Tjiu Bun Fu: Relawan Tzu Chi Jakarta
Makin Berkah dan Bahagia Sejak Menjadi Relawan


“…Saya rasa selama saya jadi relawan Tzu Chi, saya makin berkah, makin bahagia, keluarga juga makin baik…”

*****

Saya mengetahui tentang Tzu Chi dari DAAI TV. Ibu saya waktu itu sering menonton serial drama di DAAI TV, yang akhirnya saya juga ikut menonton. Nah, setelah serial drama kan ada tayangan ceramah Master Cheng Yen, setiap mendengarkan ceramah itu rasanya saya ingin menjadi muridnya. Ibu juga sering bilang, “Fu, ajak anak dan istri kamu sering menonton DAAI TV, siarannya bagus, ajarannya baik buat anak-anak.” Dari situlah saya tertarik dengan Tzu Chi.

Waktu itu Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia masih di ITC Mangga Dua. Saya berniat mendaftarkan anak saya di kelas budi pekerti Tzu Chi. Beberapa kali menelepon ke sana, tapi kelasnya penuh terus.

Dahulu, keluarga kami tinggal di kawasan Jembatan Lima, Jakarta Barat hampir 10 tahun. Suatu hari kakak saya mengajak beli tanah di wilayah Pantai Indah Kapuk (PIK) dan bangun rumah di situ. Begitu kami pindah, Aula Jing Si di PIK sudah jadi, ya saya rasa ada jalinan jodohnya juga, anak saya yang pertama baru bisa ikut kelas budi pekerti ditemani ibunya. Lalu tak lama istri saya menjadi relawan Tzu Chi. 

Suatu ketika, di PIK, relawan Tzu Chi membagikan brosur tentang pelestarian lingkungan serta tentang ajakan bervegetaris, saya waktu itu ikut, hanya bantu-bantu. Dari situ mulailah saya tergerak menjadi relawan, dan akhirnya menjadi relawan Tzu Chi, saat itu tahun 2014.

Tapi yang paling membuat saya mantap menjadi relawan Tzu Chi adalah Dharma dari Master Cheng Yen. Saya sangat suka mendengarkan wejangan Master Cheng Yen di tayangan Sanubari Teduh. Saya juga sering baca buku-buku Master Cheng Yen. Buku-bukunya pun banyak memberikan inspirasi. Bagi saya Master Cheng Yen, guru kita yang seorang Bhiksuni ini punya kebijaksanaan yang luar biasa. Punya tekad yang begitu besar.

Selama menjadi relawan Tzu Chi, banyak sekali perubahan dalam diri saya. Apalagi di Tzu Chi kita ada 10 Sila. Untuk menjalankan 10 Sila itu tentunya dibilang mudah juga tidak, susah juga tidak. Tapi saya sudah bertekad untuk menjadi murid Master Cheng Yen, ya saya harus ikuti. Saya mulanya ikut kegiatan di Misi Pelestarian Lingkungan, dan waktu itu saya ada kesempatan mengikuti training Misi Pelestarian Lingkungan di Taiwan.  Tapi kegiatan Misi Amal juga sering saya ikuti.

Saya rasa selama saya jadi relawan Tzu Chi, saya makin berkah, makin bahagia, keluarga juga makin baik. Jangan sampai saya berkegiatan di Tzu Chi, pekerjaan kita terlantar. Memang pesan dari Master Cheng Yen kan pekerjaan, keluarga kita harus diurus dulu, baru kita berkegiatan Tzu Chi.

Kegiatan Tzu Chi yang saya ikuti dan merasa terkesan ya sekarang-sekarang ini, selama pandemi Covid-19 ini. Karena situasi seperti ini kan sama sekali belum pernah terjadi. Biasanya kita sebagai relawan tidak pernah takut kalau mau ke mana-mana, mau ke daerah bencana sekalipun. Karena kita keluar rumah pakai seragam Tzu Chi kan keluar melakukan kebaikan, keluarga di rumah pastinya setuju.

Tapi saat pandemi seperti ini, namanya manusia biasa ya, batin saya tetap merasa khawatir. Karena penyakit ini kan satu orang kena, keluarga bisa kena, bisa diisolasi semua. Jadi ini pengalaman saya sebagai relawan Tzu Chi ketika berkegiatan harus ekstra hati-hati dan mengikuti anjuran pemerintah menggunakan masker serta menjaga jarak.

Seperti yang Master Cheng Yen sampaikan, asalkan dengan niat yang tulus, selalu berdoa, dan bervegetaris, itu sudah satu lapis, pelindung kita di depan. Kalau kita lihat pembagian-pembagian alat pelindung diri (APD) yang sudah Tzu Chi lakukan, sungguh membantu para tim medis dalam menangani pasien Covid-19 sesuai standar WHO (Wold Health Organization). Harapan saya tentunya semoga Covid-19 ini cepat berlalu.

Seperti yang dituturkan kepada Khusnul Khotimah

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -