah.
Namun saya sangat terharu sekali omanya bisa ketawa-ketawa, bisa sharing sama kita. Omanya terhibur sekali saat kita datang. Senang sekali sampai Omanya terharu.
Satu ketika hampir 3 bulan lebih saya dan relawan lainnya tidak rutin mengunjungi Oma dan Opa. Beberapa bulan setelahnya saya mendapat kabar dari teman bahwa oma yang biasa saya kunjungi sudah meninggal. “Kalau saya ingat-ingat dua bulan setelah kunjungan kami itu Oma itu meninggal. Saya merasa sedih, harusnya saya dan relawan rutin kunjungi Oma sebulan sekali.
Saya waktu itu tidak menyesal karena Saya diberi kesempatan mengunjungi Oma untuk menghibur, saya sudah berbuat sesuatu untuk dia. Peristiwa ini menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk saya, kita kalau ada kesempatan, cepat lakukan dan jangan menundanya.
Di Tzu Chi, saya lebih sering ikut kegiatan Misi Amal, soalnya saya sangat senang bertemu orang untuk bisa berbagi, yang bisa saya lakukan.
Menjadi Relawan Tzu Chi, bisa dibilang capek fisik tapi dapat mengikis hati saya yang kurang baik, hidup saya menjadi berarti. Melewati hari-hari yang bermanfaat untuk orang lain. Ketika dalam satu minggu tidak berkegiatan Tzu Chi, sepertinya kok saya tidak ke mana-mana, kok ada yang kurang dalam diri saya.
Master Cheng Yen adalah sosok yang sangat berarti buat saya. Semua Kata Perenungan dari Master Cheng Yen saya pelajari untuk kehidupan saya sehari-hari. Namun yang selalu melekat dalam ingatan saya itu, “Semua orang mempunyai kemampuan yang tanpa batas.” Tinggal bagaimana kita mengembangkannya”.
Sebenarnya saya ini tidak berani bicara di depan orang banyak terlebih lagi di atas panggung, pasti saya gemetaran. Seperti waktu Pelatihan Relawan Abu Putih, saya mendapat berkah tanggung jawab untuk menjadi MC, saya sangat takut, kaget semua berkecamuk dalam diri saya. Dipercaya sebagai pembawa acara memaksa diri saya untuk bicara di depan para peserta traning. Disinilah peran para relawan Tzu Chi dan pesan-pesan Master Cheng Yen kepada Insan Tzu Chi untuk selalu belajar dan belajar untuk mengembangkan diri lebih baik.
Setiap kegiatan Tzu Chi itu banyak manfaatnya terutama untuk diri sendiri. Saya belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik soalnya saya ngaku ya, saya jadi orang tua itu, jadi istri, jadi menantu, jadi anak tidak perfect. Karena itu saya berusaha dengan apa yang sudah saya pelajari, dengan Dharma yang diberikan oleh Master Cheng Yen, saya berusaha untuk melakukan itu semua sebaik mungkin.
Seperti dituturkan kepada Khusnul Khotimah