Widarsono
Salurkan Hobi untuk Kebajikan

 

Sekitar bulan April 2007, saya diajak oleh Aan Shixiong untuk mengikuti training 3 in 1 Tzu Chi. Karena training yang diberikan berhubungan dengan pekerjaan saya sehari-hari, maka saya pun memutuskan untuk bergabung, dengan asumsi untuk menambah wawasan. Itulah awal saya bergabung dengan Tzu Chi.

Setelah cukup lama mengikuti training, saya berpikir kalau belajar aja engga ada praktiknya, akan percuma. Lalu akhirnya saya mulai terjun langsung meliput kegiatan Tzu Chi, dan karena merasa tertarik saya pun menjadi aktif menjadi relawan dokumentasi dalam kegiatan Tzu Chi.

Ketika mengikuti training, saya belum menjadi relawan Tzu Chi. Karena ketika mengikuti training 3 in 1, yang saya pelajari hanyalah ilmu dokumentasinya aja. Olehkarena itu saya pun mulai mengikuti training relawan abu-abu putih. Setelah mengikuti training, saya merasakan ada sesuatu yang berbeda. Kalau di organisasi sosial lain kan biasanya ga ada training-training kaya gitu. Nah jadi saya mulai lihat tata cara versi Tzu Chi itu bagaimana. Kita harus bawa alat makan sampe cara pake seragamnya segala macem. Awalnya buat saya aneh aja, karena biasanya kalau masuk suatu organisasi atau mau sumbang, tenaga aja udah cukup kan. Ga usah pake tetek bengek istilahnya. Pake baju sehari-hari aja cukup gitu kan. 

Belajar Disiplin, Kendalikan Emosi

Sejalan dengan waktu, saya mulai merasakan manfaat bergabung dengan Tzu Chi. Secara langsung saya diajarkan untuk disiplin. Contohnya, saya yang tadinya tidak begitu perhatian sama kerapihan jadi ikut memerhatikan kerapihan. Sekarang, setelah menggunakan seragam saya mencoba untuk terus memperbaiki dan mengikuti peraturan yang ada. Kalau untuk disiplin pasti ada perubahan. Salah satunya karena saya membaca kata-kata perenungan dari Master Cheng Yen. Pastinya, kalau dibandingkan dengan saya yang belum bergabung dengan Tzu Chi pasti beda. Ya, adalah yang berubah.

Saat ini, istri saya memang belum jadi relawan Tzu Chi tapi dua anak saya sudah ikut kelas budi pekerti. Walau istri saya bukan relawan tapi dia support saya jadi relawan. Kalau soal perubahan dari sifat saya pasti ada. Terutama akhir-akhir ini. Kadang saya kan suka lepas kontrol apalagi kalau lagi ada masalah atau apa. Karena sering mendengar kata-kata Master Cheng Yen, paling ga saya sekarang sudah bisa ngerem, mengontrol diri, dan mengendalikan diri. Contohnya kemarin itu, pas saya mau marah, saya ingat kalau saya sudah berjalan lama di dalam Tzu Chi. Masa saya sama aja dengan sebelum masuk Tzu Chi. Karena cinta kasih dari Master Cheng Yen itulah saya banyak berubah. Master Cheng Yen jadi inspirasi saya.

Terapkan Kebiasaan Baik

Karena saya sekarang sudah jadi rela wan Tzu Chi, kertas yang berhubungan dengan pekerjaan saya yang tadinya dibuang begitu saja, sekarang saya dan keluarga kumpulin lalu didaur ulang. Ada beberapa juga yang saya kumpulin – setelah agak banyak saya jadiin kertas coretan dan dilem supaya rapi. Sedangkan sisa-sisa yang ga kepake baru kita daur ulang. Sekarang ini, istri saya juga rajin ngumpulin bekas botol air mineral buat didaur ulang. Anak-anak saya pun akhirnya kalau ada plastik mereka umpulkan dan daur ulang.

Pola makan keluarga saya sekarang ini sudah ½ vegetarian. Saya dan keluarga belajar buat bervegetarian karena kita tahu manfaatnya. Sekarang ini, penyakit-penyakit banyak yang datangnya dari makanan nonvegetarian. Kadang untuk penyakit tertentu malah ada pantangan buat makan makanan yang nonvegetarian. Jadi daripada pusing-pusing ya saya mencoba untuk sesekali bervegetarian.

Komitmen Relawan Dokumentasi

Ketika menjadi relawan dokumentasi Tzu Chi, ada hal-hal yang harus diperhatikan. Misalnya, jangan asal sembarangan memfoto. Foto kita lihat keindahannya, harus Zhen Shan Mei (Benar, Bajik, dan Indah–red). Seiring waktu, karena saya sering mendengar dan mengikuti training, pengetahuan saya pun menjadi mulai terasah. Kisah nyata yang saya ingat dan membuat saya terharu adalah saat meliput kunjungan kasih. Saat itu, ketika saya melihat kondisi rumah para penerima bantuan ternyata bener-bener di luar dari yang pernah saya bayangkan sebelumnya.

Sejalan dengan waktu, pemahaman saya soal Tzu Chi juga makin bertambah. Selain jadi relawan dokumentasi, saya juga pernah ikut jaga malem di satu baksos besar. Waktu itu kerasa ada bedanya, engga ada kegiatan 3 in 1 nya. Ada sih sedikit-sedikit, paling momen-momen bagus aja yang saya ambil. Yang pasti, saya fokus di kegiatan dengan bantu jaga malem. Saat itu, saya lebih memerhatikan prosedur-prosedur jaga yang diarahkan sama shixiong-shixiong senior. Rasanya pada saat itu, ya seneng aja. Saya yang biasanya ga bantu (karena jadi relawan dokumentasi) sekarang bisa bantu-bantu langsung.

Buat saya, jadi relawan dokumentasi pasti ada manfaatnya. Pertama, saja jadi bisa mengasah keterampilan. Kedua, buat yang nulis juga bisa menggali inti dari satu kegiatan lebih mendalam dari yang tadinya hanya melihat saja. Menurut saya, untuk jadi relawan dokumentasi yang dibutuhkan adalah ketersediaan waktu. Kalau soal peralatan kan bisa pinjam engga harus punya. Semoga ke depannya, relawan 3 in 1 lebih diperhatikan lagi karena potensi relawan 3in1 ini banyak.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -