Wijaya Leomanto, Relawan Pemerhati RSCK Tzu Chi
Belajar Welas Asih Dan Kebijaksanaan


Menjadi relawan pemerhati bagi saya adalah bekerja untuk menumbuhkan akar kebijaksanaan. Selain bermanfaat dan menentramkan hati orang lain, kita juga terus melatih diri.”

Jalinan jodoh saya dengan Tzu Chi adalah melewati Netty Leman Shi Jie (istri) saya sendiri. Waktu tahun 2009  ia (istri) yang lebih dulu bergabung ke Tzu Chi. Lalu saya tanya, ‘kenapa terus ke Tzu Chi? Kenapa gak bisa di rumah saja?’ Saya sering marah-marah karena istri saya sering keluar rumah jadi relawan.  Istri saya pelan-pelan membawa Kata Perenungan Master Cheng Yen ditaruh di kamar tidur dengan harapan supaya saya membacanya.

Awalnya saya tidak merespon walapun sudah sering diminta istri saya untuk membacanya dengan harapan tidak marah-marah lagi. Sampai pada awal tahun 2010, saya berpikir dan saat itu istri saya juga kebetulan mau ikut kunjungan kasih bersama relawan Tzu Chi ke panti jompo. Ada rasa ingin tahu apa yang istri lakukan bersama relawan Tzu Chi di panti werdha saya ikut bersama istri.

Disinilah jalinan jodoh baik saya dengan Tzu Chi. Ketika berada di panti jompo inilah saya bertemu  satu oma yang menarik-narik tangan saya sambil bilang ‘kamu anak saya ya?” kemudian saya jawab ‘ohh bukan’. Seketika oma ini menangis dan berpesan pada saya supaya anaknya menjenguknya, padahal saya tidak mengenal sama sekali anaknya. Saat itu juga saya tersentuh, dan berpikir ‘kok tega banget sampai orang tua gak ditengok’.

Kejadian di panti itu yang membuat keyakinan saya untuk bergabung di jalan Tzu Chi. Beberapa hari kemudian, saya mulai membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen yang ada di kamar. Pelatihan dan sosialisasi relawan juga akhirnya saya ikuti bersama istri saya dan saya juga mulai bergabung di relawan komunitas Tzu Chi He Qi Utara.

Sejak bergabung menjadi relawan Tzu Chi, saya sering ikut kegiatan baksos kesehatan, pengobatan, dan masih terus saya lakukan sampai sekarang.  Pada Januari 2015 Saya dilantik menjadi relawan komite Tzu Chi bersama istri saya. Awalnya belum yakin, tetapi setelah dipikirkan baik-baik akhirnya saya memutuskan bertekad menjadi murid Master Cheng Yen serta mau memikul tanggung jawab demi kemanusiaan.

Sebelum bergabung di Tzu Chi saya orangnya pemarah (emosi). 10 tahun di Tzu Chi, saya mendapat pembelajaran welas asih dan kebijaksanaan. Emosi yang kerap meledak-ledak mulai berkurang. Bisa dikatakan karena adanya kebijaksanaan, batin saya lebih tenang.

Semua perubahan dalam diri saya tidak lepas dari peran guru kita, Master Cheng Yen. Beliau adalah sosok guru yang welas asih dan sangat memperhatikan murid-muridnya. Dalam salah satu kata perenungannya, beliau mengatakan “Bersumbangsih Tanpa Pamrih dan Mencintai Kehidupan” di mana kata-kata ini sesuai dengan Misi-misi Tzu Chi dengan tujuan membebaskan makhluk dari penderitaan.

Di tahun 2009 RS Cinta Kasih (RSCK) mulai berkegiatan relawan pemerhati. Saya dan istri dari He Qi Utara 1 mendapat jadwal mendampingi pasien rawat inap. Mulai banyaknya kegitan Tzu Chi di hari libur saya mulai belajar membagi waktu dengan baik dengan Tzu Chi, mulai dari pekerjaan dan berkumpul dengan keluarga.

Kegiatan relawan pemerhati di He Qi Utara 1 sudah memasuki tahun ke-2, saya memetik hikmah bahwa kita jangan terlalu melekat dengan sesuatu karena melekat itu penderitaan. Contohnya adalah jika kita sakit maka jangan dibiarkan berlarut-larut, setelah mendapatkan penanganan medis pun kita harus selalu semangat jangan mengeluh. Menjadi relawan pemerhati bagi saya adalah bekerja untuk menumbuhkan akar kebijaksanaan. Selain bermanfaat dan menentramkan hati orang lain, kita juga terus melatih kebijaksanaan. Semoga untuk selamanya saya akan berada di jalan Tzu Chi, karena kita meringankan dan ikut memikul tanggung jawab Master Cheng Yen menghilangkan penderitaan di dunia ini.

Seperti yang dituturkan kepada: Arimami Suryo A.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -