Riadi Pracipta
Melihat dari Banyak Sisi

  
Saya mulai kenal Tzu Chi tahun 2006 karena diajak Lanny Juniarti Iskandar Shijie. Kebetulan kita ada kerjasama bisnis. Waktu kita ada proyek di Mangga Dua, dia ajak saya ke ITC buat menyetorkan dana donatur bulanan. Saat di sana kok lucu ya santai bisa masuk kemana-mana. Kayanya akrab gitu. Sebulan dua bulan terus diajak tetapi belum ada niatan untuk bergabung.
  
Tahun 2008 akhir saya ada rezeki membeli kamera. Sejak dahulu saya memang seneng banget sama yang namanya fotografi. Dari SMP sudah ngulikin kamera. Habis beli terus Lanny Shijie iseng lagi mengajak saya ikut training 3 in 1. “Wah boleh apalagi gratis,” pikir saya waktu itu. Saat itu yang ikut training banyak juga, tetapi karena waktunya singkat dan materinya juga masih dasar banget jadi saya ya santai-santai aja.

Pas sesi script dan video saya tidak ikut lagi karena tidak begitu suka. Saat itu shijie saya (istri-red), Eti Suteja yang senang banget nonton DAAI TV khususnya Lentera Kehidupan juga ikut sosialisasi. Jadi selesai training 3 in 1, saya ikut sosialisasi. Baru disitulah saya isi formulir, tetapi saat itu masih jauh pikiran saya buat serius jadi relawan. Satu hari saat saya mau berangkat ke Serpong mengurus proyek, Lanny Shijie pagi-pagi telepon apakah bisa ke Kapuk untuk bantu foto-foto. Saat itu kita ada janji sama customer, tetapi Lanny Shijie bilang sebentar kok. Itulah pertama kalinya saya foto untuk Tzu Chi.
 
Hal seperti itu terus berjalan setiap ada kegiatan. Lanny Shijie selalu menghubungi saya. Waktu itu saya juga lebih sering memotret dan mengikuti kegiatan daur ulang. Awal-awal ikut daur ulang saya kaget karena sampah yang plastiknya kita buka di dalamnya benar-benar sampah yang belum dipilah. Dari situ saya bilang ke keluarga, sampah-sampah kita harus dipilah agar bisa didaur ulang. Memang kalau soal daur ulang sampah Shijie saya paling rajin.
   
Dia suka  ngobrol hal itu pas di pasar. Makanya bagian belakang sepedanya selalu ada barang daur ulang yang dititipkan kalau pulang untuk dibawa ke depo daur ulang.

Bulan Maret 2009, saya ikut baksos di Blitar. Dari situ saya mulai intensif memotret meski beberapa kegiatan saja karena pada saat itu saya belum tahu fotonya mau diapain dan dikasih ke mana. Baru di awal tahun 2010 saya mulai fokus di 3 in 1 He Qi Barat. Belakangan ini di He Qi Barat ada sharing menulis artikel, foto, dan video, lama-lama saya tertarik juga. Awalnya saya antipati dengan menulis karena saya orang teknik yang tidak suka menulis. Namun berkat pesan singkat (SMS) dari relawan yang muda-muda, saya mulai belajar menulis dari yang tadinya dua baris kini bisa berhalaman-halaman.

Bergabung di Tzu Chi buat saya sangat berpengaruh sekali. Saya yang selama ini nggak bisa berempati sama orang, sekarang sudah bisa. Saya dahulu orangnya paling cuek paling nggak mau tau urusan orang. Perubahan itu bisa terjadi karena Lanny Shijie suka ajak saya ke RSCM menangani pasien kasus. Di situ saya lihat kok bisa gitu ya enggak kenal tapi kita bisa kasih empati. Dari situ saya belajar hal seperti itu perlu kita gali. Apalagi selama ini kita di Jakarta kan individualistis sekali.
  
Di Tzu Chi saya juga diajarkan untuk melihat sesuatu itu dari banyak sisi. Jika ada kesalahan yang dilakukan oleh orang lain kadang bukan orang itu yang salah, tapi disebabkan oleh halangan ataupun kondisi lain. Dari situ saya kemudian belajar cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan banyak orang. Saya juga banyak belajar saat harus membersihkan tubuh seorang pasien kasus yang sudah lama tidak mandi di kegiatan kunjungan kasih. Saat itu saya ingin membuktikan apakah benar yang diomongin orang atau cuma promosi aja soal apa yang dilakukan Tzu Chi kepada sesama. Apalagi kita kan masuk satu organisasi jadi harus tahu apa yang dikerjakan.
 
Sebelum masuk Tzu Chi, sejak tahun 2000 saya sudah bervegetarian disebabkan karena kesehatan saya yang kurang bagus ditambah kondisi keuangan keluarga juga sedang kurang bagus. Ada momentum yang pas maka saya pun vegetarian. Kalau dulu saya vegetariannya ekstrim sekali, kalau pas makan di proyek dikasih yang non vegetarian saya marah, tetapi lama-lama saya berpikir vegetarian itu tujuannya baik kenapa harus marah kalau pas dapet yang non vegetarian. Makanya kalau sekarang ya dipisahkan saja tidak perlu marah.

Kehidupan saya dan keluarga di rumah juga tidak terlalu banyak masalah. Saya mengalami perkembangan batin di Tzu Chi. Saya mendapatkan kesempatan untuk merawat mama menjelang beliau wafat. Waktu itu kaki mama saya ada luka. Saat membersihkan lukanya saya tidak memakai cotton buds. Saya pakai tangan karena buat saya sentuhan tangan itu ada cinta kasihnya. Cotton buds memang lebih bersih tetapi tangan ini efek cinta kasihnya lebih besar. Harapan saya ke depan adalah keluarga saya nantinya makin peduli kepada lingkungan dan dapat menginspirasi orang di sekitar untuk tidak lagi menimbulkan banyak beban untuk bumi ini.
 
Seperti dituturkan kepada Himawan Susanto
Foto: Anand Yahya
 
 
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -