"Ayoo…, Menjadi Pahlawan"

Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : M. Galvan dan Rangga Setiadi (Tzu Chi Bandung)
 
 

foto
Tim medis dari PMI melakukan test darah kepada calon pendonor untuk mengetahui golongan darah serta mengetahui layak apa tidaknya untuk dilakukan pengambilan darah.

Menjadi seorang pahlawan tak harus menjadi seperti tokoh-tokoh komik yang diangkat ke layar lebar selalu awas juga siaga terhadap bahaya datang dan mengancam jiwa manusia. Menjadi pahlawan pun tak harus menunjukkan aksi heroik yang dapat memukau para khalayak banyak. Tapi untuk menjadi seorang pahlawan cukup dengan hati yang tulus dan peduli terhadap sesama, seperti yang diselenggarakan oleh segelintir jiwa muda yang peduli akan nasib antar sesama.

Para mahasiswa Universitas Padjajaran bersama Palang Merah Indonesia (PMI) yang bekerjasama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung, mengadakan acara “Semarak Donor Darah 2” dengan tema “Cukup Dengan Donor Darah Untuk Menjadi Pahlawan Hidupku.”

Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 6 sampai dengan 8 Mei 2013, dengan tiga lokasi yang berbeda, yaitu; Senin 6 Mei 2013 berlokasi di UNPAS Jl. Lengkong, Selasa 7 Mei 2013 berlokasi di UNPAS Jl. Taman Sari, dan Rabu 8 Mei 2013 bertempat di UNPAS Jl. Setiabudhi. Selama tiga hari berturut-turut telah berhasil mendapatkan 480 donor. Selain itu, acara donor ini melibatkan 20 relawan Tzu Chi Bandung yang selalu memberi motivasi dan dorongan untuk melakukan donor darah.

Donor darah ini difokuskan pada para mahasiawa agar mereka sadar akan pentingnya tetesan darah yang disumbangkan bagi orang-orang yang sangat membutuhkannya. Cukup dengan berdonor darah merupakan bagian dari seorang pahlawan untuk membantu dan menolong antar sesama. Disamping itu, kegiatan donor darah ini bertujuan untuk membantu PMI sebagai lembaga penyedia darah di Indonesia khususnya PMI kota Bandung. Hal tersebut diungkapkan oleh ketua pelaksana donor darah, yaitu itu Resha Arliana (21). "Tujuannya selain untuk membantu PMI kota Bandung juga untuk membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan darah. Selain itu dalam waktu dekat ini kan akan memperingati hari Talasemia, jadi kita pun turut andil dalam membantu anak-anak Talasemia yang mempunyai kelainan pada darah. Mudah-mudahan dengan adanya kegitan ini bisa membantu meringankan penderitaan mereka,” ungkap Resha.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi Bandung membantu mahasiswa dengan memberikan teh manis dan pijatan, yang jatuh lemas setelah melakukan donor darah (kiri).
  • Para relawan Tzu Chi memberikan bingkisan berupa mie instan, telur, roti dan air mineral kepada setiap pendonor darah yang telah usai melakukan donor (kanan).

Sering kali ketika mendengar donor darah kebanyakan orang takut untuk melakukan donor, selintas yang ada dipikiran mereka adalah takut akan jarum suntik ketika menembus kulit dan urat untuk diambil darahnya. Resha menambahkan, bahwa selagi masih muda dan masih diberi kesehatan alangkah baiknya melakukan perbuatan yang mulia, dan bersedekah tak harus berupa materi ataupun memberikan barang mewah. Cukup dengan mendonorkan darah hal tersebut sangat berarti bagi mereka yang membutuhkannya. Manfaat dari donor darah itu sendiri banyak manfaatnya selain meregenerasi darah “kotor” dan memulihkan kondisi tubuh menjadi lebih baik lagi, donor juga dapat membakar kalori berlebihan yang terdapat dalam tubuh kita.

Seperti yang dirasakan oleh Gede Vidiana (20), mahasiswa UNPAS, Informatika. Ia sudah empat kali melakukan donor darah baginya selain untuk menolong orang, hal ini dapat menjaga kondisi tubuh tetap bugar. Karena beberapa hari setelah melakukan donor darah Ia merasakan kondisi tubuhnya ringan untuk beraktifitas, dan ketika sel darah telah mencapai sempurna dalam tubuhnya dalam kurun waktu tiga bulan Ia merasakan hal yang luar biasa, menjalani harinya dengan penuh semangat tak mudah loyo, selalu fit dan tak mudah sakit. "Menurut saya donor darah ini penting soalnya meningkatkan kesehatan kita selain itu juga, kita tuh bisa membantu orang lain yang membutuhkan darah tanpa harus mengeluarkan biaya. Saya harapkan acara seperti ini bisa terlaksana di kampus-kampus lain. Dan jangan takut terhadap jarum suntik, sakitnya hanya beberapa detik dan manfaat setelah donor darah dapat dirasakan dengan waktu yang cuku lama, kita selalu fit dan tak mudah sakit," kata Gede.

Saya Bisa dan Saya Berani
Kegiatan donor ini memang difokuskan bagi para mahasiswa, namun kegiatan ini pun terbuka untuk umum. Siapa saja bisa berpartisipasi dalam mendonorkan darahya dan menolong antar sesama. Peran relawan Tzu Chi tak hanya sebatas bersosialisasi Tzu Chi dan berinteraksi langsung dengan para pendonor darah, namun beberap relawan Tzu Chi turut andil dalam menjadi pahlawan untuk menyumbangkan tetesan darahnya bagi mereka yang benar-benar membutuhkan.

foto  foto

Keterangan :

  • Relawan Tzu Chi yaitu Pepeng, mendampingi salah satu mahasiswa yang melakukan donor darah (kiri).
  • Relawan Tzu Chi yaitu Linda Huang, mendonasikan darahnya. Bagi Linda ini merupakan pertama kalinya sebagai pendonor darah (kanan).

Linda Huang merupakan relawan Tzu Chi sejak tahun 2009, dimulai dari relawan muda Tzu Chi (Tzu Ching) mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi relawan biru putih, dan pada tahun 2011 Ia pun dilantik menjadi relawan biru putih Tzu Chi. Bersama Tzu Chi banyak sekali ilmu dan pengalaman yang Ia dapatkan, menjadi pribadi yang rendah hati, dan tidak sombong adalah berkah yang Ia dapatkan. Pada kesempatan kali ini dalam kegiatan baksos donor darah, Ia memberanikan diri untuk menjadi pendonor darah. Dengan langkah yang pasti dan semangat Tzu Chi Ia kalahkan rasa takut yang menghinggapi dirinya. “Sebetulnya dulu pernah mau melakukan donor darah, tapi ketika itu darah rendah tidak diperbolehkan, dan alasan lain yang membuat saya selalu beralasan untuk tidak donor darah, adalah karna takut dengan jarum suntik yang menyakitkan,” katanya.

Menurut Linda ini merupakan pertama kalinya melakukan donor darah. "Jujur ini baru pertama kali saya melakukan donor darah dan saya sungguh takut dengan yang namanya jarum suntik. Cuma seseorang memotivasi saya untuk melakukan donor, maka saya jadi makin bersemangat untuk melakukan dan tanpa bantahan saya melakukan donasi darah saya. Semoga darah yang aku sumbangkan hari ini, bermanfaat bagi seseorang yang jauh membutuhkan di luar sana. Semoga dengan mendonasikan darah ini, dapat memberi manfaat kesehatan bagi diriku sendiri, dan orang lain. Semoga semua orang yang melakukan kebajikan ini dapat hidup berbahagia,” tambah Linda.

Lain halnya dengan Pepeng relawan komite Tzu Chi ini, hampir tak pernah absen untuk berinteraksi langsung dan memberi semangat kepada para pendonor darah, sesekali ia pun membantu mahasiswa yang jatuh lemas setelah melakukan donor darah. Mungkin ini disebabkan oleh kondisi yang kurang fit dan baru pertamakalinya menjadi “pahlawan”. "Bagi saya ini suatu perbutan yang sangat mulia dengan setetes darah itu kita bisa menolong nyawa-nyawa manusia karena mereka sangat membutuhkannya. Saya pun sangat terharu karena begitu banyak orang yang mau mendonorkan darahnya. Saya menghimbau kepada semua kalau bisa semua orang bisa bersumbangsih dengan cara berdonor doroh, karena setetes darah itu sangat berarti untuk menolong nyawa manusia. Mudah-mudahan kegiatan ini lebih sering diadakan dan disosialisasikan lebih luas jangan takut akan jarum suntik, tapi berpikirlah bahwa di luar sana masih banyak yang membutuhkan tetesan darah kita untuk menolong antar sesama," ujar Pepeng.
  
 

Artikel Terkait

Jing Si Talk: Bakti Kepada Guru

Jing Si Talk: Bakti Kepada Guru

30 Maret 2011 Minggu, 13 Maret 2011, untuk kedua kalinya Jing Si Talk diadakan di Jing Si Books and Café Pluit, Jakarta Utara. Jing Si Talk diadakan setiap bulan sekali, dimana kali ini pembicara yang diundang adalah Yabin Yap dari Daai TV. “Bakti Kepada Guru” adalah tema sharing yang dibawakan oleh Yabin kepada 35 orang relawan Tzu Chi.
Harapan Baru Dunia Pendidikan

Harapan Baru Dunia Pendidikan

20 Juli 2011
Berbeda dengan murid di kelas Primary (setara Sekolah Dasar) yang tidak perlu ditemani oleh orang tua, kelas Nursery (play group) dan kelas Kindergarten (TK) masih terlihat banyak para orang tua murid yang memantau dan menunggui anak-anaknya di depan kelas.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -