“Ayo Donor Darah”

Jurnalis : Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoSabtu, 4 September 2010 lalu, bertempat di Jing Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara, Tzu Chi mengadakan kegiatan donor darah. Kegiatan ini berhasil mengumpulkan 84 kantong darah.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain. (Master Cheng Yen)

“Kami benar-benar sedang membutuhkan darah, karena persediaan memang habis di pusat. Banyak orang sakit yang membutuhkan. Untung saja Tzu Chi ada kegiatan donor darah. Kami benar-benar terbantu,” ujar Suster Citra, seorang suster yang bertugas mengambil darah dari para pendonor.

Sabtu, 4 September 2010 lalu, bertempat di Jing Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara, Tzu Chi mengadakan kegiatan donor darah. Karim Baharuddin, relawan He Qi Utara yang menjadi koordinator kegiatan ini mengatakan bahwa kegiatan ini rutin diadakan setiap 3 bulan sekali. Tujuannya adalah agar PMI dapat terus menyediakan persediaan darah bagi pasien yang membutuhkan.

Dari luar, tampak kesibukan para relawan yang sudah hadir sejak pukul 07.30 WIB. Mereka dengan bersemangat mengatur meja dan kursi agar tertata rapi dan nyaman dilihat oleh para pendonor yang mayoritas merupakan warga di sekitar Pluit dan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara. Dengan bergeraknya para relawan komunitas yang memberi informasi adanya kegiatan ini, warga yang kemudian mendonorkan darahnya berjumlah 109 orang. Namun, tidak semuanya berjodoh untuk menciptakan berkah bagi diri mereka dan memberi berkah bagi orang lain. Banyak keluhan dari darah tinggi ataupun darah rendah yang menjadikan 25 calon pendonor gagal mendonorkan darahnya. “Banyak makan sayur ya, Pak.” “Kurangi konsumsi daging, terutama daging yang diolah dengan banyak minyak, Bu.” “Harus imbangi porsi makan yang cukup dengan zat yang diperlukan, terutama ketika kecapaian, Pak.” Itulah beberaoa nasihan dan saran yang diberikan oleh para dokter.

foto  foto

Ket : - Meiliza, relawan Tzu Chi mendonorkan darahnya agar dapat menjadi berkah baginya dan bagi orang               yang membutuhkan. (kiri)
        - Donor darah di bulan puasa sangat dibutuhkan, mengingat pada bulan tersebut stok darah di PMI pun            biasanya menipis. (kanan)

Untuk mencapai tekanan darah  yang normal, seyogyanya para pendonor harus berumur 17-60 tahun, berat badan minimal 45 kg, tekanan darah baik, yaitu sistole 110 – 160 mmHg, diastole 70 – 100 mmHg, denyut nadi teratur sekitar 50–100 kali/menit, hemoglobin perempuan minimal 12 gram, sedangkan untuk pria minimal 12,5 gram dan jumlah donor per tahun paling banyak lima kali dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan.

Donor di Bulan Puasa
Bulan puasa merupakan bulan penuh berkah bagi umat Muslim. Yuni, salah seorang pendonor, senantiasa turut mendonorkan darahnya. “Saya selalu ikut donor darah di sini. Ini sudah yang keempat kalinya,” ujarnya dengan wajah gembira. Banyak orang khawatir dengan pertimbangan yang tidak disetujui oleh dokter, terlebih kepada pendonor yang berpuasa. Namun Yuni tidak khawatir dengan donor darah yang dilakukannya. “Saya malah senang bahwa saya tuh sehat dan bisa sumbangin darah saya walaupun saya lagi puasa, karena ternyata banyak juga orang lain yang tidak berpuasa, tapi tidak bisa menyumbang.”

foto  foto

Ket : -Kantong-kantong darah dari 84 pendonor telah berhasil dikumpulkan. Diharapkan ini dapat membantu            PMI menyelamatkan pasien yang membutuhkan darah. (kiri).
         - Kegiatan donor darah di Jing Si Books and Cafe Pluit, Jakarta Utara ini rutin diadakan setiap 3 bulan             sekali dengan bekerja sama dengan pihak PMI. (kanan)

Teknologi masa kini dapat menembus ruang dan waktu. Hal ini sungguh memukau relawan dalam penyebaran informasi donor darah. Mulai dengan e-mail yang dikirimkan ke mailing list sampai facebook. “Kami tahu ada donor darah dari facebook. Kami senang bahwa darah kami dapat berguna di PMI. Kami harap walaupun tidak seberapa, darah kami dapat membantu orang yang membutuhkan,” ujar Joe Spartan dan Vincent Tjoa. Selain mereka, tampak pula Sun Dessy dan Andy Wang yang merupakan para anggota muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching). Banyak relawan yang kagum dengan keberadaan Tzu Ching hari itu, karena ternyata di usia yang relatif masih muda mereka sangat peduli dengan orang lain.

Kepedulian terhadap sesama tidak memandang batasan umur, begitu pula dengan sumbangsih di dalam misi kesehatan Tzu Chi. Banyak harapan positif yang indah terdengar dan segera direalisasikan oleh PMI bahwa sekiranya berkah donor darah dapat dinikmati semua orang, baik yang memberi maupun yang diberi. Cinta kasih para pendonor tidak akan berkurang karena dibagikan, sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan oleh PMI kepada orang lain. Ayo, mari kita tebarkan cinta kasih pada sesama sehingga dunia dapat terhindar dari bencana.

  
 
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Mengasihi Sesama, Memberi yang Terbaik

Banjir Jakarta: Mengasihi Sesama, Memberi yang Terbaik

25 Januari 2013 Tetapi banjir besar yang melanda sebagian ibu kota Jakarta dan membuat kehidupan banyak orang menjadi sulit, membuat kita khawatir. Kita yang terbebas dari banjir harus lebih membangkitkan rasa syukur serta membangkitkan hati penuh sukacita.
Mencari Sinergisitas Bersama Tzu Chi

Mencari Sinergisitas Bersama Tzu Chi

30 Januari 2017

Apa yang dilakukan Tzu Chi dalam Misi Pelestarian Lingkungan dirasa sejalan dengan program yang dilakukan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) dalam mengembangkan usaha kecil bagi masyarakat. Karena itu KADIN DKI Jakarta berkunjung untuk mengenal lebih dalam tentang Tzu Chi.

Bedah Buku: Memberi Makna pada Kehidupan

Bedah Buku: Memberi Makna pada Kehidupan

19 Oktober 2012 Dalam kesempatan bedah buku kali ini, pada tanggal 3 Oktober 2012, Tzu Chi Bandung menghadirkan Leo Samuel Salim Shixiong, relawan Tzu Chi Medan yang melakukan sharing sekaligus bertindak sebagai pembicara dari pembahasan tema “Kehidupan Bak Berlian”, yang diambil dari buku Lingkaran Keindahan.
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -