Pepeng Kuswati: Relawan Tzu Chi Bandung
Mendapat Ketenangan dan Kebahagiaan
“Saya merasa jalan Tzu Chi ini jalan kebenaran, hidup saya lebih teratur dan tertata rapi.”
***
Saya mengenal Tzu Chi itu dari Tjong Lip shijie, istri dari Heman shixiong, Ketua Tzu Chi Bandung yang dulu karena kami berada di satu grup wihara yang sama. Awalnya saya ditawari mau bantu di xio sien (Jing Si Book and Café), tetapi saya tidak tahu apa itu karena saya tidak paham bahasa Mandarin.
Katanya itu tempat buku-buku karangan dari Master Cheng Yen, lalu saya diajak untuk melihatnya. Di sana ada banyak buku dan saya baca karena hobi membaca dan banyak kalimat yang filosofinya bagus. Awalnya saya pikir buku-buku tersebut adalah buku filsafat, karena orang yang membuatnya ilmu filsafatnya bagus. Dari situ kemudian saya cari tahu Master Cheng Yen.
Setelah beberapa lama, kemudian saya diajak untuk mempraktekan apa yang ada di dalam buku-buku tersebut. Mulai dari berkegiatan panti jompo dan baksos kesehatan serta bertemu banyak sekali orang yang dibantu. Sebelumnya saya juga ikut berkegiatan sosial di tempat lainnya, tetapi ketika di Tzu Chi semua pelaksanaannya sangat teratur dan rapi sekali.
Pada saat di panti jompo, saya melihat para relawan Tzu Chi sedang menggunting kuku penghuninya, memotong rambut, dan ada yang memijat oma dan opa. Saat itu saya berpikir ‘kok ada orang mau lakukan itu, ini adalah hal luar biasa jika mau melakukan itu.’ Setelah mengikuti kegiatan tersebut, saya mulai senang. Awalnya, selama 5 tahun berturut-turut sejak tahun 2004 mengikuti Tzu Chi, saya terus ikut kegiatan Tzu Chi di Bandung.
Ketika saya ikut dalam barisan Tzu Chi, saya merasa lebih tenang. Perubahan diri saya setelah mengenal Tzu Chi yaitu lebih terarah apa lagi masalah keluarga. Ketika anak saya sekolah di luar negeri, saya merasa sendiri. Untuk mengusir kebosanan, saya sering sekali bertemu dengan teman-teman untuk main kesana kemari, bahkan ke salon berjam-jam. Dulu saya sangat boros, tetapi sekarang saya sudah lebih bijaksana dalam mengaturnya khususnya keuangan.
Dahulu, saya juga orangnya tidak sabaran. Sering emosi ketika keinginan saya tidak diwujudkan atau dilakukan. Hubungan saya dengan keluarga juga kurang baik, apalagi sama anak-anak, saya sangat tidak harmonis. Namun lama-kelamaan setelah berkegiatan dengan Tzu Chi, banyak hal-hal baik tertular dalam kehidupan keluarga saya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kini saya bisa mengatur waktu untuk keluarga. Saya bisa bercengkrama bersama mereka dan hubungan keluarga jadi lebih harmonis. Keluarga juga sangat mendukung saya berkegiatan di Tzu Chi. Bahkan jika ada baksos Tzu Chi yang harus dilakukan sejak pagi-pagi sampai malam hari, anak saya pun selalu antar jemput.
Bagi saya, Master Cheng Yen merupakan sosok yang sangat berkharisma. Beliau sangat welas asih dalam ucapan dan tindakan. Salah satu Kata Perenungan Master Cheng Yen yang selalu saya ingat adalah “Lakukan hal-hal baik jangan ditunggu, karena kesempatan itu tidak datang dua kali.” Inilah yang membuat saya terus bersemangat berkegiatan di Tzu Chi.
Master Cheng Yen juga berpesan bahwa kita harus mengamalkan Dharma untuk dipraktikkan di kehidupan sehari-hari serta bisa terbebas dari kesulitan dalam hidup. Dalam beberapa kesempatan, jika saya sedang mengalami kesulitan dalam hidup, saya membaca buku Master Cheng Yen agar bisa tahu jalan keluarnya.
Semenjak menjadi relawan Tzu Chi, saya juga menyadari dalam hidup akan selalu ada gesekan, untuk itu saya ingin menjadi lebih baik serta lebih toleran ke hal-hal lainnya dengan cara mempraktikkan Dharma.
Saya senang menjadi bagian dari Tzu Chi karena dapat menemukan hal-hal baru yang menambah pengalaman dan wawasan saya juga. Di Tzu Chi kita bisa mengikis noda batin kita, karena dengan melakukan hal-hal baik, hidup kita akan menjadi lebih bahagia dan lebih tenang.
Seperti yang dituturkan kepada Rizki Hermadinata (Tzu Chi Bandung)