Wey Alam: Wakil Ketua He Qi Tangerang
Jalan yang Membuat Saya Lebih Tercerahkan
“...Saya merasa diberi kesempatan dan diberikan jalan oleh Master Cheng Yen. Jalannya untuk saya bisa mengubah diri...”
*****
Saya mengenal Tzu Chi dari tayangan DAAI TV Indonesia tak lama setelah saya kembali dari bekerja di luar negeri. DAAI TV kan ada tulisan karakter Chinnesse, saya jadi penasaran. Dari situ saya lihat tayangannya, ada drama-drama yang menyentuh sekali, lama-lama saya suka menonton.
Suatu hari saya pergi ke Mall Summarecon Serpong dengan anak-anak saya, eh ada pameran Jing Si. Shijie-shijie lagi isyarat tangan, begitu ramai. Trus ada anak-anak juga, ada nggak ya pelajaran budi pekerti, kan di TV juga pernah ditayangkan ada Misi Pendidikan dan Kelas Budi Pekerti. Akhirnya saya langsung daftarkan anak saya di kelas budi pekerti. Di situ, saya pun ingin jadi relawan Tzu Chi.
Setelah dari situ saya dihubungi oleh Daniel Shixiong (relawan He Qi Tangerang), diberi kabar kalau akan ada kegiatan Tzu Chi di Pinangsia, pas kan rumah saya di Karawaci. Kemudian saya diajak untuk survei pasien kasus. Dan saya terkesan sekali dengan kasus tersebut.
Kisahnya, ada satu keluarga dari NTT kalau tak salah, dia mengajukan bantuan karena anaknya lahir dengan Hidrosefalus. Keluarga ini tinggal di bedeng yang dibangun di atas saluran air. Bapaknya kerja serabutan dan anaknya sangat menderita.
Sepulang itu, saya sedih sekali. Pas waktu itu anak saya yang bungsu lahir. Jadi saya kepikiran sekali. Anak itu seperti anak saya. Waktu saya lihat anak saya, bersyukur sekali saya. Bisa lihat anak saya sehat-sehat dan di keluarga yang baik.
Dari situ saya merasa apa ya yang saya bisa bantu buat orang lain. Saya mulai bersyukur atas kehidupan saya, dan saya harus pergunakan waktu supaya bisa bantu orang lain.
Setelah dari situ saya diminta untuk ikut pelatihan. Itu tahun 2013. Yang saya pikirkan kalau saya masuk Tzu Chi, saya dikelilingi orang baik. Di Tzu Chi saya lebih banyak di misi kesehatan. Biasa kami (relawan Tzu Chi Tangerang) baksos kesehatan di Pesantren Nurul Iman yang santrinya ribuan. Di situlah saya belajar bagaimana mengatur banyak orang supaya bisa tertib dan terlayani dengan baik.
Saya senang ikut kegiatan Tzu Chi. Jadi saya ambil waktu luang di kantor untuk membantu orang lain, pulangnya merasa puas. Puas dalam arti hari ini sudah meluangkan waktu untuk orang lain, minimal bisa memberikan kebahagiaan bagi orang lain.
Bagi saya Master Cheng Yen adalah sosok panutan yang sangat baik. Pemikiran beliau semua itu untuk membantu orang lain. Apa yang terjadi pada keadaan dunia saat ini beliau sangat peduli. Padahal cuma enam kata yang beliau pegang dari Gurunya (Master Yin Sun), “Demi Agama Buddha, Demi Semua Makhluk.” Sampai detik ini cuma satu. Tapi kok impact-nya bisa sebesar ini sampai kita pun merasakan.
Kata Perenungan Master Cheng Yen yang paling saya suka adalah “Ada dua hal yang tidak bisa ditunda, berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan.” Satu lagi yang juga sangat mengena adalah “marah itu adalah kegilaan sesaat. Dan marah itu adalah menghukum diri atas ketidakmampuannya.” Ini saya pegang terus dan sampai sekarang pun saya masih melatih diri.
Selama Tujuh tahun saya di Tzu Chi, saya merasa diberi kesempatan dan diberikan jalan oleh Master Cheng Yen. Jalannya untuk saya bisa mengubah diri, membuat saya lebih tercerahkan. Saya diberi kesempatan untuk mengisi waktu saya dengan peluang perbuatan baik karena banyak sekali ladang berkah di Tzu Chi.
Seperti dituturkan kepada Khusnul Khotimah