Suriadi
Menggalang Hati, Menggalang Dana
Dua tahun mengajar bahasa Mandarin di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, dan aktif dalam setiap kegiatan Tzu Chi, membawa saya ke dalam dunia yang saya cintai, yakni berkomunikasi dengan banyak orang.
Pertama kali saya sharing tentang Tzu Chi di depan umum yaitu kegiatan sosialisasi pelestarian lingkungan di Kelapa Gading. Lu lien-chu, relawan Tzu Chi yang berasal dari Taiwan memberikan kesempatan kepada saya untuk berbicara mensosialisasikan pelestarian lingkungan kepada ketua lingkungan setempat, karena bahasa Indonesia beliau yang kurang lancar. Sejak saat itu, saya mulai diminta untuk sharing dalam beberapa kegiatan sosialisasi. Karena sering berbicara dalam kegiatan sosialisasi maupun melakukan presentasi, akhirnya saya bergabung dengan Divisi Training di Kantor Pusat Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, awal tahun 2007.
Banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan bersama Lim Ji-shou dan Hsieh Ji-lu, awal bergabung dengan divisi training. Walaupun dengan mereka, kita harus kerja ekstra keras, bahkan pernah saya keluar dari rumah pukul 05.00 pagi dan pulang larut malam untuk kegiatan Tzu Chi, tapi kini saya merasakan manfaatnya.
Ketika memberikan materi, saya bukanlah seorang trainer, saya hanya melakukan sharing, mencoba berbagi apa yang saya tau, dan menggugah hati mereka yang mendengarkan.
Karena buat saya, yang berwenang mengajarkan sesuatu adalah seorang yang bijak dan berpengalaman, seperti Master Cheng Yen. Tapi kalau masih sesama relawan, saya lebih senang menyebutnya dengan sharing.
Banyak cara yang saya lakukan untuk memperoleh bahan-bahan materi untuk sharing. Mulai dari membuka website, buku, mendengarkan sharing relawan hingga mendengarkan ceramah Master Cheng Yen. Tapi bagi saya, saya sering mendapat ilmu dari meeting. Karena di dalam meeting, saya dapat menjumpai banyak masalah dan penyelesaiannya, dan biasanya penyelesaiannya tersebut didasarkan atas perkataan Master Cheng Yen.
Sejak awal tahun 2007, saya juga berpartisipasi dalam kegiatan menggalang hati dan dana. Awalnya saya hanya memberikan donasi, tapi kemudian saya tertarik dengan buku galang dana yang dimiliki beberapa relawan. Akhirnya saya bertanya kepada seorang relawan senior. “Kenapa mereka pegang buku galang dana, kok kita tidak, kenapa saya cuma dimintain dana saja?” Saya diberi tahu bahwa untuk memiliki buku tersebut, kita harus bisa menggalang dana rutin dari 20 orang. Dari sanalah saya mengetahui bahwa dana di Tzu Chi merupakan cinta kasih dari banyak orang. Saya berpikir, untuk mencari dana dari 20 orang itu bukanlah hal yang mudah, tapi saya bertekad untuk memulainya. Berdana adalah salah satu cara untuk menjalin jodoh yang baik dengan lebih banyak insan dan menanam berkah bagi diri sendiri dan orang lain. Bagi saya, menggalang dana merupakan kesempatan yang baik untuk melatih diri menjadi lebih rendah hati dan lebih bijak.
Saya sengaja menggalang dana di saat jam kerja, karena pada jam tersebut semua orang berkumpul, sehingga akan banyak yang bertanya, apa yang tengah saya lakukan, dengan harapan mereka akan ikut menyumbang. Awalnya semua orang takut ketika diminta untuk menyumbang Tzu Chi. Mereka takut harus menyumbang banyak, tapi setelah saya jelaskan tidak masalah biarpun hanya 1000 rupiah, akhirnya mereka mengerti dan mulai berdonatur secara rutin. Perlahan dan pasti, jumlah uang yang didonasikan pun kian bertambah. Melihat ini, hati saya sangat tersentuh, dengan ikhlas mereka bisa berbagi rezeki yang mereka peroleh.
Keikhlasan untuk berbuat kebajikan inilah yang diharapkan oleh Master Cheng Yen. Menggalang dana di Tzu Chi lebih kepada menggalang niat baik. Untuk itu dalam menggalang dana diutamakan menggalang hati tanpa memandang besarnya dana. Jika dalam satu wilayah orang baiknya banyak, maka wilayah tersebut akan damai, sesuai dengan visi Tzu Chi menyucikan hati manusia agar tercapai masyarakat yang harmonis sehingga dunia bebas dari bencana.
Foto : Like Hermansyah