Puspawati dan Tan Surianto: Relawan Tzu Chi Jakarta
Jodoh Baik di Jalan Bodhisatwa


Sebagai Wakil Ketua komunitas relawan He Qi Muara Karang, Puspawati aktif menggerakkan relawan dalam kegiatan. Keaktifannya memotivasi Tan Surianto, suaminya dan Dora, putrinya ikut bergabung di Tzu Chi. Menyadari ketidakkekalan, mereka berusaha menggenggam setiap kesempatan untuk menjalin jodoh baik dengan siapapun, dan tidak membiarkan waktu berlalu dengan sia-sia.

*****

Saking aktifnya Puspawati dalam berkegiatan di Tzu Chi Center PIK, Jakarta Utara, pernah ada satu relawan Tzu Chi yang dengan setengah bercanda mengatakan kepada relawan lain, “Jika Anda belum bertemu Puspa Shijie, berarti Anda belum datang ke Tzu Chi Center.”

Pada masa itu memang setiap harinya Puspawati datang bersama Tan Surianto, suaminya, ke Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara untuk mengikuti Xun Fa Xiang. Setelah selesai, mereka akan melanjutkan dengan kegiatan lainnya yang berlangsung di Tzu Chi Center.

“Sejak tahun 2014 saya dan suami setiap hari mendengar ceramah pagi Master Cheng Yen (Xun Fa Xiang). Bagi saya Master adalah orang tua dan panutan saya. Jika menemukan kesulitan, saya selalu mendapat jalan keluar saat mendengar ceramah Master. Master sering berkata ‘Dharma harus menyerap ke dalam hati, Dharma ada dalam setiap tindakan’. Kalau ada Dharma dalam diri kita, terjadi apapun pasti kita bisa mengontrol diri,” ucap Puspawati.

Setiap Dharma yang diresapinya, ia berusaha praktikkan dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan seharihari. Hingga hari ini pun, Puspa masih aktif bersama suaminya karena memiliki lebih banyak waktu untuk berkegiatan dan melatih diri bersama di Tzu Chi bersamanya. Puspa amat bersyukur dapat menapak di jalan Bodhisatwa ini bersama suaminya.

“Saya melihat banyak sekali di antara Shixiong Shijie (relawan lainnya), ada Shijie-nya (istri) bisa (aktif di Tzu Chi), tapi Shixiong-nya (suami) gak bisa, atau sebaliknya. Tapi kita berdua kadang-kadang pernah juga duduk sambil bilang... Kehidupan kita dulu itu semua pasti ada jodohnya kenapa kita di kehidupan sekarang masih ada jodoh untuk bisa sama-sama melatih diri dengan mudahnya, gak merasa bahwa ada kesulitan. Nah itu saya sangat bersyukur,” sambung ibu dua anak dan nenek bercucu satu ini penuh syukur.

Tan Surianto dan Puspawati rajin mengikuti Xun Fa Xiang untuk mendalami Dharma Master Cheng Yen sebagai bekal dalam menjani kehidupan dan mempraktikkannya dalam misi-misi Tzu Chi.

Saling Menemani, Saling Menyemangati
Puspa bergabung di Tzu Chi pada tahun 2009. Sejak itu pula Tan Surianto “bertugas” mengantar jemput Puspa dalam setiap kegiatan. Awalnya dari mengantar jemput istri, timbul rasa penasaran dalam diri Surianto bahwa kerja Tzu Chi itu sebenarnya seperti apa, dan apa yang membuat relawan-relawan ini begitu bahagia dan penuh kerelaan.

Dari sana Surianto pun mulai “menyicip” dengan mengikuti salah satu kegiatan baksos, barulah ia melihat bahwa kegiatan Tzu Chi sangat positif. Dia pun akhirnya bergabung menjadi relawan Abu Putih pada tahun 2012. “Tidak lagi berdiri di depan pintu, tapi masuk ke dalam,” tutur Surianto mendeskripsikan dirinya.

Sejak bergabung di Tzu Chi, Surianto aktif menjadi relawan dokumentasi Zhen Shan Mei, saat ini ia memegang tanggung jawab sebagai koordinator tim dokumentasi Zhen Shan Mei di komunitas He Qi Muara Karang. Awal menjadi relawan dokumentasi, Surianto membeli kamera saku dan lebih banyak merekam dalam bentuk foto. Tahun 2015 karena terinspirasi dari video ceramah Master Cheng Yen, ia mulai berpikir untuk menjadi relawan video. “Di Indonesia sendiri, relawan yang menggunakan video masih belum banyak. Ada gambar bergerak, akan lebih menyentuh perasaan orang,” katanya.

Membeli kamera video dengan harga lebih dari 20 juta rupiah tentu harus melalui pertimbangan matang, sempat ada keraguan, namun karena sudah tekad maka ia dan istri sepakat dan memutuskan untuk membeli.

