Angpau untuk Opa dan Oma
Jurnalis : Sutar Soemithra, Fotografer : Sutar Soemithra * Seorang opa penghuni Panti Wreda Salam Sejahtera Bogor tidak kuasa menahan air matanya ketika menerima angpau dari seorang relawan Tzu Chi. | Awalnya Ferdinand ingin merayakan ulang tahunnya yang ke-7 tanggal 17 Januari 2009 di panti asuhan. Namun mamanya, Adeline, punya ide lain. Kebetulan tanggal 11 Januari ini, Tzu Chi mengadakan kunjungan kasih ke Panti Wreda Salam Sejahtera Bogor, Adeline pun memajukan perayaan ulang tahun Ferdinand bebarengan dengan kunjungan ke panti wreda tersebut. Banyak orang yang percaya takhayul bahwa tidak baik merayakan ulang tahun sebelum harinya, namun tidak bagi Adeline. Karena kebahagiaan yang dirasakan Ferdinand kali ini lebih besar daripada hari-hari ulang tahun sebelumnya, dan bisa dibagi dengan opa oma penghuni panti yang butuh kasih sayang. |
Karena Ferdinand Sayang Opa Oma Ketika para relawan sedang menghibur opa oma, sebuah kue ulang tahun dengan sebuah lilin berbentuk angka 7 tiba-tiba telah disiapkan khusus bagi Ferdinand. Maka setelah menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun bersama-sama, Ferdinand pun meniup lilin tersebut ditemani oleh mama dan neneknya. Ferdinand dan keluarga membagi kebahagiaannya kepada opa oma dengan memberikan 90 bingkisan berisi handuk. “Bingkisan handuk yang besar sekali ini adalah pertanda cinta kasih Ferdinand dan keluarga yang begitu besar kepada opa oma,” ujar Linda, relawan Tzu Chi yang menjadi pembawa acara. “(Aku) senang karena membagi kasih sayang kepada opa oma,” kata Ferdinand yang lebih dari setahun ini mengikuti Kelas Matahari Kecil Tzu Chi. Dua kakak perempuannya yang merupakan peserta Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi juga ikut dalam kunjungan kasih kali ini. Hari itu ada 16 peserta Kelas Matahari Kecil Tzu Chi dan 10 peserta Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi yang berbagi kebahagiaan dengan menyanyi dan memeragakan isyarat tangan bersama, bermain teka-teki, hingga memijit opa oma. Salah satu dari 40 relawan Tzu Chi yang ikut serta, Dewi, berharap kepada anak-anak tersebut, “Mereka bisa mengambil hikmah dari kunjungan akong (kakek –red) ama (nenek –red) ini bisa lebih merasakan kehangatan dan bisa dilakukan di rumahnya dengan akong amanya dan orangtua bisa lebih berbakti pada yang lebih tua.” Ket : - Awalnya Ferdinand ingin merayakan ulang tahunnya yang ke-7 di panti asuhan, namun ibunya mengajaknya Selama hampir 3 jam, anak-anak tersebut berjingkrak riang menghibur opa oma. Beberapa lagu isyarat tangan mereka peragakan dengan penuh semangat. Dalam lagu Di Qiu De Hai Zi (Anak Dunia), tiap anak berpasangan dengan mamanya masing-masing yang ikut memeragakan isyarat tangan. Yuan (6) sangat menyukai isyarat tangan Satu Keluarga meskipun tidah hafal syair lagunya. “Lagu ga hafal, tapi isyarat tangan hafal,” kata Yuan yang bersekolah di Sekolah Notredome Jakarta Barat. Ia ditemani kedua orangtuanya, Yusi dan Andy yang hari itu terlihat begitu bahagia karena putra semata wayang mereka tersebut belajar dan mempraktikkan pelajaran terpuji, terlebih ketika melihat preview foto Yuan yang sedang memijit seorang oma di kamera tim dokumentasi Tzu Chi. Ket : - Sebuah kalung dari kertas bertuliskan doa agar senantiasa sehat diberikan para Bodhisattva kecil Tzu Chi Gong Xi Fa Cai Tiap opa oma menerima bingkisan alat mandi dan biskuit, serta bingkisan khas Imlek berisi manisan, juga angpau. Jumlahnya mungkin tidak seberapa, namun yang menjadikannya istimewa adalah mereka menerimanya dari relawan dan anak-anak. Padahal sesuai kebiasaan, merekalah yang justru seharusnya memberikan angpau kepada anak-anak atau orang yang lebih muda. Makin terasa istimewa karena anak-anak tersebut memainkan barongsai diiringi lagu Gong Xi Fa Cai (Selamat Tahun Baru). Memang bukan barongsai berukuran besar seperti lazimnya, melainkan barongsai kecil untuk anak-anak. Tapi itu lebih dari cukup bagi opa oma untuk merasakan suasana Imlek. Ket : - Setelah agak capek mengikuti acara yang dibawakan oleh relawan Tzu Chi, opa oma menerima pijitan Bernyanyi dan Bergembira Perempuan 73 tahun ini sudah 6 tahun tinggal di Panti Wreda Salam Sejahtera. “Di sini enak. Boleh nyanyi-nyanyi. Itu kemurahan Tuhan,” kata nenek yang sejak kecil tinggal di rumah yatim piatu ini. Ia pernah menikah ketika umurnya 40 tahun dengan seorang laki-laki berusia 45 tahun. Pernikahan telat ini pun akhirnya tidak membuahkan anak. Dan Oma Ellen kembali hidup sendiri ketika suaminya meninggal dunia 18 tahun lalu. Ket : - Usia Oma Ellen telah 73 tahun dan harus dibantu tongkat untuk jalan namun semangatnya tetap menyala. Walaupun untuk berjalan ia sudah harus dibantu sebuah tongkat, namun semangatnya masih menyala. Ia masih sering terbang keluar kota untuk mengabarkan ajaran kebajikan sebagai seorang penginjil. Apa yang selama ini ia kabarkan ternyata hari itu bisa ia lihat pada Bodhisattva kecil Tzu Chi. Maka Ellen pun mendoakan, “Biar mereka besarnya bisa dipakai (baca: berguna) keluarganya. Biar bisa dipakai (baca: berguna) dengan siapapun mereka bertemu, apalagi menjadi anak yang manis-manis, pinter-pinter. Sebab ajaran keluarga masing-masing suka lain-lain, tapi saya lihat Tzu Chi bagus, punya pengajaran.” | |
Artikel Terkait
Simfoni antar Kehidupan
11 November 2013 Dengan adanya kumpulan niat baik dari para peserta tentunya kehidupan akan memiliki “Simfoni Antar Kehidupan.” Karena dengan bersumbangsih kita akan mendapatkan ketenangan hati, rasa nyaman dan kegembiraan yang tiada bandingnya.HUT TIMA ke-22: Bersyukur dan Bersatu Hati Menapaki Jalan Kebajikan
22 November 2024TIMA Indonesia tahun ini usianya telah menginjak 22 tahun. Dengan tekad yang sama, anggota TIMA menyatukan hati untuk bersama melakukan kebajikan menolong sesama. .