Puspawati
Saling Mendukung untuk Bersumbangsih
Dulu saya sering ke wihara dan mendengarkan Dharma tapi untuk praktik dalam kesehariannya masih penuh dengan ketidaktahuan dan keinginan. Hari-hari saya lalui layaknya ibu rumah tangga yang lain. Hingga suatu saat melalui DAAI TV, saya menyaksikan para relawan Tzu Chi bersumbangsih tanpa pamrih dan karena itu keinginan untuk turut bersumbangsih juga terus timbul. Tapi kondisi saat itu kedua anak saya masih kecil, sehingga niat untuk menjadi relawan pun batal.
Tepatnya pada Mei 2009, jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi mulai terjalin. Tetangga saya, Netty mengajak saya mengikuti kegiatan Tzu Chi di Muara Karang. Inilah awal jalinan jodoh baik saya dengan Yayasan Buddha Tzu Chi. Semua saya jalani dengan senang hati. Lima tahun bersumbangsih menjadi relawan Tzu Chi, saya pun dipercaya menjadi wakil Hu Ai (komunitas) di Pantai Indah Kapuk. Kepercayaan ini membuat saya belajar banyak hal. Seperti, saya mulai memahami bahwa setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda dan saya mulai belajar menerima segala sesuatu apa adanya. Positifnya, dengan belajar menerima maka saya tidak lagi menjadi risau.
Memanfaatkan Jalinan Jodoh
Sejak memutuskan untuk menjadi relawan Tzu Chi, anak-anak dan suami juga mendukung. Walaupun keluarga saat itu belum mengetahui lebih jauh mengenai Tzu Chi, tetapi mereka tidak pernah mempermasalahkan keaktifan saya di Tzu Chi. Bisa dikatakan selama aktif mengikuti kegiatan, tidak ada hambatan yang begitu besar. Pernah dulu ketika mengikuti kegiatan Tzu Chi yang wilayahnya agak jauh dan membuat saya terpaksa pulang terlambat, suami dengan penuh pengertian membantu menyiapkan makan malam untuk anak-anak kami. Syukurlah, suami saya Tan Surianto bisa memahami keinginan saya dalam mengemban misi Tzu Chi.
Jodoh yang saya miliki antara keluarga dengan Tzu Chi sungguh baik. Kata orang “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” begitu pula yang saya rasakan. Putri saya yang bernama Theodora mengikuti jejak saya menjadi relawan. Ia bergabung di dalam barisan relawan muda mudi Tzu Chi (Tzu Ching). Begitu pula dengan Mama dan suami saya, yang juga turut serta menyusul bergabung di barisan Tzu Chi. Dengan bergabungnya suami saya ke Tzu Chi, saya memiliki teman untuk pergi berkegiatan dan juga untuk berbagi. Setiap kerisauan muncul, saya juga bisa berbagi dengan suami. Sharing dari suami terkadang meringankan beban saya, sehingga saya tidak merasa sendiri dan risau lagi.
Berlatih Diri dan Mendalami Dharma
Karena itu saya merasa Dharma itu sangat penting, maka saya dan suami sekarang selalu berusaha meluangkan waktu di pagi hari untuk mendengarkan Xun Fa Xiang (ceramah Dharma Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi). Meskipun saya kurang pandai dalam Bahasa Mandarin dan Bahasa Taiwan, tapi Master Cheng Yen sudah berupaya keras membabarkan Dharma hingga ke seluruh dunia. Saya yakin jika sudah ada niat pastinya tidak akan ada kendala lagi. Seperti kata Master, sedikit melenceng, kita akan menjauh dari jalan yang benar selamanya. Karena bagi saya Dharma adalah penuntun hidup kita. Seperti yang Master sering ucapkan Dharma harus menyerap ke dalam hati, Dharma ada dalam setiap tindakan. Kalau ada Dharma dalam diri kita, terjadi apapun pasti kita bisa mengontrol diri kita. Memang menjalankannya tidaklah mudah, makanya saya usahakan di kehidupan sekarang lakukan banyak kebajikan.
Dulu suka bangun siang-siang dan terutama dulu hobi dengan nonton film seri bisa hingga berjam-jam. Setelah masuk ke Tzu Chi baru paham itu adalah kekosongan, tidak bisa menambah kebijaksanaan. Sekarang dengan bergabung di Tzu Chi, bila ada kegiatan besar pasti banyak PR yang harus diselesaikan. Untuk menyelesaikan Pr-Pr ini, Saya baru memahami apa yang kerap diucapkan oleh master jika waktu berlalu dengan cepat. Bisa sibuk seharian di Tzu Chi, meskipun fisik ini merasa lelah tapi saya merasa penuh kebahagiaan. Jika bisa merangkul semuanya saya dapat merasakan sebuah kebahagiaan yang berbeda. Bahagia karena bisa bersatu harmonis.
Pada bulan Januari 2015, saya resmi dilantik menjadi anggota Komite Tzu Chi. Mulanya saya masih takut, karena merasa Dharma yang saya pelajari belum banyak. Tapi melihat jalinan jodoh sudah tiba dan merasa tubuh ini makin lama makin lemah, makanya memutuskan jangan membiarkan kesempatan yang ada berlalu. Karena saya tidak akan tahu apakah hari esok atau ketidakekalan yang akan tiba lebih dulu. Selagi tubuh ini masih bisa bergerak akan saya manfaatkan untuk bersumbangsih. Selain itu, saya merasa bisa menjadi murid Master Cheng Yen tidaklah mudah, pasti ada jalinan jodoh barulah bisa seperti sekarang. Itu yang saya pegang sampai sekarang. Memanfaatkan jalinan jodoh yang ada dengan baik.
Seperti dituturkan kepada Indri Hendarmin (He Qi Utara)