Vivi Thunru: Relawan Tzu Chi Makassar
Bersyukur Menjadi Bagian dari Tzu Chi
“Menjadi relawan dan ikut kegiatan Tzu Chi itu sangat menggugah hati,”
Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi itu dikenalkan sama salah satu teman di wihara. Waktu itu di tahun 2004, mau ada pembagian beras cinta kasih dari Taiwan di Makassar. Teman saya itu bilang ‘Ini ada satu yayasan yang mau membagikan beras dan butuh relawan untuk membantu pembagiannya.’ Saya pun mau untuk membantu jadi relawan saat itu. Waktu pembagian saya merasa gembira dan senang bisa ikut terjun langsung. Dari situlah saya mulai aktif ikut kegiatan Tzu Chi.
Tak lama dari kegiatan pembagian beras itu, saya bekerja di luar Kota Makassar. Jadi intensitas berkegiatan Tzu Chi tidak terlalu sering, tetapi kalau ada info kegiatan Tzu Chi berskala besar di Makassar kadang saya sempatkan untuk ikut membantu. Sejak tahun 2005 saya resmi berseragam abu putih.
Kegiatan di awal yang sering saya ikuti yaitu misi amal. Yang saya rasakan setelah menjadi relawan dan ikut kegiatan Tzu Chi itu sangat menggugah hati. Saya lebih banyak bersyukur karena saya bisa ikut merasakan langsung penderitaan orang lain dan ikut turun langsung walaupun tidak membantu sepenuhnya. Ada pendampingan juga dari relawan komite saat berkegiatan jadi banyak bimbingan juga dari mereka hingga saya dilantik menjadi relawan Calon Komite (Cakom) pada 2010.
Dahulu sebelum menjadi relawan, saya adalah orang yang sifatnya keras. Kalau maunya saya begini, ya harus begini. Tetapi semakin kesini, karena mendengarkan Ceramah Master Cheng Yen dan sharing dari relawan di Tzu Chi Makassar, sifat itu pun perlahan terkikis.
Saat ini saya sangat bersyukur dengan mengikuti banyak kegiatan di Tzu Chi. Tetapi dalam organisasi kan tidak selamanya mulus juga perjalannya. Kadang ada juga ketidaksepahaman dalam beberapa hal. Cara mengatasinya jika ada persinggungan atau perbedaan pendapat ya diselesaikan dengan berdiskusi bersama relawan lainnya.
Di Tzu Chi Makassar kan lebih condong kegiatannya di misi amal. Saat ini saya lebih sering mendampingi mahasiswa penerima bantuan beasiswa. Saya juga dipercaya menjadi salah satu Wakil Ketua Tzu Chi Makassar bersama dengan Lamsin Indjawadi dan Leni Darmawang Shigu (bibi).
Bagi saya Master Cheng Yen itu sosok ibu bagi saya. Beliau itu sangat luar biasa. Saya pernah satu kali bertemu beliau di Hualien, Taiwan di tahun 2019. Saya nggak bisa berkata-kata saat itu, ternyata apa yang saya lihat di tayangan TV dan melihat langsung itu berbeda. Master Cheng Yen itu manusia yang kebijaksanaannya begitu besar, bisa mengumpulkan relawan dari seluruh dunia.
Beliau bisa merangkul kita dengan wejangan-wejangannya, bisa membuat kita bisa jauh lebih baik. Salah satunya adalah “Orang harus merasa yakin pada diri sendiri, namun jangan terlalu bersikukuh dengan pendapat sendiri,” Kata Perenungan Master Cheng Yen ini yang selalu saya ingat. Karena selain kita berkaca kepada diri kita sendiri, kita juga harus melihat banyak hal diluar diri kita dalam menjalani kehidupan ini.
Selain saya, mama saya juga jadi relawan Tzu Chi Makassar. Ia menjadi salah satu tim konsumsi Tzu Chi Makassar. Jadi keluarga besar pun sudah tau kalau saya jadi relawan Tzu Chi, kalau kita kumpul keluarga pun pembahasannya juga tentang Tzu Chi. Mereka juga kadang bertanya Tzu Chi lagi ada kegiatan apa? Tzu Chi lagi mau bagi apa?
Kalau keinginan saya ya akan terus menjadi relawan Tzu Chi. Rencana ke depan bersama relawan-relawan Tzu Chi Makassar kita akan terus menggalang lebih banyak lagi Bodhisatwa. Dengan begitu, regenerasi dan barisan relawan Tzu Chi di Makassar akan terus ada untuk membantu sesama yang membutuhkan.
Seperti yang dituturkan kepada: Arimami Suryo A.