Tjhang Tjin Djung
"Ini Jalan Saya"

  
Jodoh saya dengan Tzu Chi berawal dari kegiatan pembagian beras di Singkawang pada tahun 2008. Setelah itu, di tahun yang sama Tzu Chi juga mengadakan baksos kesehatan di Singkawang. Dari sini saya merasa semakin cocok di Tzu Chi. Sejak itu hampir semua kegiatan Tzu Chi di Singkawang saya ikuti. Saya merasa Tzu Chi merupakan wadah yang cocok untuk membantu sesama, karena Tzu Chi memiliki relawan yang banyak dan ada di 52 negara sehingga memiliki kekuatan yang besar untuk menjangkau mereka yang membutuhkan. Ini tentunya berbeda jika kita lakukan sendiri, kekuatannya sangat terbatas.
  
Saya merasa Tzu Chi merupakan jalan hidup yang terbaik buat saya. Dulu sebelum bergabung di Tzu Chi, yang saya nomor satukan selalu tentang kepentingan duniawi, tetapi setelah gabung saya merasa "dunia" nggak terlalu penting lagi, yang kita utamakan sosial.

Saya mulai kerja dari umur belasan, sekarang sudah 51 tahun, jadi saya pikir untuk urusan duniawi saya sudah menghabiskan 35 tahun lebih, dan yang kita dapatkan adalah materi. Di Tzu Chi beda, saya benar-benar merasa bahagia karena bisa membantu banyak orang dan membuat kita selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Terlebih di Singkawang masih banyak orang yang membutuhkan bantuan. Sebagai contoh, saat baksos kesehatan mata sangat banyak pasien yang datang berobat, padahal ini merupakan baksos ketiga yang dilakukan di Singkawang. Banyak pasien yang tidak mampu untuk berobat sehingga akhirnya sudah terlambat untuk dioperasi. Ini fakta bahwa ekonomi masyarakat masih rendah. Mungkin kalau untuk kebutuhan sehari-hari sih cukup nggak cukup masih bisa diatasi, tetapi untuk menyisihkan uang sampai puluhan juta banyak yang tidak siap.

Kedua, pemahaman tentang pentingnya pendidikan masih kurang di Singkawang. Memang ada sekolah yang meringankan untuk biaya sekolah, tetapi karena kebutuhan ekonomi terjepit akhirnya banyak yang memilih untuk tidak meneruskan sekolah. Hal ini juga yang saya alami sendiri. Saat itu saya yang tengah menempuh ujian SMP terpaksa harus meninggalkan bangku sekolah karena papa mengalami kecelakaan dan kemudian meninggal dunia. Sebagai anak laki-laki pertama dari 9 bersaudara saya memutuskan berhenti sekolah dan membantu mama berdagang dan membesarkan adik-adik.
  
Tahun 1980 saya menikah. Dengan pendidikan yang terbatas dan ekonomi yang tidak menentu, rumah tangga saya banyak mengalami cobaan. Usaha saya sempat 2 kali macet. Saat itu saya merasa cobaan sangat berat, terlebih kami juga baru memiliki anak pertama. Saya pun akhirnya kerja di berbagai tempat, mulai dari perusahaan kredit mobil, kontraktor, sampai material. Sesudah bekerja saya memutuskan untuk berwiraswasta, dengan mobil pick up saya dagang sayur mayur dan ikan ke hulu, dimana jaraknya sekitar 300 km dari Singkawang. Tapi usaha itu akhirnya kandas.

Karena masih muda dan bersemangat, tahun 82 saya mencoba usaha lagi. Dari pengalaman gagal itulah saya kemudian belajar sampai akhirnya berhasil. Saya selalu percaya Tuhan selalu membantu orang yang mau bekerja keras, apalagi dengan cara yang baik. Dari situ kemudian saya berusaha di banyak bidang, mulai dari jual beli kayu, karet, sampai mobil. Tahun 1990 saya membuka toko spare part mobil di Singkawang. Dari sini saya merasakan betul bagaimana rasanya hidup susah. Makanya saya berpesan kepada anak-anak, "Jangan meremehkan dan menghina orang kurang mampu, itu sama saja menghina Papa."
  
Saya sendiri berprinsip dalam hidup ini untuk selalu mengutamakan rumah tangga, kedua lingkungan, ketiga kesehatan, dan keempat ekonomi. Saya menempatkan ekonomi di tempat yang terakhir karena saya pikir kalau ekonomi baik, tetapi rumah tangga bermasalah itu nggak ada pengaruhnya. Ekonomi baik, tetapi nggak sehat, kita juga nggak bisa bahagia dan membantu orang lain. Jadi sekarang saya lebih mengutamakan kegiatan Tzu Chi.
 
 
Saya jelaskan kepada nasabah, klien, dan rekan bisnis kalau ada kegiatan Tzu Chi maka itu adalah prioritas, jadi saya harap mereka bisa mengerti dan mendukung. Saya nggak takut kehilangan klien, saya yakin sama Tuhan. Lagi pula kalau kita selalu meningkatkan kualitas, siap bersaing, dan memberi pelayanan terbaik klien pasti tetap ada.

Saya berharap Tzu Chi semakin berkembang di Singkawang, dan antar relawan komunikasinya semakin baik sehingga semakin kompak dan harmonis. Kalau sudah kompak dan harmonis, maka kita bisa semakin bekerja sama dalam menebarkan kebajikan di Singkawang. Kita juga harus terus menggalang relawan dan donatur di Singkawang, dengan begitu akan ada banyak masyarakat yang tergerak untuk membantu sesama.

Seperti dituturkan kepada Hadi Pranoto
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -