“Cinta Kasih Untukmu, Oma”

Jurnalis : Sharleen, Dwi Luhadi, Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Sharleen, Dwi Luhadi, Riani Purnamasari (He Qi Utara)
 
 

fotoRaut wajah menandakan usia yang sudah tak lagi muda membuat oma penghuni panti wreda merindukan tawa dan senyum yang diberikan keluarganya.

“Tiada hentinya menyumbangkan cinta kasih kepada siapa saja, berarti telah mengakumulasi jasa pahala cinta kasih universal ” (Master Cheng Yen)

Pada hari Sabtu, 26 September 2010, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara mengadakan kunjungan kasih ke Panti Wreda Wisma Mulia yang terletak di Jl. Hadiah No. 14-16, Jelambar, Jakarta Barat. Kunjungan kasih tersebut dikoordinir oleh Liu Yen Shijie, dimana pada saat tersebut relawan yang hadir berjumlah 17 orang dan oma yang menempati panti tersebut berjumlah 65 orang. Kegiatan utama yang dilakukkan pada kunjungan kasih ini adalah pengabungan dengan misi pengobatan, dimana dokter yang melakukkan tugas adalah dr. Pinpin dan dr. Suwardi. Selain misi pengobatan, dilakukan juga kegiatan gunting kuku kepada penghuni panti yang dilakukkan oleh para relawan Tzu Chi.

Ester Sumiarti, seorang oma berusia 63 tahun dengan sabar menunggu antrian untuk pemeriksaan kesehatan sambil berbincang dengan Oma Nency, teman baiknya. Ketidakcocokan dengan sang adik menjadi faktor pindahnya oma ke panti tersebut. Oma Ester tidak memiliki suami ataupun anak sehingga 5 tahun sudah Oma menjalani hidup, tinggal bersama dengan 64 oma-oma lainnya. Sehari-harinya Oma Ester tidur pukul 19.00 WIB dan bangun pukul 02.30 WIB, kemudian mencuci baju sendiri dan berdoa hingga pukul 7 pagi. Menurut Oma Ester, tinggal di panti sangat menyenangkan dan bahagia karena banyak teman serta seringkali tamu datang berkunjung dan memberikan perhatian kepada mereka.

foto  foto

Ket : - "Oma punya banyak anak, banyak cucu, tetapi sayangnya mereka tidak sayang sama saya. Kamu, jadi              anak harus berbakti ya, jangan taruh mama kamu di panti jompo ya," pesan seorang Oma kepada Riani,              salah seorang relawan. (kiri)
        - Kegiatan utama yang dilakukan pada kunjungan kasih ini adalah pengabungan dengan misi pengobatan,           dimana dokter yang melakukkan tugas adalah dr. Pinpin dan dr Suwardi. (kanan)

Oma Siti Anisah yang sehari-hari lebih dikenal dengan Oma Isah lahir di Kendal pada tanggal 29 Oktober 1938. Oma Isah mulai menempati Panti Wreda setelah suaminya mengalami kecelakaan dimana saat itu ia sedang mengendarai sepeda motor untuk menjemput Oma Isah. Karena tidak ada biaya untuk mengobati suaminya maka suaminya ditempatkan di salah satu panti jompo di Jakarta, dan karena tidak memiliki anak maka beberapa lama setelah itu ia pun tinggal di panti jompo. Pada kesempatan itu, oma menceritakan kisah hidupnya dengan titik air mata yang mengalir dengan deras. Sebenarnya Oma Isah memiliki 2 orang anak jika mereka hidup. Ia bercerita pada umur 17 tahun ia sudah menggendong seorang anak perempuan. Ia sangat menyayangi anaknya tersebut, namun karena untuk memenuhi ekonomi keluarga, Oma Isah tidak dapat sepenuhnya menjaga dan merawat anaknya tersebut.

Suatu hari saat tengah bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, pada saat ia sedang mencuci ia merasakkan ada keanehan kenapa anaknya tidak menanggis. Karena penasaran, ia pun melihat ke kamar, dan ternyata anaknya sudah tidak ada lagi. Ternyata anak tersebut diculik dan beberapa hari kemudian anaknya ditemukan sudah meninggal. Pada saat melahirkan anak keduanya, ia mengalami keguguran. Sejak saat itulah ia tidak dapat memiliki anak lagi karena rahimnya telah diangkat oleh sang dokter. “Sayangi orang tua, belajar yang rajin biar dapat bekerja supaya sukses,” ujarnya menasihati relawan yang masih berusia muda.

foto  foto

Ket : - Dr. Suwardi merupakan salah seorang dokter TIMA Indonesia, dengan penuh cinta kasih mendatangi              para oma yang terbaring di ranjang tak berdaya. (kiri).
         - "Jangan bersedih, Oma," hibur salah seorang relawan kepada oma yang sama sekali tak bisa bangun             dari tempat tidurnya. (kanan)

Banyak pelajaran yang bisa didapatkan bersama para Bodhisatwa ini. Keluh kesah dari fisik dan hati terdengar dari berbagai sisi dan sudut pandang. Namun, sebenarnya mereka membutuhkan perhatian dan cinta kasih. Di tengah hiruk-pikuk dunia, Master Cheng Yen selalu menekankan adanya dua hal yang tidak boleh ditunda, yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan. Dengan memberi perhatian kepada mereka, kita belajar berbakti dan berbuat kebajikan, karena apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.

  
 
 

Artikel Terkait

 “Kehidupan  Yang  Bahagia ‘’

“Kehidupan Yang Bahagia ‘’

26 April 2013 Acara  Ai Sa  ini mempunyai kesan tersendiri bagi setiap tamu undangan yang datang, dimana kesibukan kerja atau lainnya bukanlah suatu rintangan untuk menyebar cinta kasih pada sesama.
Aliran Nan Jernih yang Mencemerlangkan Dunia

Aliran Nan Jernih yang Mencemerlangkan Dunia

28 Februari 2009 ”Mengandalkan kekuatan bicara dari mulut ke mulut tidaklah cukup, melainkan harus memanfaatkan kekuatan media massa. Menolong orang lain harus dimulai dari menjernihkan hati terlebih dahulu, dan menolong hati jauh lebih utama daripada menolong secara fisik,” demikian wejangan Master Cheng Yen.
Sukacita Bersumbangsih

Sukacita Bersumbangsih

26 Juli 2019

Tzu Chi Palembang memberikan bantuan sembako bagi warga di sekitar Kelenteng Ling Hua King. Ada 265 paket sembako yang diberikan kepada warga pada Minggu, 21 Juli 2019. 

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -