Yessie Christina
Berjalan Selaras Antara Keluarga dan Tzu Chi

doc tzu chi

"Setiap ada kesempatan untuk bersumbangsih di Tzu Chi tidak akan saya sia-siakan. Saya juga selalu mengajak suami dan anak-anak. Bagi saya Tzu Chi merupakan tempat yang tepat untuk membina diri saya dan keluarga".

Pada tahun 2007, secara tidak sengaja saya menemukan siaran Da Ai TV Taiwan yang programnya saat itu Ceramah Master Cheng Yen. Saat itu saya masih tinggal di Medan, Sumatera Utara. Ceramahnya sederhana, tetapi sangat mengena. Saat itu saya merasa apa yang disampaikan beliau sangat benar dan mudah dimengerti. Saya merasa sangat cocok di hati karena pandangan saya terhadap kehidupan juga seperti itu.

Salah satu yang disampaikan Master Cheng Yen adalah tentang mengubah sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih. Saya sangat setuju dengan pernyataan itu, karena itulah saya kemudian minta izin kepada suami untuk kegiatan daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Medan setiap hari Minggu. Sejak itu saya aktif di Misi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, hingga kemudian bergabung menjadi relawan Tzu Chi.

Saat berkegiatan di Tzu Chi, anak-anak saya titipkan ke pengasuh di rumah. Namun suatu hari, saat sedang berkegiatan Tzu Chi, anak bungsu saya yang saat itu masih berusia dua tahun terkunci sendiri di dalam kamar. Pintunya baru bisa dibuka setelah digergaji. Suami saya sangat menyesalkan hal ini. “Melakukan daur ulang sampah itu hal yang baik, tapi anak-anak masih kecil, sebaiknya jangan ditinggal-tinggal dulu,” ungkapnya. Saya merasa apa yang dikatakannya ada benarnya. Saya pun memutuskan untuk berhenti dulu mengikuti kegiatan Tzu Chi.

Panggilan Hati

Tiga tahun kemudian, saya sekeluarga pindah ke Jakarta dan tinggal di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Suatu hari, saya melihat petunjuk arah bertuliskan Tzu Chi, saya pun berpikir kapan bisa bergabung kembali. Sempat menghitung dalam hati waktu untuk bisa bersumbangsih kembali di Tzu Chi. Jika harus menunggu anak dewasa setidaknya butuh waktu 12 tahun lagi karena saat ini si kecil baru berusia lima tahun. Namun tak diduga, tanah kosong di seberang rumah kemudian diresmikan menjadi Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi. Hati pun terpanggil kembali.

Jika sebelumnya sempat tidak berani meminta izin kepada suami, kini dengan tanpa beban langsung mengajak suami untuk mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan. Saya bilang, “Ayolah kita sisihkan waktu untuk kebajikan. Kita bantu daur ulang. Kita ajak anak-anak sekalian.” Saya yakinkan suami bahwa kegiatan daur ulang hanya membutuhkan waktu lebih kurang dua sampai tiga jam saja. Tanpa diduga suami pun mengiyakan. Sungguh saya sangat senang. Tanpa menunggu lama saya langsung mendaftarkan diri kembali ke Tzu Chi.

Selain kegiatan daur ulang, saya juga mulai ikut kegiatan kunjungan kasih. Seiring berjalannya waktu, suami saya terus aktif di Misi Pelestarian Lingkungan, sedangkan saya lebih aktif di Misi Amal (kunjungan kasih dan pendampingan pasien pengobatan Tzu Chi). Bahkan ketiga anak saya pun ikut masuk Tzu Chi. Saya merasa sejak awal yang terjadi seperti sudah direncanakan sebelumnya.

Saya memang suka menjadi relawan pemerhati karena bisa memberikan perhatian kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini membuat saya merasa hidup ini sangat berharga dan dipenuhi rasa syukur. Selain itu, yang terpenting adalah saya juga merasa memperoleh berkah yang sangat besar dari Tzu Chi. Kenapa? Karena saya bisa bertemu dan menjadi murid Master Cheng Yen.

Bagi saya Master Cheng Yen adalah sosok guru yang sangat bijaksana dan penuh cinta kasih. Saya sangat beruntung dan bersyukur bisa bertemu dengan beliau. Selain Master Cheng Yen yang menjadi guru dan panutan saya, para shixiong (panggilan relawan pria-red) dan shijie (panggilan relawan wanita –red) juga menjadi teladan saya dalam kehidupan sehari-hari.

Saya ingin menjadi murid Master Cheng Yen yang baik, dan saya pun harus membuat keluarga bahagia. Karena jika hubungan suami, istri, dan anak-anak tidak harmonis, mana mungkin bisa menjadi seorang relawan pemerhati yang bijaksana dalam menghadapi para penerima bantuan. Dalam hal ini saya selalu mengingat pesan Master Cheng Yen bahwa kepentingan keluarga adalah nomor satu, setelah itu baru berkegiatan Tzu Chi. Karena itu saya mencoba mengatur waktu dengan baik. Jadi ketika kita bisa membahagiakan keluarga maka kita bisa dengan tenang menjalani Tzu Chi, sehingga semua berjalan dengan seimbang.

Seperti dituturkan kepada Yuliati.

Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -