"Bersih-bersih di Rumah Pak RT"

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Minggu 21 Februari 2016, 24 relawan Tzu Chi He Qi Pusat membantu membersihkan rumah Samsuri, Ketua RT 010/RW 011, Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara.

Hari belum beranjak siang ketika 24 relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Pusat sampai di rumah Samsuri, Ketua RT 010, Kelurahan Pademangan Barat, Minggu 21 Februari 2016. Di rumah tersebut hanya ada Ninok, anak Samsuri yang tengah menjaga rumah sembari menanti kedatangan relawan. Sementara itu Samsuri sedang dirawat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof. Dr. Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara.

Hari Rabu (17/2/16) lalu, Hartati, bendahara RT-nya membawa Samsuri untuk dirawat karena kondisi kesehatannya yang kembali memburuk. “Memang dia sudah bolak-balik masuk rumah sakit. Mungkin asmanya kumat,” kata Hartati menebak.

Kondisi kesehatan Samsuri yang kerap memburuk ditengarai karena usianya yang sudah sepuh. “Umurnya lebih dari 70 deh,” jelas Hartati mengingat. Selain itu, kondisi rumah yang tidak terawat dinilai telah semakin menambah parah kondisi penyakitnya. “Pak Samsuri itu kalau di rumah sakit sembuhnya cepet, tapi begitu dibawa pulang pasti sakit-sakitan lagi,” jelas Hartati.

Setelah istrinya wafat dua tahun silam, Samsuri bagai kehilangan keseimbangan. Kondisi kesehatannya memburuk hingga membuatnya tak mampu berdiri dari tempat tidurnya dan mengurus kediamannya sendiri. Kondisi anaknya yang juga kurang sehat membuat rumah mereka semakin tidak terawat. Hal itulah yang mendasari kedatangan relawan ke rumah Samsuri. “Kami datang untuk membantu membersihkan rumah Pak Sam,” ucap Yopie Budianto, salah satu relawan Tzu Chi.

Rumah Samsuri tidak terawat setelah kondisi kesehatannya menurun seiring dengan usianya yang semakin menua.

Ruang tamu kediaman Samsuri  penuh dengan barang-barang. Kondisi serupa juga nampak di ruangan lain di rumahnya. Kondisi rumah yang tidak terawat tersebut membuat kondisi kesehatannya semakin memburuk.

Kondisi Rumah Pak RT

Ruang pengap berbaur dengan aroma lumut nan lembab adalah keadaan yang menyambut relawan relawan Tzu Chi Pademangan di kediaman Samsuri. Ada dua sofa merah kusam di sudut ruang tamu lengkap dengan meja senada yang penuh dengan benda ajaib: cangkir bekas kopi, plastik, botol bekas minuman, cerek, asbak, dan banyak lainnya.

Di sudut lainnya, lemari kayu memenuhi pandangan mata. Tiga buah perangkat televisi usang tertata di depan lemari. Spiker model baru, kulkas berkarat, kipas angin tanpa penutup, air conditioner (ac) tua, puluhan keping compact disk (CD) lagu lawas, dan baju kotor yang menumpuk di atas kursi, juga ada di sana.

Lebih dalam melihat rumah dua lantai tersebut, aroma lembab semakin tercium. “Ada dua kamar, Pak. Yang depan kamar bapak saya, yang sini kamar saya,” kata Ninok menunjukkan kamarnya yang selalu tergenang air akibat rembesan kepada Yopie, relawan Tzu Chi. Di kamarnya, aroma lembab bercampur bau tak sedap lainnya tercium semakin pekat.

Kondisi tak jauh berbeda terlihat di ruang lain di rumah Samsuri. Dapurnya tak terurus, begitu juga dengan lantai dua rumahnya.

Relawan mengeluarkan satu per satu perabotan dari rumah Samsuri dengan dibantu oleh beberapa tetangga dan kerabat.

Kamar Samsuri penuh dengan berkas-berkas warga. Yuliati, salah satu relawan Tzu Chi merapikan berkas dan membersihkan kamarnya.

Koloni Pasukan Semut

Setelah melihat kondisi rumah Samsuri, relawan tak membuang waktu lebih lama. Mereka membagi tugas untuk mulai melakukan apa yang bisa dilakukan. “Pertama kami keluarkan dulu semua barang, kami lalu minta bantu Ninok untuk pilah barang-barang penting yang masih mau dipakai,” ucap relawan seraya memilah gerabah di dapur.

Beberapa relawan mengeluarkan satu per satu perabotan di ruang tamu lantai satu dengan cara estafet, tak terkecuali barang yang memenuhi lemari kayu. Sementara itu, lemari kayu yang memenuhi sebagian besar ruangan dilap hingga bersih dengan cairan antiseptik. Dinding rumah pun tak diabaikan oleh relawan. “Dindingnya nanti dicat ulang, biar terlihat cerah,” tutur Yopie.

Relawan lainnya bertugas membersihkan kamar Samsuri yang sebagian besar berisi berkas-berkas warga. “Di kamar si Mbah (panggilan Samsuri-red), ada banyak surat-surat, stempel RT, ada tinta, kertas-kertas, sama termos air panas,” tutur Yuliati sembari merapikan berkas Samsuri sebelum memberikannya ke relawan lain.

Usai membongkar kasur tempat Samsuri tidur dan menjemurnya di bawah matahari, dinding dan lantai kamar dibersihkan dengan cairan antiseptik. Jendela dibuka lebar agar udara segar bisa masuk ke dalam kamar. Relawan berharap dengan kondisi kamar yang lebih bersih akan dapat membuat Samsuri senang ketika pulang dari pengobatannya.

Di lantai dua, relawan bekerja sama kerasnya. Barang yang sekiranya sudah tidak terpakai dipilah dan dibuang. Barang lainnya diturunkan ke lantai bawah untuk dibersihkan.

Setelah semua barang dikeluarkan dari kamar Samsuri, Yuli membersihkan dinding dan lantai kamar dengan cairan antiseptik. Hal tersebut juga dilakukan oleh relawan di ruangan lainnya.

Relawan membersihkan setiap detil dari perabotan rumah Samsuri, termasuk air conditioner (AC) tua yang tergantung di ruang tamu Samsuri.

Belajar Tenggang Rasa dari Pak Sam

Melihat relawan sepenuh hati membersihkan rumah Samsuri, Hartati merasa bersyukur. Sebelumnya, Hartati yang setiap harinya berkerja bersama Samsuri merasa iba dengan apa yang dialami oleh ayah 5 anak tersebut. Ia juga kerap membantu Samsuri membersihkan rumah dan merawat Ketua RT-nya itu semampunya. “Namanya kita bertetangga, harus saling memperhatikan. Karena kita pasti akan tua dan saya memposisikan diri saya nantinya saat tua pasti ingin dirawat,” ucap Hartati.

Beruntung ia mengenal Tzu Chi dan telah menjadi relawan kembang sehingga menghubungi relawan untuk membantu Samsuri membersihkan rumahnya. “Saya berterima kasih kepada relawan yang sudah membantu membersihkan rumah Pak Sam. Semoga dia bisa cepat sembuh dan kembali ke rumah,” harap Hartati. Sementara itu, Yuliati, salah satu relawan Tzu Chi mempunyai harapan yang sama. Ia ingin kesehatan Samsuri cepat membaik dan bisa kembali ke rumahnya.

Bagi Yuliati, Samsuri mempunyai andil yang cukup besar dalam sejarah Tzu Chi di Pademangan. “Dulu saat kami survei bebenah kampung, beliau sering menemani kami. Beliau menunjukkan rumah warga yang tidak layak huni, bahkan rumah yang tidak masuk dalam wilayah RT-nya beliau hafal,” tutur Yuli.

Relawan mengeluarkan barang-barang dari lantai 2 rumah Samsuri dengan cara berestafet (atas). Di lantai 2 rumah, kondisi serupa terlihat di 3 kamar lainnya. Relawan dengan cekatan membersihkan masing-masing kamar (bawah).

Bagi Yuli, Samsuri mengajarkannya bagaimana menjaga hubungan baik antartetangga. “Dia ramah, peduli, baik, dan selalu mementingkan kepentingan warganya,” ucap Yuli. “Makanya hingga sekarang beliau masih dipercaya warga untuk menjabat sebagai Ketua RT,” tambah Hartati.

Melalui kegiatan ini, relawan pun belajar arti bersyukur dan bakti pada orang tua. “Memang di Tzu Chi adalah ladang pelatihan diri sekaligus lahan pembelajaran,” kata Lie San Ing. Ia menambahkan bahwa dengan melihat berbagai kekurangan dan penderitaan maka rasa syukur dapat timbul dalam diri. “Selain itu, pengalaman orang lain bisa kita jadikan sebagai satu hal yang berharga untuk kita pelajari,” tambahnya.

Artikel Terkait

"Bersih-bersih di Rumah Pak RT"

23 Februari 2016
Minggu 21 Februari 2016, 24 relawan Tzu Chi He Qi Pusat membantu membersihkan rumah Samsuri, Ketua RT 010/RW 011, Kelurahan Pademangan Barat, Jakarta Utara. Rumah Samsuri tidak terawat setelah kondisi kesehatannya menurun seiring dengan usianya yang semakin menua.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -