“45 Tahun Tzu Chi”

Jurnalis : Da Ai News, Fotografer : Da Ai News
 
 

foto Dalam peringatan 45 tahun Yayasan Buddha Tzu Chi, sejak subuh insan Tzu Chi telah melakukan namaskara menuju Griya Jing Si, kampung halaman batin insan Tzu Chi.

 “Mengenang hari ini 45 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 24 bulan 3 Imlek, untuk pertama kalinya diadakan Kebaktikan Bhaisajyaguru. Kini 45 tahun telah berlalu. Dengan diadakannya kebaktian ini setiap bulan termasuk pada bulan-bulan kembar penanggalan Imlek , maka jika dihitung, kebaktian Bhaisajyaguru ini telah kita adakan sebanyak 552 kali,” kata Master Cheng Yen pagi ini.

Hari ini tanggal 26 April 2011, Tzu Chi genap berusia 45 tahun. Pada Pertemuan Pagi Relawan, Master Cheng Yen mengingatkan agar semua orang melewati setiap detik dari 86.400 detik yang ada setiap harinya dengan penuh kesungguhan hati, memanfaatkan setiap waktu yang ada dengan selalu mengingat ketidakkekalan. “Kehidupan manusia terus berlanjut di dunia ini, berlangsung dalam interaksi antarmanusia. Namun kehidupan ini hanyalah sebatas tarikan napas, kapan napas ini akan berhenti, tiada yang tahu. Karena itu, saya sering berkata bahwa tiada yang tahu panjang-pendeknya kehidupan, tetapi kita sudah sangat beruntung karena telah terlahir sebagai manusia dan dapat bertemu ajaran Buddha sekaligus berjalan di Jalan Bodhisatwa,” kata Master.

Sulit untuk terlahir sebagai manusia, lebih sulit lagi untuk bertemu ajaran Buddha. Insan Tzu Chi dapat bersama-sama berjalan di Jalan Bodhisatwa berkat adanya jalinan jodoh, dalam semangat welas asih dan tak tega melihat semua makhluk menderita. Kekuatan welas asih ini telah membawa Tzu Chi melalui perjalanan panjang selama 45 tahun dan mengendap menjadi tekad besar untuk senantiasa giat melatih diri.

Pagi ini, saat fajar belum menyingsing, barisan panjang insan Tzu Chi telah mulai melakukan ritual namaskara (bersujud hormat setiap 1 langkah –red) menuju Griya Jing Si. Griya Jing Si adalah kampung halaman batin insan Tzu Chi. Meski luasnya hanya sekitar 125 meter persegi, ia adalah tempat bagi Master Cheng Yen melatih diri sejak awal. Di tempat ini –tepatnya setelah pondok kayu kecil dan Vihara Pu Ming– Master membabarkan Dharma, membantu orang yang kurang mampu, serta berbuat kebajikan. “Tahun 1969, Griya Jing Si mulai digunakan. Tidur, bekerja, maupun rapat, semuanya dilakukan di ruangan ini. Griya Jing Si yang begitu kecil ini, yang hanya seluas 125 meter persegi, mengemban begitu banyak fungsi yang besar sejak masa celengan bambu hingga sekarang,” Master mengenang.

Selama 45 tahun ini, setiap hari Master sungguh-sungguh memanfaatkan setiap detik yang ada. Beliau juga berharap para muridnya dapat melatih ke dalam diri dan melakukan praktik ke luar, senantiasa bersemangat tanpa henti. Master mengingatkan, “Insan Tzu Chi membina ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan di dalam diri, melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan. Setiap orang harus menaati sepuluh sila, hati harus tenang dan teguh.”

Membabarkan Dharma Tanpa Rintangan, Mendalami Sutra Buddha, Menghormati Tiga Permata, Menghilangkan Noda Batin.
Mulai dari Griya Jing Si di Hualien, Taiwan, Tzu Chi berkembang hingga memiliki cabang di 53 negara. Insan Tzu Chi telah tersebar di 5 benua besar di dunia dan memberikan bantuan di lebih dari 70 negara. Pagi ini, kegiatan Persamuhan Dharma Sutra Bhaisajyaguru berlangsung serentak di 19 negara, 128 wilayah melalui konferensi video. “Melihat jumlah angka yang begitu banyak, saya merasa sangat terharu. Teknologi saat ini sudah sangat maju, insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat menerima sinyal dan mengadakan Persamuhan Dharma Sutra Bhaisajyaguru dalam waktu yang. Setiap insan Tzu Chi dapat berbagi kebahagiaan dalam Dharma secara bersamaan, saya sungguh terharu!” kata Master dalam ceramahnya.

Dengan mendalami dan menjalankan makna sutra Buddha, Master Cheng Yen berharap insan Tzu Chi dapat menjalankan 3 mustika, yaitu mendengarkan ajaran Buddha, membersihkan kerisauan dalam hati dan menjiwai makna yang terkandung dalam ajaran Buddha. Dan setelah itu bertobat untuk melenyapkan kegelapan batin. Master Cheng Yen berharap, “Semoga di setiap tempat di Taiwan ini terdapat sebuah wadah yang menggalakkan makna pertobatan, dan diharapkan setiap orang dapat berdoa dengan hati yang tulus. Kita semua juga harus berdoa dengan hati yang tulus, semoga dunia ini terbebas dari bencana, unsur alam dapat selaras, setiap negara damai dan sejahtera. Asalkan 4 unsur alam selaras, maka akan dapat menghindarkan bencana di muka bumi ini, masyarakat hidup damai dan sejahtera dan hubungan sesama  manusia pun akan  menjadi lebih harmonis.”

Menempa Hati dalam Ketidakkekalan, Mengikis Tiga Jenis Karma dan Memegang Teguh Keyakinan yang Benar
Bencana alam, kecelakaan, maupun ketidakkekalan, semuanya tengah menguji, apakah dalam hati manusia  kebencian dapat berkurang dan kepedulian semakin bertambah? Master berkata, dalam menghadapi ketidakkekalan, usaha untuk mencegah bencana yang belum terjadi adalah sikap bijaksana.

Master mengatakan, “Buddha berharap kita memiliki hati yang selaras dan bersahaja. Karena itu, dalam syair Dharma Bagaikan Air tertulis ‘Noda batin, karma, dan buah karma membuat semua makhluk terus berputar-putar dalam lingkaran kelahiran kembali. Ketiganya merintangi Jalan Mulia dan menghalangi kelahiran di alam manusia ataupun dewa.’ Terdapat tiga rintangan, yakni noda batin, karma, dan buah karma. Rintangan noda batin terdiri atas ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Ini dapat menghalangi kita dalam praktik ajaran Buddha. Jika ada ketamakan di dalam hati, kita tak akan dapat bersumbangsih tanpa pamrih.”

Kemudian Master Cheng Yen melanjutkan, “Jika dalam bersumbangsih kita mengharapkan pahala, maka ini bukanlah sumbangsih yang tertinggi. Memiliki keyakinan benar berarti harus mengikis ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Kita harus senantiasa berusaha memahami kebenaran, agar dapat bebas dari segala rintangan. Jika kita masih memilki ketamakan, kebencian, dan kebodohan, noda batin ini akan menghalangi kita untuk berjalan dalam ajaran Buddha.”

Berjalan di Jalan Kebenaran dan Senantiasa Bersyukur
Di samping noda batin, karma dan buah karma juga menjadi rintangan dalam melatih diri. Jika manusia melanggar lima sila, melakukan sepuluh kejahatan, dan tidak berbakti kepada orang tua, maka sulit untuk menjalin jodoh baik, sehingga terjatuh ke alam neraka, alam setan kelaparan, atau alam binatang. Akibat kekuatan karma buruk ini, mereka sulit untuk bertemu ajaran Buddha dan berjalan di jalan yang benar. Hanya makhluk yang terlahir di alam manusia yang dapat menyelami Dharma dan melakukan kebajikan. Oleh karena itu, kita yang telah terlahir sebagai manusia dan bertemu ajaran Buddha harus semakin erat menggenggam jalinan jodoh yang baik ini.

Master Cheng Yen berkata, “Di antara banyak makhluk, berapa banyak yang dapat tersadarkan? Setiap hari kita dapat melihat di dunia ini, orang-orang saling berselisih. Contohnya Thailand dan Kamboja yang telah bertikai selama beberapa puluh tahun, dan akhir-akhir ini kontak senjata pun terjadi. Tidak sedikit tentara di garis depan yang menjadi korban, warga yang mengungsi dari perbatasan pun banyak. Semua ini semata-mata karena memperebutkan sebuah situs kuno di perbatasan. Karena PBB memutuskan untuk memasukkan situs tersebut sebagai warisan budaya dunia, maka kedua belah pihak mengklaim bahwa situs tersebut adalah milik mereka, dan akibatnya, banyak korban jiwa yang jatuh.”

Bencana semakin sering terjadi di dunia. Jika pikiran manusia tidak terkendali, maka masyarakat sulit untuk tenteram. Master berkata, “Selama 45 tahun ini, dalam 86.400 detik setiap harinya, saya senantiasa bersyukur. Kita semua hendaknya menggenggam waktu yang ada saat ini, melakukan yang harus dilakukan, dan mengembangkan Empat Misi Tzu Chi. Terima kasih kepada semua insan Tzu Chi!” 

  
 
 

Artikel Terkait

Merasakan Kebhinnekaan di Perayaan Waisak Tzu Chi Biak

Merasakan Kebhinnekaan di Perayaan Waisak Tzu Chi Biak

22 Mei 2017

Matahari bersinar dengan cerah setelah sebelumnya diguyur hujan lebat sehingga Tzu Chi Biak dapat melaksanakan Waisak Bersama. Relawan Komite, Biru Putih, Abu Putih, Relawan Cilik, Paskhas, Siswa Sekolah, Pramuka dan Taekwondo mengikuti Upacara Pemandian Rupang Buddha dengan khusyuk.

Persamuhan Dharma dan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 di Pekanbaru

Persamuhan Dharma dan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 di Pekanbaru

30 Desember 2022

Relawan Tzu Chi Pekanbaru mengikuti pemberkahan akhir tahun 2022 sesi relawan pada minggu, 11 Desember 2022. 

Suara kasih : Tiga Hari Besar Tzu Chi

Suara kasih : Tiga Hari Besar Tzu Chi

19 Mei 2012 Pada tanggal 13 Mei, kita memperingati Tiga Hari Besar. Setiap orang harus menunjukkan ketulusan. Ketulusan ini bukan hanya ditunjukkan pada saat ini saja, melainkan harus bertahan selamanya.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -