"Bener-Bener dari Hati"
Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto"Kita satu keluarga, saling syukur, saling percaya" itulah lagu yang dinyanyikan dan juga bahasa isyarat tangan yang dipertunjukkan oleh relawan Tzu Chi bersama dengan relawan dari Rumah Sakit Omni International Alam Sutra dalam Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-64 |
| ||
Katarak itu Datang “Tapi ya itu, sampe saat ini (usai operasi) tengkuk ini pegel ya. Apa karena saya ada hipertensi ya,” jawabnya ketika saya tanya bagaimana rasanya setelah kataraknya dioperasi. ”Sakit ga?” tanya saya lagi. ”Engga, ya agak perih aja,” jawabnya tenang. Dia pun lantas menceritakan riwayat penyakit katarak yang dialaminya. Sumarno mulai merasakan mata kanannya tidak enak di tahun 1999. Ketika itu, dia sudah bekerja sebagai seorang hansip setelah sebelumnya bekerja di sebuah pabrik percetakan. Rasa tidak enak di matanya itu terus terasa hingga tahun 2002. Ketidakenakan itu pun makin menjadi-jadi saat dia sakit keras di tahun 2006. ”Kepala ini rasanya dua gitu loh. Saking pusingnya. Lalu mungkin putus ya (syarafnya),” katanya. Di tahun 2005, mata kirinya pun kembali terasa tidak enak, tetapi masih dapat melihat. Saat tahun 2006, begitu mata kanannya sudah tidak bisa melihat sama sekali, barulah mata kirinya mulai terasa makin tidak enak. Saat mata sebelah kanannya terkena katarak, dia sudah sempat berobat ke puskesmas. Di sana, dia sempat ditawari untuk menjalani operasi, namun karena biaya yang tak terjangkau dan dia pun tak lagi bekerja, tawaran itu ditolaknya. Di tahun 2009 lalu, Sumarno sebenarnya sudah hendak dioperasi pada saat baksos kesehatan Tzu Chi di RSKB Cinta Kasih Tzu Chi. Sayang, operasi itu gagal karena penyakit darah tinggi yang diidapnya. Maka, agar operasinya di baksos kesehatan kali ini sukses, oleh tim medis Tzu Chi, dia pun diberikan obat penurun tekanan darah tinggi beberapa waktu lamanya. Alhasil, berkat upaya dan kerja keras Sumarno mengobati hipertensinya, operasi pun dapat berjalan dengan baik. Meski, pada saat hendak dioperasi Sumarno awalnya juga merasa takut. ”Takut tapi sedikitlah,” katanya.
Ket : - Penuh kehati-hatian dan perhatian, kedua relawan Tzu Chi ini bekerja sama memotong bulu mata kanan Murtini yang hendak dioperasi. (kiri) Kembali Bertanggung Jawab Maka tak heran jika dia pun sangat berharap operasi katarak yang baru saja dijalaninya sukses dan berhasil baik. ”Harapannya bisa lihat normal lagi. Ya harapannya kira-kira gitulah,” ujarnya. Sebuah harapan yang wajar karena di hati kecilnya, dia masih ingin bekerja atau pun membuat usaha kecil-kecilan yang dirasa mampu dan dia bisa lakukan. Tidak saja untuk menghidupi diri sendiri, namun juga istri serta keluarga besarnya. ”Anak-anak kerja toko paling seberapa sih, ngurusin anak dan cucunya berapa sih, cuma kasihan doang ngelihatnya. Insya Allah mudah-mudahan saya bisa menjadi orang yang bisa bertanggung jawab lagi lah,” katanya. Duh Masya Allah, saya kok begini amat ya ”Masya Allah saya kok di sini kaya jadi ngerepotin orang banyak amat,” ujarnya lagi. Apalagi semua relawan Tzu Chi juga senantiasa membantu para pasien lain dan juga dirinya, dari yang mencarikan minuman, mengantarkan mencuci tangan, menyediakan makanan, dan itu dilakukan berkali-kali. ”Aduh. Aduh, saya kok gini amat sih. Belum pernah ada yang kayak gini,” kesannya. Hal yang mirip diungkapkan Nardi, salah satu anak Sumarno yang turut mendampingi ayahnya. ”Bagus ya, kendalanya cuma di transportasi karena jauh. Relawannya ramah.”
Ket : - Usai Sumarno dioperasi, seorang relawan Tzu Chi lantas memberikannya segelas air putih untuk sedikit mengurangi dahaga yang terasa. (kiri). Kesan Pertama ”Mereka itu (para relawan-red) bener-bener tidak menerima, apa ya? Mereka itu maunya sendiri-apa-apa, mereka tidak mau merepotkan orang lain,” katanya. Ia lantas memberikan contoh, ”Mereka itu kalau makan membawa tempat sendiri, dicuci sendiri.” Dari baksos ini, pikirannya pun menjadi lebih terbuka, bahwa tidak semua hal dapat dinilai dengan uang. ”Kita punya hati nurani untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan balas kasihnya. Bener-bener pure dari hati. Itu tulus banget, saya melihat itu dari Tzu Chi,” ujarnya mengakhiri.
| |||
Artikel Terkait
Suara Kasih : Menciptakan Berkah bagi Dunia
17 Januari 2011 “Apa yang kalian dapatkan dari perjalanan ke Indonesia kali ini?” waktu itu saya bertanya pada kru Da Ai TV yang baru saja berkunjung ke sana. Mereka menjawab, “Saya pernah mendengar orang berkata bahwa ada warga yang hidup dari sisa makanan. Ini sungguh sulit dipercaya. Saat melihat mereka mencari sisa makanan, kami serasa tak percaya.Gempa Palu: Menghimpun Cinta Kasih
10 Oktober 2018Relawan Tzu Chi dari He Qi Barat 2 Xie Li Tangerang menyelenggarakan pengumpulan Koin Cinta Kasih bekerja sama dengan PT Supermall Karawaci dan Apartement U Residence. Pengumpulan koin ini ditujukan bagi korban gempa dan tsunami di Palu, Sigi, dan Donggala Sulawesi Tengah.
Merangkul Generasi Muda untuk Cinta Lingkungan
26 Juni 2015Tangan yang paling indah adalah tangan yang melakukan pelestarian lingkungan, ini adalah salah satu kata perenungan Master Cheng Yen yang menghimbau kita untuk meneruskan tongkat estafet pelestarian lingkungan