Siti: Relawan Tzu Chi Batam
Melatih Kebijaksanaan di Misi Amal
“Setelah jadi relawan Tzu Chi saya merasa kehidupan menjadi lebih bermakna.”
Saya mulai mengetahui Tzu Chi itu melalui Diana Lo Shijie, karena beliau itu pelanggan yang sering berbelanja di toko alat listrik saya. Saya juga semakin mengenal Tzu Chi dari DaAi TV Taiwan, namun saat itu masih belum mengetahui apakah Tzu Chi ada di Batam. Hingga pada tahun 2009, ketika mengantar anak sekolah playgroup, saya berkenalan dengan Jessica dan Hermawati. Setelah ngobrol-ngobrol barulah saya menyadari mereka adalah relawan Tzu Chi Batam. Dari situ saya mulai menjadi donatur dan minta celengan bambu.
Sejak saat itu saya mulai tertarik untuk mendalami ajaran Buddha. Dari tayangan DaAi TV saya melihat Tzu Chi membantu orang dengan langsung terjun ke masyarakat. Itu sangat menarik bagi saya, makanya ketika celengan bambu penuh, saya cari lokasi Kantor Tzu Chi Batam dan antar sendiri. Saat itu saya bertemu Wendy Shijie yang menyambut saya dan menjelaskan apa saja kegiatan Tzu Chi. Setelah bertukar nomor telepon, Wendy Shijie mulai mengajak saya mengikuti kunjungan kasih, jadi saya masuk Tzu Chi melalui pintu misi amal dan pelan-pelan mulai mengikuti semua kegiatan Tzu Chi.
Sebelum jadi relawan, kesibukan sehari-hari hanyalah kerja, mengejar materi dunia, tetapi setelah jadi relawan Tzu Chi saya merasa kehidupan menjadi lebih bermakna. Saya merasa sangat beruntung, bisa bergabung di barisan Tzu Chi, terutama bisa menjadi relawan misi amal. Karena kita bisa melihat penderitaan secara langsung sehingga bisa bersyukur dengan kehidupan kita sendiri.
Master Cheng Yen mengatakan amal itu adalah akar dari Tzu Chi. Di dalam misi amal, saya juga dapat melatih kebijaksanaan karena dari kasus-kasus yang kita bantu, kita bisa belajar. Walaupun kita hanya menyumbangkan sedikit waktu dan tenaga, tetapi kita bisa meringankan penderitaan mereka. Jadi selain waktu dan tenaga, kesabaran juga dibutuhkan di misi amal. Kadang Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) bukan hanya membutuhkan materi yang kita bantu, melainkan perhatian, kepedulian dan pendampingan. Karena kepedulian ke Gan En Hu itu berkelanjutan. Kadang sampai bertahun-tahun, sampai belasan tahun juga ada. Dan di komunitas, saat ini saya dipercaya untuk menjadi Ketua Misi Amal Hu Ai Batam Center.
Semenjak saya merantau ke Batam dari Selatpanjang, saya jarang pulang. Apalagi setelah berkeluarga dan mempunyai anak. Hal ini membuat saya merasa tidak ada kesempatan untuk membalas budi kepada orang tua. Tetapi ketika mengikuti salah satu pelatihan relawan, ada sebuah Kata Perenungan Master Cheng Yen yang menyadarkan saya, “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam kehidupan, yaitu berbakti kepada orang tua dan melakukan kebajikan”.
Dari kata perenungan ini, saya mendapatkan jalan. Saya bisa berbakti dengan menggunakan tubuh saya untuk berbuat kebajikan karena tubuh ini bukan hanya membawa nama kita, tetapi juga membawa nama orang tua. Itu adalah berbakti yang paling utama.
Saya juga sangat bersyukur saat ini bisa bergandengan tangan dengan suami di jalan Bodhisatwa ini. Padahal saat awal bergabung di Tzu Chi, saya kurang mendapatkan dukungan dari suami karena merasa waktu istri di rumah menjadi sangat minim. Tetapi seiring waktu dan sering menonton DaAi TV, suami juga ikut mendengarkan apa yang dikatakan Master Cheng Yen. Hingga suatu hari, suami mengantar saya ke posko daur ulang dan ia pun inisiatif juga ikut turun melakukan daur ulang untuk pertama kalinya. Dan hingga saat ini, suami dan anak-anak saya juga sangat mendukung saya jadi relawan Tzu Chi.
Saya juga teringat kata Master Cheng Yen kalau jalinan jodoh suami istri, itu hanya satu masa di kehidupan ini. Jika se-Dharma, itu bisa sampai berkelanjutan di kehidupan lainnya. Apalagi kalau tekad kita kuat, semoga di kehidupan berikutnya, kita tetap kembali ke jalan Tzu Chi untuk selama-lamanya.
Seperti yang dituturkan kepada: Agus Lee (Tzu Chi Batam)