“Dohan Jangan Bikin Mama Sedih Yaâ€
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra * Relawan Tzu Chi membujuk Afung (dua dari kiri) agar mau menjalani kemoterapi setelah kanker leher rahimnya dioperasi. Selama ini ia menyerahkan masalah penyakitnya pada Tuhan, namun tanpa usaha nyata untuk mengobati. | Lulu dan Menny meminta Dohan untuk keluar ruangan sebentar. Tinggallah Afung (45), mamanya sendirian ditemani kami bertiga. “Sebenarnya Dohan tuh anak yang baik. Dia sedang tumbuh jadi besar, jadi pengin coba banyak hal biar dianggap sudah besar,” tutur Lulu kepada Afung dengan nada suara lebih pelan dibandingkan ketika Dohan masih ada di ruangan tersebut sebelumnya. Ia sengaja memelankan suaranya agar Dohan tidak mendengarnya. |
Mencari Jati Diri Dohan yang baru menginjak umur 15 tahun di mata Afung belakangan ini hampir selalu dinilai negatif. Berada di batas pertumbuhan antara anak dan dewasa memang tidak mengenakkan, baik bagi Dohan sendiri maupun mamanya. Jati diri yang sedang dicari Dohan, seperti kata Lulu, sering membuatnya mencoba banyak hal, namun itu malah membuat mamanya terus-menerus khawatir. Ujungnya, mamanya sering mengomelinya. “Ci Afung cerita deh apa yang dikhawatirkan,” pinta Lulu. Afung lalu bercerita tentang bagaimana Dohan belakangan ini keranjingan main PlayStation atau keengganan Dohan makan sayur. “Sampai (pernah) kerja di Taiwan (tapi) dipulangkan karena merokok,” cerita Afung geram, “Kalau dia nggak mau dengerin saya, saya akan pergi tinggalkan dia.” Lulu dan Menny menghela nafas sambil melirik ke Dohan yang telah bergabung kembali bersama mereka. “Enci jangan bilang dia nggak baik terus, lihat dari positifnya juga,” hibur Lulu. Afung hanya diam. Entah apa yang dipikirkannya. Pandangan Lulu dan Menny kemudian beralih ke Dohan. “Dohan, mama marah karena mama sayang sama kamu,” kata Lulu pada Dohan. Ket : - Afung enggan kemoterapi karena kecewa anak-anaknya tidak bisa ia bimbing dengan baik. Ia merasa Tuhan yang Atur, Manusia Berusaha Afung bersikukuh dengan pendapatnya. Lulu kemudian menceritakan sebuah kisah imajiner. Ada seorang laki-laki yang terjebak di tengah-tengah banjir. Laki-laki tersebut berlindung di atap rumah. “Oh Tuhan, berilah hamba pertolongan,” pinta laki-laki itu. Tidak lama kemudian, lewatlah tim bantuan yang menaiki perahu, namun laki-laki tersebut menolak untuk dievakuasi. Kemudian datang helikopter yang hendak menolongnya, namun kembali ia tolak. Akhirnya laki-laki tersebut tidak terselamatkan. Di akhirat, laki-laki tersebut protes kepada Tuhan. “Tuhan, kenapa Kau tidak menolongku?” protesnya. Tuhan menjawab, “Saya mengirim bantuan melalui perahu, kamu tolak. Melalui helikopter pun, kamu tolak.” Dari cerita itu, Lulu kemudian menyimpulkan, “Tuhan membantu kita lewat tangan orang.” Tapi rupanya masih ada penyebab lain yang membuat Afung enggan menjalani kemoterapi. Ia merasa kecewa, terutama kepada Dohan. Afung merasa percuma menjadi sehat namun tidak bisa membimbing Dohan. “Kalau Dohan pengin mama sembuh, Dohan jangan bikin mama kesel lagi,” gantian Menny yang memberi nasehat kepada Dohan. Dohan mengangguk. Kata setuju pun kemudian meluncur dari bibir Afung, walaupun terdengar berat. Pada mulanya bantuan pengobatan yang diajukan ke Tzu Chi adalah untuk Dohan yang menderita tumor rahang. Relawan Tzu Chi melihat ada yang aneh pada diri Afung ketika mengantar Dohan periksa. Afung sering terlihat lemah. Afung awalnya menolak ketika relawan memintanya untuk cek kesehatan juga. Begitu akhirnya mau, betapa terkejutnya mereka. Ternyata Afung menderita kanker mulut rahim stadium 3! Akhirnya justru Afunglah yang terlebih dahulu ditangani. Ket : - Afung adalah pemeluk Kristen yang taat, namun ia salah persepsi sehingga hanya mempercayai Tuhan Suami Bunuh Diri Lima tahun lalu, suami Afung bunuh diri karena tak kuasa menanggung hutang akibat judi. Mertua Afung terus-menerus menyalahkannya atas kejadian itu sehingga akhirnya ia bersama keempat anaknya akhirnya meninggalkan Pontianak mengungsi ke Jakarta. Afung pun masih menyimpan trauma akibat kejadian tersebut hingga sekarang. “Yang penting kita maafin dia. Mungkin di sana dia juga menyesal. Dia akan akan berhenti menyesal kalo anaknya tumbuh baik,” terang Lulu menyadarkan Afung agar tidak terus tenggelam dalam trauma. | |