Surawaty: Relawan Tzu Chi Jakarta
Bersemangat dan Terus Tumbuh di Tzu Chi
“Jalan menjadi relawan Tzu Chi bagi saya adalah satu pilihan tanpa penyesalan.”
Dulu sebelum tinggal di Jakarta, saya tinggal di Medan. Waktu itu saya sering melihat tayangan DAAI TV dan melihat kegiatan relawan. Dari sini timbul niatan untuk bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Saya sempat sharing ke teman juga tentang niatan tersebut. Lalu teman saya bilang ‘yakin mau menjadi relawan?’ Karena waktu itu saya juga masih sibuk bekerja, niatan untuk menjadi relawan itu pun berlalu begitu saja.
Saat saya pindah ke Jakarta dan kebetulan berkunjung ke RSKB (kini RS Cinta Kasih Tzu Chi) saya melihat spanduk ada pendaftaran relawan, itu sekitar tahun 2017 akhir. Dari situ saya mencoba daftar dan dihubungi oleh relawan Tzu Chi. Setelah pendaftaran itu saya mulai aktif menjadi relawan Tzu Chi menjelang pertengahan tahun 2018.
Pertama ikut kegiatan Tzu Chi saya hadir dalam kegiatan bedah buku yang dilaksanakan di Depo Pendididkan dan Pelestarian Lingkungan Duri Kosambi. Dari situ saya kemudian diajak untuk ikut kegiatan-kegiatan lainnya seperti sosialisasi relawan, Xun Fa Xiang, dan lain-lainnya. Jadi pertama ikut menjadi relawan itu banyak sekali kegiatan yang saya ikuti, hampir semua.
Banyak yang berubah dari diri saya ketika menjadi relawan Tzu Chi. Ketika menjadi relawan saya belajar banyak hal, salah satunya bagaimana caranya bisa menjalin jodoh yang baik dengan orang lain. Dulu untuk soal berteman, saya orangnya cenderung pemilih, tetapi di Tzu Chi saya mau berteman dengan semuanya dan menjadi lebih terbuka.
Sebelum di Tzu Chi saya juga punya sifat yang egois, suka memaksakan kehendak diri kepada orang lain. Apalagi kalau ada orang berlaku atau berkata tidak baik kepada saya, langsung saya cari sampai dapat orang tersebut. Setelah ikut training relawan, berkegiatan, dan banyak sharing dengan relawan Tzu Chi lainnya, sifat egois saya ini mulai sedikit-sedikit berubah.
Selama di Tzu Chi, paling sering saya ikut kegiatan-kegiatan di misi amal, banyak hikmah yang saya ambil. Kita sering mempunyai rasa tidak puas dan kurang, padahal udah ini, itu, ada semua. Setelah ikut di misi amal, saya belajar bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang. Saya juga otomatis jadi lebih mengerti kalau kita mau membantu orang lain tidak dengan asal memberi saja, tapi ternyata membantu orang itu juga butuh kebijaksanaan.
Master Cheng Yen sering berkata Hidup Akan menjadi lebih Bermakna Jika Kita Bisa Memberi Manfaat Bagi Orang Lain. Kata-kata inilah yang terus menyemangati saya saat melakukan pendampingan untuk Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi). Ketika melakukan survei dan mengetahui ada masalah tentu itu menjadi hambatan bagi kemajuan Gan En Hu. Tapi begitu kita bantu dan mereka perlahan bisa terbebas dari penderitaannya itu rasanya senang sekali. Rasa senang itu juga saya rasakan ketika habis berkegiatan lainnya bersama relawan.
Desember 2022 kemarin menjadi salah satu momen bahagia bagi saya karena dilantik menjadi relawan Komite Tzu Chi. Tentunya perjalanan saya menjadi relawan Tzu Chi juga banyak terinspirasi dari Master Cheng Yen. Bagi saya beliau seorang guru yang bijaksana dan penuh dengan cinta kasih. Saya merasa bersyukur bisa berada di jalan Tzu Chi yang telah dibukakan oleh Master Cheng Yen.
Selama menjadi relawan Tzu Chi, keluarga juga sangat mendukung sekali. Tidak pernah mengeluh atau komplain. Karena tanpa dukungan mereka saya belum tentu menjadi relawan Tzu Chi. Anak-anak saya saat ini juga sudah tau jadwal saya berkegiatan di Tzu Chi, malah suka tanya kalau saya tidak berangkat.
Jalan menjadi relawan Tzu Chi bagi saya adalah satu pilihan tanpa penyesalan. Banyak hal yang tidak bisa kita lihat dan kita rasakan kalau misanya tidak ada di Tzu Chi. Oleh karena itu saya akan terus menggenggam jalinan jodoh ini dan berusaha menjadi murid Master Cheng Yen yang bersemangat dan terus bertumbuh di Jalan Bodhisatwa.
Seperti yang dituturkan kepada: Arimami Suryo A.