“Kita bilang ada tekad, ada jalan, itu begitu tekad saya putuskan, saya bisa dapat uang itu (bonus dari kantor), uang itu seperti disiapkan untuk saya. Nah percaya atau tidak, tapi ini seperti suatu jalan buat saya,” cerita Surianto antusias.

Berawal dari sebuah video ceramah Master Cheng Yen, Tan Surianto kemudian aktif menjadi relawan Zhen Shan Mei (dokumentasi) bagian video. Puspawati pun terus mendukung langkah suaminya tersebut.

Kini, pasangan suami-istri asal Jambi ini adalah relawan komite yang berkomitmen dan aktif dalam bersumbangsih. Mereka saling mengiringi dan mendampingi satu sama lain dalam setiap kegiatan. Tahun 2019 pascagempa Palu di Sulawesi Tengah, Puspa dan Surianto bersama putri mereka, Dora, bergabung dalam tim verifikasi sebagai salah satu proses dalam memberikan bantuan hunian tetap kepada korban gempa saat itu.

“Saya mendengar banyak kisah dan sangat sedih setiap kali mewawancarai warga, mereka yang teringat akan anggota keluarganya yang hilang ataupun meninggal, langsung menangis sedih,” sambungnya. Melihat penderitaan yang dialami para penyintas waktu itu, makin menguatkan Puspa untuk menggenggam lebih erat setiap kesempatan yang ada untuk bersumbangsih.

Hingga Covid-19 melanda di tahun 2020, langkah Puspa bersama relawan lainnya tidak berhenti untuk “memulihkan” Palu. Setidaknya ada 9 kali Puspa dan Surianto berangkat ke Palu dalam masa tiga tahun itu. “Ketika Covid-19 melanda, tentu saya sangat khawatir karena penyebaran virus sangat cepat. Namun saya tetap berusaha menggenggam waktu selama tubuh masih sehat, jangan sampai waktu berlalu sia-sia, tapi harus diisi dengan berkah dan kebajikan,” ucap Puspa.

Dharma Bagai Perisai Batin
Banyak relawan Tzu Chi yang mengalami perubahan diri setelah bergabung di Tzu Chi, tak terkecuali Puspa dan Surianto. Perubahan diri mereka banyak dipengaruhi oleh ajaran dari Master Cheng Yen melalui Xun Fa Xiang. Hingga kini setelah kegiatan Xun Fa Xiang dipindah menjadi daring sejak pandemi Covid-19, suami istri ini tetap aktif mengikutinya. Bagi Surianto dengan mengikuti Xun Fa Xiang, ini bagaikan sebuah perisai batin. “Master mengatakan bahwa Xun Fa Xiang ini seperti menyeduh teh, wangi teh akan nempel di baju kita, dari sejak itu saya ikuti terus Xun Fa Xiang. Kita seperti diberi sebuah perisai untuk menangkis semua godaan dari dunia materi,” ucap Surianto.

“Tanpa kita sadari dalam tindakan seharihari, dalam berumah tangga, kita sudah memperbaiki ke dalam, yang tadinya masih banyak hitung-hitungan, kita sudah otomatis sadari. Walau tidak sempurna tapi kita sudah berusaha menjaga sikap, berusaha melakukan yang bermanfaat dan menghindari yang tidak bermanfaat bagi diri maupun orang lain,” lanjut Surianto.

Senada dengan Surianto, Puspa juga merasa dirinya berubah menjadi lebih bisa mengendalikan diri dan menerima setiap kondisi. “Seiring waktu kita setiap pagi mendengar Dharma, kalo sudah siang terjadi apa-apa, kita merasa… ya itu adalah hal yang biasa, jadi kita bisa menerima apapun. Itulah yang saya rasakan, lebih tenang, gak mudah emosi, kita juga bisa berlapang dada terhadap apapun yang muncul, jadi kita tidak merasa sesuatu itu membuat kita risau atau tidak bahagia,” timpal Puspa.

Di jalan Bodhisatwa ini, mereka samasama bertekad akan terus menggenggam setiap jalinan jodoh dan kesempatan dalam bersumbangsih, baik itu tenaga, waktu, maupun materi. “Saya merasa sangat bersyukur memiliki keluarga yang selalu mendukung saya melangkah di jalan Bodhisatwa. Bagi saya, apa yang bisa dilakukan, jangan ditunda, segera lakukan, jangan menunggu sampai ada penyesalan,” tekad Puspa. “Jalinan jodoh yang ada dan muncul di depan kita dan bisa kita ambil, kita harus genggam,” timpal Surianto.

Penulis: Erli Tan

Fotografer: Arimami Suryo A, Erli Tan

Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -