“Aku Ingin Sembuh”

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)

fotoRyan, santri dari Pondok Pesantren Nurul Iman merupakan satu dari 19 pasien anak yang terdaftar dalam Baksos Kesehatan (mayor) Tzu Chi pada Minggu, 1 Agustus 2010.

Bersumbangsih tanpa pamrih justru akan membangkitkan rasa terima kasih dalam diri orang yang dibantu. Inilah yang disebut menjalin jodoh baik. (Master Cheng Yen)

Master Cheng Yen selalu menekankan bahwa ada 2 perbuatan yang tidak boleh ditunda, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. Misi yang berjalan pada hari Sabtu 30 Juli 2010 lalu, yaitu misi kesehatan dengan Bedah Mayor yang dilaksanakan bersama dengan Tim Tzu Chi International Medical Association (TIMA).

Di akhir bulan Juli 2010, pada hari Sabtu tanggal 30 juli 2010, He Qi Utara yang dipimpin oleh Indrawati, menyelenggarakan baksos bedah mayor hernia. Bertempat di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, 55 pasien  dari daerah Jakarta dan sekitarnya datang berkumpul dan dibantu oleh lebih dari 50 orang relawan He Qi Utara. Baksos dimulai sejak pukul 8 pagi, namun raut muka gelisah dan tak menentu sudah banyak terlihat di wajah para pasien yang telah menunggu sejak pukul 6 pagi di koridor RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. 

Hernia, atau yang lebih dikenal dengan istilah “turun berok” adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya lapisan otot dinding perut. Penderita hernia memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri jika terjadi infeksi di dalamnya, misalnya jika anak-anak yang mengidap penyakit itu terlalu aktif bergerak. Hernia yang terjadi pada anak-anak lebih disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar. Penyakit hernia banyak diderita oleh orang yang tinggal di daerah perkotaan yang penuh dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan stamina yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan, maka penyakit hernia akan segera menghinggapinya.

Sebelum baksos hernia dilakukan, para relawan telah melakukan screening pasien hernia ke berbagai penjuru kota Jakarta dan daerah sekitarnya. “Biasanya kami mengadakan baksos bedah mayor ini 2 kali dalam satu tahun. Baksos ini bertujuan untuk menjaring para pasien kurang mampu yang benar-benar membutuhkan bantuan operasi hernia,” ujar Nony Intan, salah satu relawan yang aktif di misi kesehatan. Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman adalah sebuah lembaga pendidikan gratis di bawah asuhan Habib Saggaf. Yayasan Buddha Tzu Chi datang dan kemudian dapat menjaring 4 orang yang ternyata menderita penyakit hernia sudah sejak lama. 

foto  foto

Ket : - Ryan (paling kanan) menunggu suster memasangkan infus di lengannya yang mungil. “Aku ingin               sembuh,” ujarnya. (kiri)
          - “Sakit, Bu. Tapi aku mau sembuh,” ujar Ryan dalam rintih dan sejentik air mata mengalir dipipinya.               (kanan)

Perjuangan untuk Sembuh
Ryan namanya, bocah 12 tahun ini sudah tidak memiliki ayah dan dititipkan di Pesantren Nurul Iman sejak 1 bulan lalu. Hidup yang sulit sepeninggal ayahnya beberapa tahun silam membuat sang ibu harus membanting tulang sendirian di daerah Kampung Melayu, Jakarta Timur. Ryan hidup sederhana dan terjamin di Pesantren Nurul Iman. Bersama dengan 3 kakak seperguruannya yang juga menderita penyakit hernia, rombongan Pesantren Nurul Iman yang berjumlah 10 orang kemudian berangkat sejak Subuh menuju RSKB Cinta Kasih.

Dengan nomor urut 26, Ryan dengan sabar menunggu namanya dipanggil. Berbekal KTP jaminan salah satu kakak perguruannya, Ryan telah dapat duduk di ruang infus. Bersama dengan 3 bocah seusianya, mereka tetap dapat bersenda gurau, namun ketika suster datang menghampiri dengan 2 jenis jarum, tangis dan derai air mata pun mulai terdengar, walaupun belum satu pun jarum yang ditusukkan. Namun dengan tenangnya, Ryan tak mengeluh ataupun menangis. Yang diharapkan hanya satu, Ryan ingin sembuh.

Memasuki ruang operasi yang dingin dan hijau, Ryan tak menunjukkan ketakutannya seperti anak lainnya. Ryan dengan tenang berbaring di meja operasi dan menanti dokter antestesi untuk membuatnya terlelap beberapa saat. Dengan luwes, tim dokter bedah dari TIMA memulai proses panjang pembukaan dan pembenaran. “Wah, untung belum terlalu parah,” ujar salah seorang dokter bedah yang mengoperasi Ryan. Proses operasi yang berjalan selama 1 jam membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Ryan kemudian sadar beberapa waktu kemudian.

Memasuki tahap pasca operasi, Ryan dibawa ke  sebuah ruangan yang penuh dengan 55 tempat tidur yang akan digunakan untuk para pasien pasca operasi lainnya seperti Ryan. Ruangan itu bernama ruang pemulihan, ruangan di mana para keluarga datang berkumpul dan memberi dorongan agar kerabatnya yang dioperasi terus tabah dan sabar menahan sakit pasca operasi. Ibu Ryan yang bekerja di daerah Kampung Melayu sangat kaget dengan berita bahwa sang buah hati akan menjalani operasi Hernia hari itu. Dengan berbekal seadanya, Ibu Ryan kemudian berangkat langsung menuju RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. “Saya mah nggak tau kalau Ryan tuh ada sakit Hernia. Habisnya dia nggak pernah ngeluh. Dia biasa kuat sendiri,” ujar Ibu Ryan. Dengan kasih sayang seorang ibu, beliau rela jauh-jauh datang tanpa mempedulikan pekerjaan yang ditinggalkannya. “Sakit, Bu.., tapi aku mau sembuh,” ujar Ryan dalam rintih dan sejentik air mata mengalir di pipinya. 


Artikel Terkait

Internasional: Sebuah Pesan Terakhir

Internasional: Sebuah Pesan Terakhir

05 Mei 2010
Teman baik Nona Wang, Tuan Xiao mengatakan, “Pada saat diri Wang dalam kondisi yang lemah, perasaannya pasti akan tidak nyaman. Tapi dengan adanya perhatian dari relawan Tzu Chi, perasaannya kembali menjadi baik.”
Kisah Pasien Tjie Tek Wai : Energi Positif Pelatihan Diri

Kisah Pasien Tjie Tek Wai : Energi Positif Pelatihan Diri

28 Juli 2016
Pada tahun 2013, Tjie Tek Wai mengalami kecelakaan yang mengakibatkan anak sulungnya yang bernama Willy meninggal dunia. Ia sangat tepukul dan merasa bersalah akibat dari kejadian tersebut. Kecelakaan tersebut juga mengakibatkan kaki kirinya harus mengalami kelumpuhan akibat banyak sistem sarafnya hancur.
Percaya Diri Sebagai Kunci Keberhasilan

Percaya Diri Sebagai Kunci Keberhasilan

17 Oktober 2017

Pada Minggu, 15 Oktober 2017 diadakan kegiatan rutin kelas budi pekerti (xiao tai yang) di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Pada kesempatan ini, kelas budi pekerti mempelajari tema tentang kepercayaan diri.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -