Siha: Relawan Tzu Chi Batam
Membantu Orang Lain Berarti Membantu Diri Sendiri


“Di Tzu Chi banyak Dharma yang saya dapatkan dan mengarahkan saya ke hal-hal yang positif”

Saya mengenal Tzu Chi pada awalnya diperkenalkan oleh Radius Wibowo (Ketua Harian Tzu Chi Batam periode 2005-2007). Waktu itu tahun 2005, Tzu Chi Batam menerima Beras Cinta Kasih dari Taiwan. Hambatan yang dihadapi pada saat itu ialah biaya pengiriman beras, sehingga perlu donasi dari banyak orang. Dari situlah saya mengenal Tzu Chi. Saya juga terlibat menjadi sukarelawan karena memang sulit mendistribusikan beras sebanyak 600 ton dengan jumlah relawan yang ada saat itu. Saat itu saya kemudian aktif menjadi relawan.

Selama bergabung menjadi relawan Tzu Chi, kegiatan yang berkesan mendalam bagi saya adalah kegiatan Fang Shi (survei kasus). Karena saya pernah menemukan beberapa kasus yang membuat saya semakin mengerti mengenai kesulitan-kesulitan manusia. Saya berasal dari keluarga besar sederhana dengan 10 saudara, Karena itu saya pun memiliki dorongan kuat untuk membantu orang yang kesulitan dan membutuhkan.

Pada tahun 2009, saya mengikuti Kamp Pengusaha yang kedua di Taiwan. Yang saya rasakan pada saat mengikuti Kamp Pengusaha adalah hal yang sangat luar biasa. Saya terkesan dengan program silent mentor (donasi tubuh) sebagai media pembelajaran para calon dokter-dokter di Tzu Chi University. Pada saat itu banyak orang yang mau bergabung untuk memberikan tubuh mereka sebagai media pembelajaran. Setelah Kamp Pengusaha tersebut, saya pun beberapa kali juga ikut mendampingi para pengusaha ke Taiwan.

Sebagai pengusaha, banyak kegiatan Tzu Chi yang tidak dapat saya ikuti karena kesibukan bekerja. Namun pada saat waktu luang dan kemampuan saya mengizinkan, saya selalu siap untuk membantu. Saat ini saya dipercaya menjadi Fungsionaris Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Batam.

Sebagai Fungsionaris Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Batam, saya mengkoordinasi kegiatan pengumpulan donasi untuk membantu korban bencana. Bukan hal yang mudah, tentu banyak tantangannya seperti orang cenderung menghindar. Saya pun sadar tidak semua orang mengenal Tzu Chi. Tetapi selalu ada perasaannya yang luar biasa dan bersyukur saat relawan menggalang donasi karena selalu ada yang berdana, dari sedikit-sedikit, lamalama menjadi bukit.

Di tahun 2022, saya juga dipercaya menjadi koordinator Tzu Chi Charity Golf Tournament. Turnamen golf yang berlangsung pada 17 Juni 2022 ini berhasil menggalang dana untuk membeli 1.700 karung beras ukuran 10 kg. Saya kemudian kembali ditunjuk untuk menjadi koordinator dalam pembagian beras-beras tersebut kepada masyarakat.

Pada saat mengikuti kegiatan Tzu Chi banyak Dharma yang saya dapatkan dan mengarahkan saya ke hal-hal yang positif. Setelah menjadi relawan Tzu Chi, banyak tabiat buruk dalam hidup yang perlahan-lahan saya kikis. Pembelajaran berharga di Tzu Chi bagi saya yang saat ini sudah tidak lagi muda adalah pentingnya kesehatan dan kebahagiaan timbul dari hati yang bersyukur.

Bagi saya salah satu wujud bersyukur ialah kesediaan dalam memberi. Sebagai pengusaha, saya sangat mendukung Program SMAT (Sosialisasi Misi Amal Tzu Chi). Saya juga mengajak para karyawan di perusahaan saya untuk dapat menumbuhkan rasa syukur dan berkeinginan untuk ikut berdonasi bagi para penerima bantuan Tzu Chi (gan en hu). Karena sesungguhnya membantu orang lain berarti membantu diri sendiri. Setiap bantuan yang kita salurkan ujungujungnya akan kembali lagi ke diri kita masing-masing.

Seperti yang dituturkan kepada Paulina (Tzu Ching Batam)
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -