Sylvia Chuwardi: Relawan Tzu Chi Medan
Tzu Chi Menata Arah dan Langkah


Berkontribusi dari masa ke masa, Sylvia Chuwardi menghabiskan waktu hampir 20 tahun bersumbangsih di Tzu Chi Medan. Sebuah perjalanan yang panjang namun penuh sukacita dan manfaat yang mampu mengubah arah dan tujuan hidupnya menjadi jauh lebih bermakna.

*****

Rasa bahagia dan sukacita dirasakan oleh Sylvia Chuwardi ketika tahap demi tahap Program Tantangan 21 Hari Wholefood Vegan Diet di Tzu Chi Medan berhasil dan lancar dilaksanakan. Hingga Juni 2022 ini, program ajakan untuk hidup lebih sehat melalui pola makan vegan ini telah tujuh kali dilakukan dengan ratusan peserta yang telah ikut serta. Artinya, selain lebih sehat, para konsumen yang jumlahnya ratusan itu juga mengenal pola makan ramah lingkungan yang selalu dianjurkan oleh Master Cheng Yen, pendiri Tzu Chi.

Hal itu pula yang membuat Sylvia, penanggung jawab program ini bersukacita. “Harapannya, masyarakat lebih luas bisa mengenal makanan vegetaris sekaligus menjadikannya sebagai pola makan sehari-hari, karena selain menyehatkan juga bisa meningkatkan jiwa cinta kasih kita,” tutur Sylvia.

Sylvia Chuwardi adalah putri tunggal dari Tjoa Tjit Hoen dan Razali Chuwardi. Ia merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Tahun 2022 ini merupakan tahun ke-19 nya bergabung di Tzu Chi. Baginya, walaupun perjalanan ini terasa sangat panjang, namun penuh dengan kebahagiaan. Dan di balik kebahagiaannya, Sylvia pun bersyukur dengan keputusannya mengikuti jejak sang mama untuk ikut bergabung menjadi relawan Tzu Chi di tahun 2003.

Menjalin jodoh dengan para relawan di Tzu Chi serta penerima bantuan, membuat Sylvia Chuwardi banyak belajar akan berbagai makna kehidupan. Berbagai hal yang ditemui dan pelajari membuatnya banyak mengubah diri.

Jodoh Sylvia bersama Tzu Chi matang ketika tahun 2003 ia menerima ajakan sang mama untuk ikut dalam survei dan pembagian kupon beras dari Tzu Chi Indonesia di Medan. Di sana ia bisa merasakan atmosfer berbagi yang amat besar yang ternyata meninggalkan kesan mendalam di dalam hatinya. Di pertengahan tahun itu pula, Sylvia tidak menolak ketika namanya didaftarkan untuk ikut dalam pelatihan relawan di Hualien Taiwan. Suasana pelatihan yang khidmat dan dalam membuatnya semakin tertarik untuk lebih mengenal dan bergabung di dunia Tzu Chi.

“Sebenarnya saya sering bertanya dalam hati dan mencari jawaban tentang bagaimana caranya membalas budi orang tua?” tutur Sylvia, “ternyata ketika mengenal Tzu Chi, saya langsung mendapatkan jawaban. Caranya ya dengan bergabung di Tzu Chi, saya bisa menemani orang tua melakukan kebajikan dan saya juga bisa memupuk berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.”

Mengisi Hari dengan Kegiatan Bermakna
Menjadi relawan Tzu Chi, Sylvia mendalami semua kegiatannya. Ia ingin praktik langsung di 4 Misi dan 8 Jejak Dharma Tzu Chi. Pelajaran demi pelajaran pun ia dapatkan di sana, mulai dari rasa syukur akan berkah yang dimiliki ketika mengikuti kegiatan di misi amal, hingga keinginan besar untuk terus memberikan dukungan kepada DAAI TV di Medan dengan cara menampilkan iklan layanan masyarakat di televisi cinta kasih ini. Sylvia sejak enam belas tahun lalu, tetap setia menjadi relawan pemerhati DAAI TV dan Jing Si Books & Café Medan.

Dari berbagai misi yang ia ikuti, sepanjang perjalanannya di Tzu Chi, Sylvia pun tak ketinggalan dalam aksi pelestarian lingkungan. Tak hanya untuk dirinya, Sylvia juga aktif dalam mengajak relawan lain untuk aktif bersama. Baik kepada relawan maupun masyarakat umum, Sylvia kerap mensosialisasikan berbagai aksi untuk menjaga bumi ini. Salah satu program pelestarian lingkungan yang sangat Sylvia dukung adalah Titik Green Point (titik pengumpulan barang daur ulang) yang dimulai sejak tahun 2018. Dari hanya satu, kini sudah ada 29 Titik Green Point di perusahaan, sekolah, perumahan, bank, hotel, tempat rekreasi, apartemen, rumah ibadah, dan lokasi lainnya di Medan dan sekitarnya.

Sylvia sangat mendukung program pengumpulan barang daur ulang yang biasa dikenal dengan Titik Green Point. Di awal tahun 2022, sudah ada 29 titik pengumpulan sampah di berbagai fasilitas penunjang masyarakat.

Dari berbagai kesibukan yang dilakukan dalam bisnisnya, Sylvia masih tetap aktif berkegiatan Tzu Chi. Apalagi saat ini kedua anaknya pun sudah mandiri. “Saya lebih memilih untuk terus bergabung sebagai relawan Tzu Chi karena Dunia Tzu Chi merupakan ladang pembinaan diri, tempat kita memupuk berkah dan kebijaksanaan, sekaligus menjalani hari dengan penuh makna,” tegasnya. Selain dirinya, orang tua dan seluruh keluarganya pun begitu bertekad bulat berjalan di Jalan Bodhisatwa dunia bersama Tzu Chi. Dari tekad tersebut, semua anggota keluarga bukan hanya menjadi relawan Tzu Chi tetapi juga menjadi komite kehormatan, diantaranya kedua orang tua Sylvia, suami, dan kedua anaknya.

“Kini nilai yang kami bangun dalam keluarga adalah silsilah ajaran Jingsi, yaitu ketulusan, kebenaran, keyakinan dan kesungguhan hati, juga menjadi orang yang dapat memberi manfaat pada diri sendiri dan orang lain, menjadi mitra bajik bagi orang lain dan menjalin jodoh yang baik dengan banyak orang,” tambah Sylvia.

Tzu Chi Menata Arah dan Langkah
Selain menerapkan misi Tzu Chi di berbagai kegiatan di masyarakat, Sylvia juga menerapkan misi ke dalam diri. Perubahan pola pikir hingga perubahan perilaku menjadi lebih baik ia rasakan. Sedikit mengingat, Sylvia dulunya bukanlah orang yang mudah puas. Apalagi didukung dengan perekonomian keluarga yang tergolong berkecukupan, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk shopping, ngeteh atau ngopi, juga ikut kelas-kelas menari atau gym. Ketika liburan panjang, ia tak jarang menghabiskan waktu untuk berlibur ke luar kota atau luar negeri.

“Setelah bergabung di Tzu Chi, waktu saya lebih banyak saya gunakan di Tzu Chi dan kebiasaan berbelanja atau kegiatan yang bersifat menyenangkan diri sendiri, pelan-pelan saya kurangi,” akunya. Ia pun memutuskan untuk menjadi seorang vegan. “Saya banyak belajar sabar dan mengubah kesadaran menjadi kebijaksanaan. Berusaha menjadi pribadi yang lebih hati-hati dalam berpikir dan bertutur kata, sehingga bisa selalu menjaga kondisi batin,” imbuh Sylvia.

Berawal dari sebersit niat, perjalanan Sylvia (kaos merah dan memakai rompi) di Tzu Chi kini telah memasuki usia 19 tahun. Sebuah perjalanan panjang dalam menimba ilmu dan kebijaksanaan.

Perjalanan selama menjadi relawan Tzu Chi yang hampir memasuki 2 dekade, banyak memberikan pelajaran, pengetahuan dan pelatihan tentang bagaimana mengemban tanggung jawab. Selama 19 tahun ini Sylvia banyak mengemban tanggung jawab, seperti menjadi Ketua Xie Li, kemudian sebagai fungsionaris di bidang pelatihan, kegiatan, budaya humanis, juga pernah menjadi Ketua Camp Pengusaha, pemerhati Jingsi Books & Café dan juga DAAI TV Medan, sebagai wakil ketua He Qi dan di periode ini (2022-2023) Sylvia memegang tanggung jawab sebagai Wakil Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Cabang Medan.

“Dari berbagai hal yang saya jalani di Tzu Chi, yang utama dan penting adalah harus bisa mengendalikan ego dan nafsu keinginan,” kata Sylvia. Alasannya karena sejalan dengan usia Tzu Chi Medan yang sudah 20 tahun, semakin bertumbuh pula jumlah relawan yang secara langsung menghadirkan banyak karakter, sifat, dan beragam pemikiran. “Jadi sering timbul perbedaan sifat dan pendapat yang kalau tidak dikendalikan, bisa saja menjadi sebuah gesekan antarsesama,” jelasnya, “maka penting untuk menjaga ego serta jangan lupa juga untuk terus mengingat sebersit niat awal.”

Sylvia melanjutkan, teruslah membangkitkan sebersit niat awal tentang mengapa bergabung dengan Tzu Chi? Mengapa berjalan di jalan ini? Mengapa ingin bergabung? Apakah dengan niat tulus untuk memberi manfaat kepada diri dan membantu sesama? ataukah berbagai alasan lainnya.

“Master Cheng Yen berkata, jaga hati kita dengan baik karena segala sesuatu berasal dari sebersit niat. Kepada relawan, apabila menghadapi satu masalah, maka akan bertambah satu kebijaksanaan yang memberi manfaat pada diri sendiri dan orang lain. Maka mari menerapkan ajaran dalam batin sehingga bisa menjalani kehidupan dengan lebih baik lagi,” pungkasnya.

Penulis: Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan)
Fotografer: Amir Tan, Carina, dok. Pribadi
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -