How Old Are U?

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Veronika Usha
 
foto

* How old are you? Lama kita hidup bukanlah ukuran terhadap apa yang telah kita lakukan. Oleh sebab itu, pergunakanlah waktu Anda sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan, hal inilah yang disampaikan oleh Hong Tjhin, selaku pembicara bedah buku kali ini.

Berapakah umurmu? Dua puluh, tiga puluh tiga, lima puluh, atau bahkan tujuh belas, bukanlah sebuah ukuran untuk menentukan apa yang telah kita lakukan.

Tema inilah yang diangkat oleh Hong Tjhin, selaku pembicara dalam kegiatan bedah buku, Kamis, 23 April 2009, bertempat di Jing-Si Books & Café, Pluit, Jakarta Utara. Dibuka dengan sebuah penggalan pesan Master Cheng Yen ”Setiap hari dalam hidupku adalah lembaran baru; setiap orang dan setiap peristiwa adalah sebuah kisah hidup”, bedah buku dimulai dengan perenungan tentang kehidupan yang kita jalani. “Tema ini terinspirasi ketika saya mengikuti kegiatan siaran langsung ulang tahun Master Cheng Yen dari Griya Perenungan, Hualien. Saat ini Master berumur 72 tahun, namun kebajikan yang ia miliki tidak ada yang bisa mengukurnya. Karena bagi Master, setiap hari dalam hidupnya adalah sebuah lembaran baru yang harus terus diisi dengan kebajikan,” ucap Hong Tjhin.

Hal serupa juga diharapkan oleh Master Cheng Yen terjadi pada seluruh umat manusia. Hong Tjhin menambahkan, dalam buku Sanubari Teduh jilid satu halaman 1-15, Master Cheng Yen mengingatkan manusia untuk mempergunakan waktu yang dimiliki untuk berbuat kebajikan, mengisi kehidupan dengan karma baik. Dalam buku itu ditulis, ”Buddha berkata, ’Hidup kita hanyalah sepanjang napas.’ Manusia tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan jangka waktu hidup mereka sendiri. Oleh karena hidup ini tidaklah kekal, kita harus menghargainya, menggunakannya dan memperkayanya. Biarlah kebajikan, keindahan, dan kebenaran dari kehidupan yang tidak kekal dan sungguh bernilai ini menerangi nilai sejati kehidupan.”

Selain beberapa referensi dari buku Sanubari Teduh satu dan dua, laki-laki yang saat ini menjabat sebagai CEO DAAI TV Indonesia ini juga bercerita tentang seorang anak kecil dan kodok yang sarat makna. “Suatu hari, ada seorang anak kecil yang tengah berjalan. Kemudian langkah anak kecil tersebut terhenti, ketika melihat seorang penjual kodok tengah menjajakan barang dagangannya,” ucap Hong Tjhin. Karena merasa tidak tega melihat kodok-kodok yang tidak berdaya, tambah Hong Tjhin, akhirnya anak tersebut membeli semua kodok-kodok yang dijual, kemudian melepaskannya kembali ke habitatnya. Anak itu sangat bahagia, dan saking bahagianya dia datang kepada seorang bhiksu dan bicara, “Saya bahagia sekali karena hari ini saya berbuat baik. Saya telah melepaskan semua kodok yang dijual oleh seorang pedagang kodok. Pedagang bahagia dagangannya laris, kodok pun pasti bahagia karena bisa kembali ke habitatnya.” Mendengar hal tersebut sang bhiksu pun menjawab, “Besok kamu pasti masuk neraka.” Sang anak terkejut, lalu ia kembali mengulang ceritanya dengan seksama, mungkin sang bhiksu salah dengar, pikirnya. Tapi, tetap saja bhiksu tersebut menjawab, “Besok kamu pasti masuk neraka.”

foto  foto

Ket : - Kegiatan bedah buku ini diikuti oleh beberapa mahasiswa, relawan Tzu Chi, hingga masyarakat umum.
           Dalam bedah buku kali ini, para peserta diingatkan untuk memanfaatkan waktu yang ada agar selalu
            mengisi kehidupannya, dengan bijaksana. (kiri)
         - Tidak hanya satu arah, dalam kegiatan ini beberapa peserta juga membagikan pengalamannya, yang
           berkaitan dengan tema kegiatan bedah buku tersebut. (kanan)

“Kenapa sang bhiksu bilang anak itu akan masuk neraka?” Hong Tjhin bertanya kepada seluruh peserta bedah buku. Beberapa pendapat pun bermunculan. “Benar, seperti yang tadi Shixiong Shijie bilang, karena anak tersebut menyebutkan, ’Saya telah berbuat baik hari ini’, maka sifat ’keakuan’ anak tersebut belum dihilangkan, maka apa yang telah dilakukannya tidaklah berarti,” jelas Hong Tjhin.

Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari kegiatan bedah buku kali ini. Seperti yang dirasakan oleh Teddy Saputra Wijaya, salah satu mahasiswa Trisakti angkatan 2006, yang mengaku baru pertama kali ikut kegiatan bedah buku. “Saya adalah tipe anak muda yang suka nongkrong dan main yang nggak jelas. Melalui bedah buku hari ini saya sadar, saya sudah banyak membuang waktu percuma. Saya mau berubah, saya ingin mengisi hidup saya dengan hal-hal yang baik,” tegas Teddy. Sebenarnya Teddy sudah mengetahui tentang kegiatan Tzu Chi sejak lama, tapi ia tidak pernah tahu bagaimana caranya untuk bergabung, “Karena sekarang Tzu Chi sudah ada di Facebook, jadi saya bisa ikut acara hari ini.”

Tidak jauh berbeda dengan Teddy, hari itu Adenan, salah satu relawan Tzu Chi, seolah diingatkan kembali untuk membulatkan tekad dalam menumbuhkan kebijaksannan, “Ini adalah kesempatan kita untuk melakukan apa yang belum kita lakukan.”

foto  foto

Ket : - Tidak hanya menggunakan buku, Hong Tjhin, selaku pembicara bedah buku, juga menggunakan sarana
           video untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan kepada para peserta bedah buku. (kiri)
         - Video ceramah Master Cheng Yen yang menceritakan tentang kebajikan seorang insan Tzu Chi di Taiwan,
           yang ia lakukan sampai akhir hidupnya membuat para peserta terharu, bahkan sampai menitikkan air mata.
           (kanan)

Puncak bedah buku yang diikuti oleh lebih kurang 60 peserta ini terdapat pada bagian penutupan. Melalui video ceramah Master Cheng Yen yang menceritakan tentang kebajikan yang terus dilakukan oleh seorang insan Tzu Chi Taiwan hingga saat menghadapi kematian, membuat para peserta terharu, bahkan hingga menitikkan air mata. “Semua isi dari bedah buku hari ini terangkum dalam video pesan Master yang saya tayangkan. Sekali lagi, jangan sampai kita harus menghadapi beberapa kejadian buruk terlebih dahulu, baru kita menyadari dan mau mengubah hidup kita. Tapi pergunakanlah waktu Anda sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan,” ucap Hong Tjhin menutup kegiatan yang rutin dilakukan setiap satu bulan sekali ini.

 

Artikel Terkait

Suara Kasih: Memanfaatkan Waktu untuk Mempraktikkan Jalan Kebenaran

Suara Kasih: Memanfaatkan Waktu untuk Mempraktikkan Jalan Kebenaran

10 Desember 2012 Bodhisatwa sekalian, relawan dari Afrika Selatan berikrar kepada saya bahwa setiap orang dari mereka akan menggalang satu Xieli (20 orang). Saya berkata bahwa itu tidak cukup, satu orang harus menggalang banyak Xieli. Pada zaman sekarang ini, dunia dipenuhi oleh Lima Kekeruhan.
Suara Kasih: Mempertahankan Hati Yang Murni

Suara Kasih: Mempertahankan Hati Yang Murni

25 Agustus 2011 Pengetahuan nurani adalah kebijaksanaan. Orang yang bijaksana dapat merasakan penderitaan orang lain. Perasaan tidak tega atas penderitaan orang lain dapat membangkitkan cinta kasih kita. Jadi, janganlah kita bersikap konsumtif.
Setetes Darah untuk Kemanusiaan

Setetes Darah untuk Kemanusiaan

11 Oktober 2024

Membantu persediaan stok darah yang terbatas, relawan Tzu Chi Medan rutin menggelar donor darah. Kali ini, relawan di komunitas Hu Ai Mandala Medan bekerja sama dengan UTD RS Adam Malik Meda mengadakan donor darah di Sekolah WR Supratman.

Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -